part 11

208 28 10
                                    

Selepas Damian pergi, odelia dan devian masih sibuk dengan kegiatan sebelumnya. Odelia memperhatikan devian yang masih sibuk berkutat dengan soal yang diberikannya. Odelia sedikit bosan. Oya, sudah lama ia ingin mengetahui ini, ia akan bertanya pada devian.

" Devian..."

Devian yang masih sibuk hanya menjawab dengan gumaman.

" Setelah lulus nanti kau mau kuliah dimana?"

Devian menghentikan aktivitas nya. Ia diam sejenak tampak berpikir sedangkan odelia masih menunggu jawabannya.

" Tidak tahu." Jawabnya singkat lalu melanjutkan kegiatan nya.

Odelia menghela nafas pelan. Ck, ck, devian ini padahal kan sebentar lagi ia akan lulus. Tetapi dia tidak tahu mau kuliah dimana?!! Kalau begitu odelia akan mengarahkannya.

" Memangnya apa cita-cita mu?" Tanya odelia lagi.

" Entahlah, aku tidak pernah memikirkannya." Jawab devian tanpa mengalihkan perhatian.

Odelia hanya menggelengkan kepala sejenak. Devian ini, benar-benar deh!

Odelia yang duduk disebelah devian menumpukan kepalanya di tangan. Fokusnya kini beralih kepada pemandangan didepannya. Matahari sudah tampak merah disana. Sangat indah dan menghangatkan.

" Aku juga dulu seperti mu." Odelia kemudian melanjutkan.

" Dulu aku ingin cepat-cepat selesai sekolah, makanya aku mengikuti program akselerasi. Tetapi ketika selesai aku juga seperti ini." Odelia mendongak untuk melihat devian, dirinya sedikit terkejut saat dilihatnya devian juga tengah memperhatikannya.

Odelia kembali pada posisinya sambil memerhatikan sekitar.

"Saat itu aku tidak tahu apa yang ingin  kulakukan. Namun di tengah kegalauanku, ada seseorang yang selalu mendukung ku. Dia memintaku untuk melakukan apa yang Kusuka."

Odelia tersenyum.

" Sebenarnya aku sangat suka bermain piano. Aku selalu berlatih bersama ibuku. Rasanya sangat menyenangkan sampai Aku bermimpi ingin menjadi pianis."

Odelia berhenti sejenak untuk menarik nafas.

" Tetapi biasanya yang kita inginkan belum tentu bisa kita wujudkan. Aku tidak punya bakat, dan waktu itu orang yang selalu menyemangati ku pergi dari dunia ini."

Devian terdiam mencerna ucapan odelia ia masih memandang raut gadis itu yang berubah sendu.

Sedetik kemudian raut sendu itu hilang digantikan dengan senyum tipis sambil menatap devian.

" Tetapi saat ini aku sudah menemukan apa yang kusuka. Menjadi dokter adalah keinginanku. Aku ingin membantu orang-orang, terutama anak kecil. Aku ingin menjadi dokter anak." Senyum odelia mengembang sedangkan devian menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

" Untuk itu setelah ini aku ingin kau melakukan apa yang kau suka. Karena dengan melakukan apa yang kita suka, hidup kita akan lebih bermakna."

Devian tertegun sejenak. Kata-kata odelia berhasil sedikit mempengaruhi nya.

" Yang Kusuka...."

****

Hari ini adalah ujian kelulusan bagi kelas 3 di SNHC. Devian seperti biasa sudah tiba dan duduk di bangkunya. Hari ini ekspresi nya sedikit berbeda. Wajah datarnya tetap terpampang tetapi seperti ada aura dingin di sekitarnya. Itu membuat gadis-gadis teman sekelasnya yang biasa modus melewati tempat duduknya, memandangnya dengan raut bertanya-tanya. Mereka bahkan tidak melancarkan aksi modusnya. Sepertinya ada yang mengusik pangeran mereka, hingga keadaannya menjadi membingungkan seperti sekarang ini.

Innocent WindsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang