Part 15

190 26 5
                                    

Seorang wanita paruh baya dengan seragam pelayanan tengah bersiap-siap memulai aktivitas nya. Langit masih tampak gelap namun wanita itu sudah memulai pekerjaannya. Sebagai kepala pelayan wanita di mansion keluarga Edelsteen, wanita paruh baya ini yang kerap di sapa Bibi Hannah selalu tepat waktu dalam menyiapkan berbagai keperluan anggota keluarga Edelsteen.

Bibi Hannah berjalan santai sambil memeriksa setiap benda ataupun ruangan yang kotor. Saat ini tujuan utamanya adalah dapur. Ia harus memeriksa bahan makanan yang tersedia di dapur keluarga Edelsteen.

Dahi bibi Hannah mengkerut saat mendapati siluet seseorang yang berada di dapur. Dapur masih dalam ke adaan gelap sehingga ia harus berjalan mengendap-endap untuk melihat siapa orang yang di pagi-pagi buta ini sudah memberantaki dapur.

Bibi Hannah berjalan mendekat dan betapa terkejutnya ia saat mendapati tuan mudanya yang sedang berada di dapur. Keterkejutan juga tak lepas dari matanya saat mendapati tuan mudanya tengah sibuk berkutat dengan gelas dan susu.

" Tuan muda, apa yang anda lakukan?" Tanya bibi Hannah dengan raut penasaran.

" Jika tuan muda haus saya bisa membuat kan susu untuk tuan muda." Jelasnya sambil melihat devian yang sedikit kesusahan saat mengaduk susu.

Devian menatap bibi Hannah sesaat lalu menjawab. " Tak apa, bibi. Aku memang ingin membuatnya sendiri."

Setelah berkata seperti itu devian langsung membawa susunya pergi menuju keluar dapur. Meninggalkan bibi Hannah yang masih mengernyit menatap kepergian nya. Selama puluhan tahun ia bekerja di mansion ini , baru kali ini ia melihat tuan mudanya masuk kedapur dan membuat susu. Sungguh hal yang sangat membingungkan.

@@@@

Devian dengan hati-hati membawa susu yang ia buat menaiki tangga. Kamarnya berada di ujung lorong. Tetapi lelaki itu berhenti di depan pintu yang berada beberapa meter dari kamarnya. Devian berniat mengetuk pintu itu tetapi ia urungkan.

Apa dirinya langsung masuk saja? Tetapi apakah itu sopan? Tak apalah, toh dulu juga ia langsung masuk begitu saja. Bahkan ia sempat memperhatikan gadis itu yang masih tertidur.

Dengan menimbang-nimbang selama beberapa saat lamanya akhirnya lelaki itu membuka pintu, Tidak ada orang disana.

Kemana gadis itu? Batinnya bertanya.

Devian melihat-lihat sekitar kamar, namun yang di cari tak ada. Bahkan di kamar mandi pun tak ada.

Dia sudah pergi

Devian menghela nafas pelan. Pandangannya tertuju pada segelas susu yang ia bawa. Pandangannya berubah datar. Tidak ada yang tahu, di balik wajahnya yang datar devian merasa sedikit kecewa. Dan itu semua tercermin dari matanya yang menatap ranjang yang ditiduri gadis itu semalam dengan mata nanar.

@@@

Pukul 5 lewat 15. Gadis itu sampai di taman apartemen nya. Ia memutuskan untuk menenangkan dirinya sejenak di ayunan taman. Gadis itu menatap orang yang berlalu lalang dengan pakaian olahraga. Gadis yang bernama odelia itu menghembuskan nafas pelan sambil memegang dadanya. Jantungnya kembali berdetak cepat saat mengingat kejadian tadi malam.

" ish, apa yang kulakukan semalam!! Ini sangat memalukan, bagaimana aku harus menghadapinya. Aku sangat malu."

Odelia terus bergumam sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia seakan-akan larut dengan pikirannya dan tidak peduli dengan keadaan sekitar.

" Kebiasaan mu memang sungguh aneh."

Suara berat seseorang membuat odelia yang masih menutup muka menoleh ke asal suara.

Innocent WindsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang