Tanpa sepengetahuan orang-orang dirumahnya, Devian berangkat pagi-pagi sekali menuju bandara. Ia sudah bertekad, bahwa hari ini ia akan menemukan alasan sebenarnya mengapa ibunya memilih pergi dari kehidupannya dan kakaknya. Apakah memang seperti yang Damian bilang? Atau ada alasan lain. Devian ingin memastikan nya secara langsung.
Devian membaca lagi pesan yang di kirim odelia semalam. Lelaki itu tersenyum kecil melihat pesan odelia yang terlihat menantang. Beberapa menit kemudian, terdengar suara pemberitahuan keberangkatan pesawat tujuannya. Devian beranjak dari duduknya dan menyangkil tasnya. Lelaki itu berjalan di koridor munuju pesawat yang akan membawanya menuju Jeju.
Devian tampak berjalan mencari-cari kursi nya. Beberapa langkah kemudian ia menemukan kursinya. Kursi itu tepat berada di dekat jendela, disisi kanan pesawat dan berada di barisan tengah.
Devian mengalihkan pandangannya kepada seseorang yang sudah duduk manis di sebelah kursinya. Dahi devian mengkerut. Orang itu benar-benar aneh, ia membaca koran dengan kaca mata hitam yang terlihat dari balik topinya. Apa dia bisa membaca dengan kaca mata seperti itu?. Devian tak ambil pusing dan memutuskan untuk duduk di tempatnya.
Devian langsung memakai earphonenya dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Melihat jalanan beraspal. Devian memutuskan untuk memejamkan matanya. Mengistirahatkan pikirannya dari kemungkinan yang akan terjadi.
Tanpa di ketahui devian, orang disebelahnya menurunkan kacamata hitam nya, mengintip sedikit kearahnya dengan sudut bibir terangkat.
****
Devian merasakan beban di bahunya yang membuat tidurnya tak nyaman. Tanpa membuka mata, devian menggerakkan bahunya sehingga membuat beban itu hilang. Beberapa detik kemudian devian merasakan beban itu lagi. Devian yang merasa kesal akhirnya membuka matanya, siap memprotes orang yang dengan seenaknya menjadikan bahunya sebagai bantal.
Mata devian membola. Wajah itu....
Dia.....
Odelia !
Bagaimana gadis itu bisa berada disini?!!
Odelia yang merasa tidak nyaman karena gerakan orang di samping nya, akhirnya terbangun dari tidur nyenyaknya. Pandangan nya bertemu dengan seseorang yang sangat ia kenal. Ekspresi orang itu tampak terkejut. Tanpa di ketahui orang itu, odelia tersenyum kecil. Gadis itu lalu memamerkan ekspresi Bingung sekaligus Terkejut yang dibuat-buat.
" Astaga, Devian! Kenapa kau ada disini?!." Ucap odelia sambil menutup mulutnya dengan mata membola, persis seperti ekspresi terkejut di buat-buat namun devian tak menangkap hal itu.
Devian berdehem, menormalkan ekspresinya. Kemudian ia menatap odelia dengan dahi mengkerut. " Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Mengapa kau disini?" Balas devian dengan sebuah pertanyaan.
Lihat, lihat, bukannya menjawab ia malah balik bertanya. Dasar muka datar.
" Aku? Tentu saja aku kesini mau liburan. Aku harus mengisi energi ku sebelum berperang." Odelia tersenyum meyakinkan dengan nada bercanda.
Devian tak menjawab, lelaki itu malah tampak menilik penampilan odelia. Gadis itu menggunakan jaket kulit coklat dengan kaca mata hitam yang menggantung di kausnya, serta topi yang bertengger manis di kepalanya. Jadi orang aneh berkaca mata hitam itu adalah gadis ini?
Odelia tampak tersinggung dengan pandangan menilai devian. Ayolah, kenapa lelaki itu menatapnya aneh seperti itu. Seakan-akan odelia ini adalah orang paling aneh sedunia.
Odelia mengihirup nafas sebanyak-banyaknya ia berusaha menormalkan dirinya, gadis itu kemudian mengulang lagi pertanyaan yang sempat ia tanyakan. " Kau sendiri, apa yang sedang kau lakukan disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Winds
Romance" aku menantangmu! kalahkan aku dan aku akan menuruti semua keinginanmu. tetapi jika kau kalah...perhatikan pelajaran dan panggil aku Nona." Odelia Queenie, seorang mahasiswi yang bersedia menjadi tutor pemuda kaya karena ingin mengetahui suatu rah...