empat ; Tangis tanpa air mata

7K 214 1
                                    

I'll be on your side.

•••

Alex sulit untuk tidur sejak menerima pesan singkat dari Khalisa. Ada apa dengan Khalisa? pikirnya.

Ia sudah berkali kali membalikkan badannya ke kanan atau ke kiri. Bahkan sudah meminum banyak air putih tapi tetap saja sulit tidur padahal besok Alex ada ulangan Fisika.

"Apa gue samper aja kali ya? tapi ini udah jam 11 malem." Alex ber monolog.

"Telfon dah, gue kepikiran banget."

Alex meraih ponselnya yang ada di meja lampu tidur samping kasurnya. Ia menelfon Khalisa tapi hasilnya nihil. Tidak ada jawaban sampai 5 kali panggilan.

Alex khawatir tentang Khalisa, apalagi ini menyangkut urusan orang tuanya. Tak lama ponsel Alex bergetar,

Khalisa : jemput aku di rumah rena, lex
Khalisa : aku disini
Khalisa : hujan deres. kamu hati hati

Buru buru Alex mengambil jaketnya dan kunci mobil yang digantung. Ia juga tak lupa mengambil jaket hangat untuk Khalisa.

"Lex kamu mau kemana?" tanya mamahnya. Loh kok mamah gak tidur? pikir Alex.

"Jemput Khalisa mah."

"Emang dia dimana?"

"Nanti Alex ceritain, sekarang Alex harus jemput dia dulu." Alex berlari meninggalkan mamahnya.

•••

Khalisa duduk diam di ruang tamu rumah Rena. Disuguhkan oleh Rena secangkir teh hangat tapi tidak disentuh sama sekali oleh Khalisa.

"Sorry ganggu lo malem malem."

"Nggak papa, Khal." balas Rena dengan senyuman. "Alex dah jemput?"

"Otw katanya." Rena hanya mengangguk. Hanya dirinya yang mengetahui ini dan Alex pacarnya. Setiap ada masalah dirumah larinya selalu ke rumah Rena atau Alex.

Khalisa menangis lagi. "Harusnya gue ga lahir ke dunia ini Ren,"

"Apaansih, nggak boleh gitu Khalisa. Lo itu anugrah Tuhan." balas Rena.

"Buat apa gue hidup kalo orang tua gue aja benci sama gue? bahkan sampe papah gue selingkuh di belakang mamah gue? hiks." Khalisa terisak, Rena berusaha menenangkannya dengan memeluk temannya.

"Nangis aja Khal, gue disini, keluarin semuanya."

Tangis Khalisa semakin menjadi, kali ini lebih terisak. Sudah lama dia tidak mendengar suara ribut kedua orang tuanya, sebenernya Khalisa sudah sering mendengarnya, tapi dia pikir hanya ribut biasa.

"Gue nggak ngerti lagi Ren. Gue capek."

"Jangan gitu, ada gue, ada Alex. Lo gak sendirian." jelas Rena sambil membelai rambut Khalisa.

Tak lama bel pintu rumah Rena berbunyi, menandakan ada tamu. "Bentar ya," Rena berjalan dan mengintipnya. Alex.

Rena membuka pintunya, "Dimana?" tanya Alex. "Ruang tamu, lagi duduk."

"Oke." Alex berjalan perlahan, dilihatnya Khalisa sedang menundukkan kepalanya dengan tangan yang menutupi wajahnya.

Alex mendekat dan langsung memeluk Khalisa. "Maaf aku terlambat." Khalisa menengok dan menggeleng, membalas pelukan Alex dan menangis lagi.

Tere LiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang