Alex berjalan menelusuri lorong lantai 2, ia baru saja menyelesaikan kelas Fisika-nya. Sekarang ia ingin ke kantin, biasanya ia tak suka ke kantin kalau bukan karena Khalisa yang maksa. Tapi, sekarang ia sangat lapar dan ia butuh makan.
Diperjalanan Alex melewati kelas Khalisa, sepi sekali kelasnya. Batin Alex. Ia tak menghiraukan, Alex mendekaat dan mengintip dari jendela, melihat Khalisa sedang tidur sambil memainkan ponselnya. Alex pun mendecak. Padahal kelas ini tidak ada gurunya, tumben sekali sepi.
Alex membuka knop pintu dan menghampiri Khalisa, dan mengambil ponsel Khalisa. "Ish! Ribet! Siapa sih!?" Khalisa mendongak mendapati Alex dihadapannya.
"Ayo jajan." ajak Alex.
"Tas, gue gak lagi berhalusinasi kan? Alex nyamperin ke kelas gue Tass!" Khalisa memegang lengan Tasya dan menggoyangkan nya.
"Kaga, Khal, kalo lo gak percaya sini gue tampar." Tasya sudah bersiap dengan tamparannya. Khalisa pun menggeleng.
Alex mendecak, "Ayo, Khal." ajak Alex lagi.
"Iyaiya, bentar, aku ambil duit." Khalisa merogoh tas nya, mengambil selembar uang berwarna merah. Mengingat dirinya baru saja mendapatkan uang bulanan.
"Ayok!" ajak Khalisa sambil menyeret Alex keluar kelas.
"Kamu mau makan apa?" tanya Alex. Saat ini, kantin terlihat lebih ramai dari biasanya, mungkin karena banyak yang gak bawa makanan jadi pada turun ke bawah. Salah satunya adalah Khalisa.
Biasanya, Khalisa di bekali oleh mamah nya, atau paling tidak dibawakan makanan ringan. Tapi hari ini sepertinya tidak, ia harus turun ke bawah dan membeli makanan. Lagi pula ia pergi bersama Alex.
"Khal." senggol Alex.
"Eh? iya. Aku makan soto aja."
"Oke, aku pesen ya, kamu cari tempat duduk."
"Okaay."
Setelah makan, dan waktu istirahat pun sangattttt cepat, Alex mengantar Khalisa sampai ke depan kelas.
"Belajar yang bener ya Khal."
"Okeey!"
Alex kembali ke kelasnya. Secepat itu pertemuan mereka, ya setidaknya keduanya bahagia, walaupun kenyataan panit akan tetap menghantui keduanya.
-
"Alex, kamu tolong anter ini kerumah Caca." seru Maria ketika Alex baru saja membuka pintu rumahnya.
"Tadi dia habis makan sama aku mah sebelum pulang." jawab Alex sambil menaruh tas nya di sofa.
"Gak papa. Buat dia makan pas malam juga bisa. Mamah denger, mamah nya Caca pergi, jadi dia sendirian dirumah." jelas Maria.
"Iya emang. Yaudah sini." Alex mengambil rantang empat susun dari genggaman Maria dan keluar dari rumah.
Sampai dirumah Khalisa, Alex mengetuk pintu beberapa kali dan tak ada jawaban. Akhirnya ia putuskan untuk membuka pintunya sendiri. Sepi.
"Khal, kamu dimana?" Alex berjalan masuk mencari Khalisa.
"Khal." panggil Alex lagi pun tak ada jawaban.
"Khalisa, kamu diman- Caca!" Alex panik melihat tubuh Khalisa tertidur di dapur dengan tangan yang mengeluarkan banyak darah. "Ca! Caca!"
"Sial, hp gua dirumah lagi. Ah." Alex mencari telfon rumah dan langsung menelfon rumah sakit.
Alex panik melihat sekujur tubuh Khalisa.
"Iya mas. Buruan. Darah nya banyak!"
Alex menutup telfonnya dan kembali kepada tubuh Khalisa yang masih belum sadarkan diri. Alex menggoyangkan tubuh Khalisa dan menepuk pipinya, "Khal, bangun. Khall."
Alex mengambil serbet untuk menutup luka yang mengeluarkan banyak darah dari tangan Khalisa. Ia berfikir kenapa Khalisa bisa melakukan hal seperti ini lagi, setelah sebelumnya ia juga pernah melakukannya. Alex memeluk tubuh Khalisa dan tak lama ambulan datang.
Diperjalanan menuju rumah sakit, Alex menggenggam tangan Khalisa dengan perasaan tercampur aduk.
"Maafin aku, harusnya aku nemenin kamu tadi. Harusnya aku gak ninggalin kamu tadi. Harusnya aku ada sama kamu tadi. Maafin aku Ca, maafin aku." seru Alex dengan air mata yang terus saja mengalir.
Sampai di rumah sakit, Khalisa masuk ke Unit Gawat Darurat. Alex menunggunya diluar ruangan. Ia mencoba menelfon mamahnya, tapi ia tak membawa ponsel, ia juga tak melihat ada ponsel Khalisa tadi.
Alex menarik nafas panjang. "Khal, kenapa kamu lakuin ini lagi."
Tak lama Dokter keluar. "Kerabat Pasien?"
Ales bangkit dan menghampiri pak Dokter. "Iya. Saya pacarnya."
"Baik, luka pasien sangat dalam. Sehingga darahnya keluar terlalu banyak. Tapi untungnya, pisau tersebur tidak mengenai nadi pasien." jelas pak Dokter.
"Terus, gimana keadaannya?"
"Dia baik-baik saja sekarang, dan ia sudah sadar."
"Saya boleh lihat?"
"Silahkan."
"Makasih Dok." Alex permisi dan masuk ke dalam ruangan. "Khal,"
"Hai, Lex." senyum Khalisa.
"Are you okay?"
"I'm fine. Hehe."
Alex menghampiri Khalisa dan duduk di kursi pengunjung samping Khalisa. Alex meraih jemari Khalisa dan tersenyum manis, "Kamu mau makan apa?"
"Aku mau kamu disini aja, udah cukup." jawab Khalisa.
"Aku disini, dan gak akan pernah ninggalin kamu lagi, Khal."
Senyum Khalisa mengembang dan Alex tahu, bahwa dibalik senyumnya, ia menyimpan banyak sekali kesedihan.
-
"Mah, mamah mau kemana?"
"Mamah pergi dulu sebentar Ca. Kamu dirumah aja ya."
"Tapi mamah selalu bilang kaya gitu, tapi ternyata mamah selalu pergi lama banget. Mah, Caca kesepian."
"Udahlah, kamu gak usah lebay. Drama banget."
"Mah sekali aja. Sekali. Aku pengen sama mamah sekali aja mah." Khalisa memohon.
"Mamah banyak kerjaan."
Kemudian ia pergi meninggalkan Khalisa sendirian.
"Semenjak papah pergi, mamah bukan lagi mamah. Mah, apa aku harus mati dulu biar mamah lihat aku?"
Khalisa berjalan menuju dapur dan mengambil pisau tajam disana.
•••
YEAY UPDATE!
BTW
MAAF YA, KU SELOW UPDATE;( AKU LAGI BANYAK BANGET TUGAS DAN TO BERTURUT TURUT. TAMBAHAN MAU MENDEKATI UAS:( HUHU FIGHTING FOR MEH;(
BTW LAGI
THANKS FOR 2K READERS:((
I'M CRYING NOW:((GA NYANGKA, BUKU KE 3 SAYA DAPET RESPON YANG BAIK. KU TIDAK BISA BERKATA KATA:((
I LOP U ALL:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere Liye
Hayran KurguKetika harus memilih antara Tuhan dan Cinta. ( Tere liye itu artinya demi kamu. ) 2018 by danzkeey.