13 - Arti Cinta

4.7K 132 9
                                    

Tak ada yang menarik, tak ada yang berubah juga. Alex dengan kebiasaannya datang ke Gereja pagi-pagi itu saat ini sudah duduk di kursi altar Gereja Katholik terbesar di Jakarta. Alex duduk dengan Maria disampingnya, ia memanjatkan doa kepada Tuhan, dengan kedua tangan yang terkepal didepan dadanya. Matanya tertutup tanda ia sangat serius dalam menjalankan ibadahnya. Disamping Alex, Maria menatap Alex aneh. Setelah Alex membuka matanya, Maria berbisik, "Kamu baik-baik saja?" tanya Maria pelan karena pendeta sedang membacakan doa.

Alex hanya menggeleng. Jelas Maria tahu, dia pasti sedih karena Khalisa dan karena hubungannya dengan Khalisa. Maria tak ingin anaknya pergi meninggalkan dia sendiri, tapi disisi lain, Maria juga tak ingin melihat Alex terus menerus kesakitan karena cintanya. Maria pernah merasakan hal itu dahulu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berpisah karena Maria memilih mencintai Tuhan-nya dari pada Lelakinya.

"Mah, ayo pulang." tegur Alex saat Maria tengah melamun.

"Eh, sudah selesai kah?" tanya Maria tampak bingung.

"Mamah dari tadi mikirin apa sih??"

"Nggak, kamu duluan aja ke mobil. Mamah ada perlu sama Bapak." seru Maria. Alex megangguk dan menuju pintu keluar Gereja.

Maria mendekat kedepan Altar, menghampiri Pendeta yang sedang membenarkan Alkitabnya. Selama ini Maria selalu bercerita dengan Pendeta ini dan memintanya memberi saran, terlebih untuk masalah Alex.

"Pah," panggil Maria.

Pendeta itu membalik tubuhnya. "Iya? ah Maria, ada apa?"

"Alex, pah, aku tak tahu harus apa."

"Dia masih mempunyai hubungan dengan perempuan itu?" tanya Pendeta tersebut.

"Iya." Maria mengangguk.

"Begini saja..."

-

Alex sudah menunggu lebih dari 15 menit didalam mobil, Maria pun tak kunjung datang menemuinya. Rasanya ingin sekali dia meninggalkan Maria, tapi Alex tak akan tega melakukan hal itu.  Ia putuskan untuk menelfon Khalisa, siapa tau gadis itu sudah bangun pagi ini karena biasanya Khalisa tak pernah bangun pagi kalau bukan karena sekolah.

"Hallo?"

"Iya, kenapa?"

"Kamu udah baikan?"

"Humm,,,lumayan, tapi kepala aku masih sakit. Kamu kapan dateng?"

"Habis ini aku dateng ya."

"Okeey! Bawain aku hokben ya, aku bosen makan makanan rumah sakit." seru Khalisa sambil merengek di telfon.

Alex hanya tersenyum samar. "Oke aku bawain ya, see u girl."

"DADAH."

Alex memutuskan telfonnya dan segera melihat ke arah depan, Maria melambaikan tangannya mengisyaratkan segera mendekat. Alex menginjak pedal gas dan mulai menjalankan mesin mobilnya. "Lama banget sihhh mahh!" itu kata pertama yang Alex keluarkan saat Maria membuka pintu sebelah kiri.

"Sabar Lex, mamah kan ada perlu tadi." jelas Maria.

"Iya tau, tapi kan aku bilang, aku harus kerumah sakit nemuin Khalisa." dengus Alex.

"Iyaiya, maaf ya, yaudah ayo dijalankan mobilnya."

"Ohiya, kirain bisa jalan sendiri." lawak Alex.

"Kamu kira mobilmu ada setannya." seru Maria.

"Besok Alex beli alat menjalankan mobil sendiri." Kemudian Alex mulai menjalankan mobil.

"Iya kamu atur aja dunia ini, Gibran Alexander." sahut Maria sambil menggelengkan kepalanya.

-

Alex muncul dari balik pintu kamar inap Khalisa dengan memamerkan kantung hokben pesanan Khalisa. Mata Khalisa melihat itupun langsung berkilau dan segera menyuruh Alex cepat masuk kedalam. Bukan hanya hokben, tapi Alex juga membawakan setangkai bunga mawar dengan sepucuk kertas disana.

"Special for you, Princess." sahut Alex sembari menaruh kantung hokben itu disamping kasur tidur Khalisa dan memberikan setangkai mawar itu padanya.

"Aaahhh wangiiiii sekalii!! Kamu dari mana?" tanya Khalisa.

"Gereja, Ca." jawab Alex sambil mengambil air minum dari dispenser karena dia haus.

"Ohiya, hari minggu ya, gimana?"

"Gimana apanya?" tanya Alex yang kemudian duduk disamping Khalisa.

"Gimana ulangan fisika kamu kemarin???"

"Ah biasa."

"Oh iya, ranking satu paralel mah beda ya." sindir Khalisa.

"Udah nih kamu makan." Alex menyodorkan kantung hokben tersebut dan membukakan nya agar Khalisa bisa memakannya dengan benar.

"Silahkan dimakan tuan puteri." seru Alex.

"Makasih ya babuku." Khalisa tersenyum lebar sembari mengejek Alex.

"Cuma babu," kata Alex sambil mengelus dadanya.

"Gak usah dielus, itu rata."

"Siapa tau tumbuh."

"NGACO!" Khalisa memukul pundak Alex.

"HAHAHA." Alex tertawa lebar. "Udah itu kamu makan dulu deh, Ca."

"Nyebelin." kata Khalisa sambil melahap daging dan nasi sekaligus.

"Makannya pelan-pelan." Alex membersihkan bibir Khalisa yang terlihat banyak sekali bercak bekas makan.

"Lex, aku mau pulangggg." rengek Khalisa.

"Kan belom boleh."

Alex hanya tidak mau Khalisa melakukan hal seperti kemarin lagi, Alex tak ingin Khalisa seperti itu. Apakah Alex harus selalu ada disampingnya? Tapi bagaimana caranya?

"Lexx.." Khalisa memegang lengan Alex.

"Iya, iya besok pulang ya."

"YEEAAY!!" Alex hanya tersenyum melihat kegirangan Khalisa.

-

"Begini saja, kamu biarkan sampai dimana dia mampu bertahan dalam situsi ini. Bagaimanapun juga, cinta itu datang karena terbiasa." jelas Pendeta.

"Baiklah." Maria mengangguk meng-iyakan perkataan Pendeta itu.

"Kau tahu, setiap hati manusia terbuat dari perasaan itu sendiri, kita tak bisa memaksakan apa yang ada dihati setiap orang. Cinta itu pengorbanan, Maria. Alex sudah melakukan yang seharusnya ia lakukan kepada Khalisa, yang akan merasakan sakitnya bukan hanya Alex jika berpisah, tapi Khalisa juga merasakan itu. Kedua insang itu saling mencintai dalam kesakitan." jelas Pendeta. Maria mengangguk sembari mengelap air matanya yang jatuh.

"Sudah, biarkan mereka menjalankannya sampai keduanya berpisah karena Tuhan." Maria mengangguk, kemudian pamit pulang.

•••

HUHUUU MAAF YA GENGS. KU BARU UPDATE:((

AKU HABIS UAS NIH, TAMBAHAN BESOK SENIN AKU ADA TO SBM DISEKOLAH. TERUS SELASA SAMPAI JUM'AT SIMULASI UNBK:((

#CHEERUPMEH

INTINYA MAKASIH BUAT YANG UDAH SETIA SAMA ALEX DAN KHALISA HUHU😢😘

LOPYU ALL💖💖

Tere LiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang