16 - Berpisah

4.7K 163 2
                                    

Kau dan Aku layaknya sebuah minyak dan Air.
Ya, mereka tak pernah bisa bersatu.

-

Pagi ini seperti biasa Khalisa datang sekolah bersama dengan Alex. Hanya saja pagi ini tak ada satupun yang berbicara. Hanya suara klakson mobil dan motor yang ramai di telinga mereka berdua. Sepasang kekasih itu benar-benar tak mengeluarkan satupun suara. Seperti patung.

Sampai akhirnya Alex berdehem, "Khal." panggilnya.

"Hm." Khalisa masih dengan tatapan lurus ke depan.

"Kamu udah sarapan belum?" tanya Alex.

"Belum."

"Mau sarapan?"

"Tidak. Aku mau cepat kesekolah." jawab Khalisa ketus.

Hanya ada beberapa alasan Khalisa seperti ini. Pertama Khalisa PMS, kedua Khalisa marah, Ketiga perjodohan yang di minta oleh ayah nya.

"Kamu masih nggak mau bilang sama aku kamu kenapa?" tanya Alex sekali lagi saat mereka sudah tiba di parkiran mobil sekolah.

Khalisa menarik nafas panjang, kemudian air matanya keluar. Alex tahu apa yang terjadi. Ia meraih tubuh Khalisa membawa Khalisa pada pelukannya dan mengusap pucuk kepala Khalisa.

"Aku benci hidup ku."

"Shutt, tidak boleh seperti itu." Khalisa menjauhkan diri dari Alex. Ia menatap mata cokelat Alex dalam, ia tahu bahwa laki-laki yang ada dihadapannya ini mencintainya. Sangat. Iya, Alex mencintainya. Tapi entah kenapa setiap mengingat kenyataan pahit perbedaan mereka, hati Khalisa seperti tertusuk pisau sebanyak tujuh buah.

"What should we do, Lex?" tanya Khalisa.

"I want you, always. But i can't."

"Do you love me?"

"Yes, i do, everyday."

Khalisa menatap kedua pasang mata cokelat Alex, mencari kebohongan disana, tapi yang ia temui hanyalah ketulusan dari hati Alex. Khalisa menarik nafas, dan menitihkan air mata lagi. Alex menghapus air mata dari gadisnya itu.

"Let's break up, Alex."

Alex tak bergeming, ia hanya menatap mata Khalisa dan tak melepas genggaman tangan mereka. Sejujurnya, Alex tak ingin. Ia ingin selalu bersama Khalisa. Always. Forever. Tapi ia tahu ia tak akan bisa. Ia mencintai Tuhan-nya.

Alex hanya mengangguk dan memeluk Khalisa lagi. Kemudian melepasnya dan menghapus air mata Khalisa lagi.

"Jangan nangis. Kamu jelek." Khalisa terengkeh.

"Iya oke. Ayo turun." Alex mengangguk.

-

Hanya tinggal menghitung hari, bagi Khalisa untuk lulus dari masa SMA nya. Saat ini dirinya sudah berada di hari terakhir mengikuti Ujian NAsional. Setelah tiga hari yang lalu Khalisa merasakan siksaan karena harus berada ditempat les lebih lama dari biasanya. Semua yang ia lakukan cukup membuatnya bisa melupakan tentang Alex, oh Tuhan. Bahkan laki-laki itu sudah mendaftarkan dirinya untuk Beasiswa ke London. Ya Khalisa berharap semoga Alex bisa lolos dan menjadi mahasiswa disana.

Khalisa sangan fokus dengan soal-soal yang ada dihadapannya. Ia tak memperdulikan panggilan Daniel yang sedari tadi memanggilnya karena kode paket soal mereka sama. "Daniel berisik banget sihhh." erang Khalisa.

"Khal. Caca." panggil Daniel yang ada di hadapan nya karena komputer mereka berhadapan.

"Hm?" Khalisa mendongakkan kepalanya.

"Nomor 35 dong." kata Daniel dengan suara pelan seperti berbisik karena sedari tadi ia diawasi oleh pengawas karena gerak geriknya yang menyebalkan.

"Be." jawab Khalisa. Ini bukan pertama kalinya Daniel bertanya. Jujur saja, dari hari pertama Ujian sampai sekarang Daniel tak ada henti hentinya memanggil nama Khalisa.

Akhirnya waktupun habis. Semua siswa diperbolehkan meninggalkan ruangan, Khalisa berdoa semoga harapannya kali ini dikabulkan oleh sang pencipta. Saat ini Khalisa hanya akan fokus pada tes UTBK nya yang akan dilakukan nya pada hari minggu nanti. Ah, bahkan dirinya masih tak tahu harus kemana, jika lau bukan paksaan kedua orang tua, Khalisa tak ingin mengikuti Ujian dengan kategori Saintek.

Ayah dan Bunda nya sangat menginginkan Khalisa menjadi Dokter, karena dulu Kakak Khalisa yang sekarang sedang berada di Amerika gagal masuk Fakuktas Kedokteran karena ia memilih menjadi Desainer dan memutuskan sekolah di Amerika dengan Beasiswa yang ia dapatkan.

Khalisa berjalan santai keluar sekolah, ia langsung berjalan menuju tempat les nya yang tak jauh dari sekolah. Dengan diantar pak supir, Khalisa mengganti bajunya di dalam mobil saat di perjalanan. "Pak sekalian mampir ke Drive Tru Burger King ya." pinta Khalisa sembari mengganti bajunya dibalik tirai pembatas antara kursi bagian depan dan tengah.

Sampai di DriveTru, Khalisa memesan Cheese Double XL dan tentu saja lengkap dengan kentang goreng dan coca cola. Khalisa memakan lahap semua makanannya tanpa tersisa sedikitpun. Tiba-tiba sebuah pesan masuk kedalam ponselnya.

Ca, nanti jadi kan ketemu Raditya?

Ya siapa lagi kalau bukan sang Bunda yang mengirimnya.

Iya. Jam 3 sore ya bun.

Send.

Tak lama balasan muncul lagi,

Okey, jangan kelamaan. Dandan yang cantik ya sayang. Nanti Bunda menyusul.

Khalisa hanya membaca pesan terakhir itu. Tak lama hujan turun dari luar mobil, kaca mobil Khalisa sudah dirintikkan oleh air hujan, Khalisa menatap jalan yang ada diluar, pandangannya fokus pada jalanan. Ia hanya berfikir,

Kenapa hujan selalu turun, padahal ia tahu sakitnya jatuh berkali-kali.

-

TBC.

YEAY UPDATE. Sorry for late update, aku habis nyelesain UNBK dan UTBK minggu kemarin. Jadi bener-bener susah banget buat nyari ide.

And BY THE WAY!!

THANK YOU FOR 10K READERS.

serius haha gabisa ngomong lagi dah, makasih buat yg udah setia sama cerita ini, maaf kalo masih amatir, saya akan berusaha lebih baik lagi. Kalo bukan karena kalian, mungkin cerita ini hanya akan menjadi draf yang berdebu karena tak ada yang membacanya.

huhu. Big Thanks for you all💖

SALAM CINTA,
SENJANI.

Tere LiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang