Ini cerita dari sisi Khalisa ya.
-
Aku berjalan menulurusi jalanan ibu kota bersama dengan supir setia ku, sesuai perjanjian dengan Bunda tadi, aku akan menemui Raditya. Laki-laki yang akan dijodohkan denganku. Ya, perjodohan itu akhirnya terwujud, padahal aku sudah berkata bahwa aku hanya akan menikah ketika aku sudah lulus kuliah nanti. Tapi orang tua ku malah membuat keputusan sepihak, yang membuat aku mengulur pertemuan ini sekitar sebulan lebih karena aku ingin memantapkan hatiku.
Aku turun dari mobil, karena supir ku bilang kita sudah sampai. Aku memencet bel rumah nya dengan ragu. Pikiranku kacau, seharusnya aku tak disini. Seharusnya aku berada di Bandara, mengantar Alex menuju London. Ya, Alex pergi ke London saat ini juga. Aku tak tahu kapan pesawatnya akan lepas landas, yang aku tahu saat ini Alex sudah berada di Bandara.
Hanya sebuah pesan masuk dari Alex yang ia kirim sekitar jam 1 siang tadi. Dalam teks itu Alex hanya bilang, ia akan pergi hari ini. Tanpa memberi tahu detail nya.
Kemudian pintu rumah itu terbuka lebar, menampakkan orang tua ku, dan orang tua nya yang sedang duduk manis di ruang tamu menunggu kedatanganku. Aku memasuki rumah ini dengan tangan gemetar, dan tak sengaja menatap mata yang menatapku berjalan. Ya, dia. Raditya.
Tak tampan, biasa saja. Aku pun tak mengerti kenapa orang tuaku sangat menginginkan aku dengan laki - laki itu. Alex is better more than anything. ops. Ada apa dengan pikiranku ini.
Aku duduk di sisi lain kursi yang di sediakan. Tanganku merogoh tas pink yang dihadiahkan Alex waktu aku berulang tahun. Aku mengecek ponsel milikku, terdapat pop up chat dari Daniel.
Daniel : Alex terbang 2jam dari sekarang. Lo masih bisa dateng, kalo lo mau.
Argh. Aku meremas ponselku sendiri.
"Caca, kok lama banget datangnya??" kata Bunda sambil menatapku dan tersenyum.
Hei, senyum itu tak pernah ku lihat sebelumnya.
"Macet." Jawabku singkat.
Aku menaruh ponsel ku lagi. Aku harus melakukan hal ini.
Aku berdiri menatap orangtua ku. "Maaf, aku harus pergi." Aku berlari keluar rumah Radit. Tak perduli apa yang dipikirkan oleh semua orang yang ada disana. Mereka tak mengerti apa yang ada di hatiku. Hanya Alex yang ada di hatiku. Selamanya tak akan pernah berubah.
Aku memberhentikan Taksi dan langsung menuju Bandara. Ku harap, Alex belum pergi. Ku mohon. Izinkan aku bertemu dengannya hari ini saja.
-
Tak lama aku sudah sampai di Bandara, aku berlari menuju pintu penerbangan Alex. Disana hanya ada Daniel dan Maria, ibunya Alex.
"Dimana Alex, Niel?" tanyaku pada Daniel sambil memegang lengannya. Tak ada jawaban dari Daniel. Aku beralih menatap Maria.
"Tante, dimana Alex? Caca belum terlambat kan?" tanyaku sambil menggenggam erat tangannya. "Tante jawab Caca. Tan-"
"Caca." Tiba - tiba ada yang memanggilku. Aku kenal suara itu. Aku menengok, menatap Alex yang baru saja keluar dari pintu masuk untuk penerbangan. Aku berlari memeluknya. Ya Tuhan, laki - laki ini. Laki - laki yang ku cintai lebih dari apapun di dunia ini.
Aku menangis dipelukannya. Ia hanya membalas pelukanku dan mengelus rambut hitamku.
"Jangan menangis." katanya. Tapi aku tetap menangis. Ia melepas pelukannya dan menghapus air mataku.
"Maafkan aku." katanya. Aku menggeleng. "Bukan salahmu." balasku.
"Ku mohon, tetaplah tersenyum walaupun nantinya bukan aku." serunya sambil menghapus airmata ku lagi. Tangis ku semakin pecah.
Ya Tuhan, aku mencintai laki-laki ini. Tapi kenapa rasanya sangat menyakitkan.
"Caca, kan aku pernah bilang, Fajar dan Senja tak bisa bersatu karena semesta tak pernah mengizinkan mereka bersatu. Tapi lihatlah, Senja tetap memancarkan keindahannya. Begitu juga Fajar."
"Kau harus tau Ca, cinta itu tak harus memiliki. Cinta itu tentang keikhlasan, bukan kepemilikan. Aku sangat mencintaimu, sungguh. Tapi, semesta tak mengizinkan kita bersama. Aku yakin kamu akan bersinar lagi. Kamu akan menemukan pelangimu. Ca, tugasku hanya menjagamu sementara, bukan selamanya. Tugasku hanya membuatmu bahagia dengan caraku. Bukan memiliki mu."
Aku semakin menangis.
"Ca, dengarkan aku, di dunia ini tak ada yang abadi. Bintang dan bulan pun tak selalu ada di satu tempat. Matahari juga sendirian menyinari bumi. Aku percaya pada laki-laki itu Ca, ia akan membahagiakanmu."
"Kamu yakin??" tanyaku. Ia hanya mengangguk dan tersenyum. Aku langsung memeluknya lagi.
Ada jutaan orang di dunia ini mengapa harus aku dan dirinya? Semesta apakah kau jahat? Semesta, aku mengingkannya. Mengapa itu sangat sulit diwujudkan?
Alex melepas peluknya, menatapku, kemudian mencium bibirku sekilas.
"Happy Anniversarry, Ca."
"Happy for you too."
"Berjanjilah padaku, kamu akan bersinar kembali seperti saat pertama kali kita bertemu." serunya. Aku mengangguk. Ia melepaskan genggamanku, dan berjalan ke arah pintu yang akan memisahkan aku dengannya selamanya.
Daniel merangkulku, "Gue anter lo pulang ya." katanya. Aku hanya mengangguk tanpa meng "iya" kan.
Aku pamit dengan Maria, katanya aku harus rajin-rajin menghampiri nya. Ya, akan ku lakukan.
THE END.
Iya beneran the end. Thank you banget buat yang udah membaca cerita ini, walaupun jarang update. Jujur, aku terharu banget bisa banyak yg baca. I love you all.
Padahal ini project yang emang ga panjang banget chapternya. I'm sorry kalo banyak kekurangan. aku nerima banyak masukan dari kalian semua.
huhu....
thank you for 10k++++ readers. aku cinta kalian semua.
see u in the next chapter.💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Tere Liye
FanfictionKetika harus memilih antara Tuhan dan Cinta. ( Tere liye itu artinya demi kamu. ) 2018 by danzkeey.