nol ; Tere Liye

37.1K 679 18
                                    

Khalisa masih sibuk memilih baju yang ingin dia beli, sudah 3 jam sejak dirinya menginjakkan kaki di Mall Ibu Kota. Sampai sekarang ia belum menemukan baju yang dia cari.

Labirin demi labirin, toko demi toko sudah banyak yang dilalui oleh nya.

"Khal, ini udah jam berapa? kamu belum Sholat Ashar." sahut Alex.

"Iya bentar," balas Khalisa dengan tatapan fokus ke deretan baju di hadapannya.

Alex menarik nafas, dan memilih tiga baju yang dia ambil secata asal kemudian ia serahkan ke Khalisa. "Maksudnya?" tanya Khalisa.

Alex mendorong Khalisa sampai ke depan ruang ganti. "Kamu coba tiga baju itu." Khalisa memberikan tatap bingung.

"Lex, aku belum milih. Aku-" Alex mendorong paksa Khalisa masuk ke ruangan tersebut. "Cepetan."

Selesai mencoba tiga pakaian, Khalisa memilih dua diantara ketiga nya dan buru buru ke kasir untuk membayar. Selesai membayar, Alex menarik paksa Khalisa ke Masjid untuk Sholat Ashar.

"Aku tunggu disini. Kamu sekalian tunggu Magrib aja." Khalisa mengangguk dan masuk ke Masjid. Alex duduk di depan Masjid.

Setelah 30 menit menunggu, akhirnya Khalisa keluar dari Masjid. "Mau kemana lagi kita?" tanya Khalisa.

"Makan aja. Kamu belum makan." jawab Alex.

"Oke, makan disana aja ya." tunjuk Khalisa ke sebuah rumah makan khas Makanan Jepang. Alex mengangguk mengikuti Khalisa.

Mereka masuk ke Restourant dan memesan makanan, selesai makan, mereka langsung pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 9.

Sampai di mobil, Khalisa mengecek lagi barang yang barusan ia beli tadi. Ia mengabsen apa saja yang dia perlukan untuk acara Mamah nya nanti.

"Bentar, ada yang kurang." kata Khalisa.

"Apa?" tanya Alex sambil menyalakan mesin mobil. Khalisa berfikir dan mengingat kembali apa yang ibu nya pesan.

"Apa sih Khal?" tanya Alex lagi.

"AHH IYA KERUDUNG!" Khalisa menepok jidatnya dengan telapak tangan. Alex hanya tersenyum miring dan mengambil sesuatu di jok belakang, dan memberi nya pada Khalisa. "Apa ini?"

"Buka aja, karena aku tahu kamu pasti lupa, jadi ya aku beli tadi pas kamu Sholat." jelas Alex. Khalisa menatap datar pasmina yang diberikan Alex. Pasalnya adalah, pasmina itu terlalu panjang bagi Khalisa.

"Are you kidding me Gibran Alexander?" tanya Khalisa sambil memakai pasminanya dan menunjukkannya pada Alex. Alex hanya tertawa kecil.

"Itu bagus, katanya sih bahannya adem."

"Adem sih ya." Khalisa melipatnya lagi dan memasukkannya ke dalam papper bag.

Alex mulai meluncurkan mobilnya keluar parkiran. "Oh iya Khal, aku kayanya gak bisa dateng ke acara Mamah kamu."

Khalisa menoleh ke Alex. "Why?" tanyanya.

"Acara itukan hari minggu, Khal. Aku kan kalo ming-" belum sempat dilanjutkan oleh Alex, Khalisa sudah memotongnya.

"Oh iya, kamu Gereja." sambungnya. Alex hanya diam menatap Khalisa yang memalingkan wajahnya ke luar kaca.

•••

Bukan Negara atau Pulau yang memisahkan kita, tapi keyakinan yang tidak bisa kita tinggalkan.

Khal, coba tanyakan pada Tuhan-mu, apakah aku yang bukan Hamba-nya, boleh mencintai Hamba-nya dan berharap bisa bersatu?
-Gibran Alexander

Lex, coba tanyakan pada Tuhan-mu, apakah aku yang bukan Hamba-nya, boleh membalas cinta Hamba-nya dan berharap Hamba-nya menjadi Suami ku?
-Khalisa Alifia

🔹🔹🔹

Haii ini adalah kerjaan ke sekian kalinya haha, gatau deh suka aja bikin works terus disimpen sendiri. Awal nya mikir gamau di publish tapi ya dari pada sayang cuma dibaca sendiri. wkwk enjoy gengs.

oh iya, cerita ini ga akan sampe 1k words, bcs gue nulis karena terinspirasi dari salah satu plotwis di wtp, jadi ya ga bakal panjang banget hehe.

Tere LiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang