MOM : Chapter 1

584 78 3
                                    

_MOM_


Suasana pagi hari dimeriahkan dengan kicauan sepasang burung. Mereka terbang dari satu dahan ke dahan pohon lainnya di pekarangan rumah. Hingga akhirnya mereka memutuskan bermesraan di depan jendela kamar. Karena terlalu asyik berpacaran, mereka tidak melihat makhluk paling rakus di muka bumi, membuka jendela kamar hingga mereka jatuh ke tanah. Kasihan.

"Selamat pagi! Segarnya aroma musim semi." Makhluk yang mengubah takdir sepasang burung tersebut menatap kesekeliling dengan wajah cerianya. Tanpa rasa bersalah sama sekali. Tentu saja, karena dia tidak tahu. Maafkanlah kesalahannya di pagi yang cerah ini.

Makhluk bumi bernama manusia dengan jenis kelamin perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kini atensinya tertuju pada sosok yang tak asing sedang mengobrol dengan tetangga di depan rumahnya. "Omo, Eomma?!" gumam gadis itu panik.

Kenapa ia bisa panik hanya karena melihat sang ibu bercakap-cakap dengan tetangga di depan rumahnya? Tentu saja, karena bercakap-cakap yang dimaksud bukan arti yang bagus. Asal kalian tahu, ibunya dan si tetangga depan rumah tak pernah akur.

Gadis itu berlari keluar kamar menuju depan rumah. Untungnya ia datang tepat waktu. Ia berhasil menahan tangan ibunya yang terangkat memegang sapu hendak memukul si tetangga.

"Eomma."

"Yein-ah, sedang apa kau disini?" si ibu menatapnya tak suka karena menahan aksinya yang hampir memukul tetangganya itu.

"Heol, ibu macam apa yang mengajarkan anaknya kekerasan? Anak gadis pula." Kata wanita yang tak lain adalah tetangga mereka. Si ibu beranak satu. Jangan bayangkan ibu-ibu dengan pakaian daster. Tetangganya itu istri CEO Perusahaan terkenal. Kulit wajahnya kencang dan putih pucat bersih. Siapapun yang melihatnya tidak akan menyangka dia sudah bersuami dan memiliki satu anak beranjak dewasa.

"Bicara apa kau barusan? Mau ku robek mulutmu itu?"

"Eomma. Cukup." Gadis bernama Jung Yein itu segera menarik ibunya meninggalkan tetangganya yang kini menatapnya penuh kemenangan.

"Yak! Yein-ah! Kalau saja kau tidak datang, aku pasti akan memecahkan kepalanya yang penuh omong kosong itu!" oceh si ibu ketika mereka sudah berada di ruang tengah.

Bagi Yein, kejadian seperti tadi sudah biasa. Ibunya, Jung Mijoo, tidak pernah akur dengan ibu beranak satu, Jeon Jiae, yang tinggal bersebrangan. Padahal mereka sudah menjadi tetangga selama berpuluh-puluh tahun. Tetap saja tak pernah akur.

"Sayang, ada apa ini?" lelaki yang baru saja keluar dari kamarnya dengan penampilan acak-acakan segera menghampiri istrinya yang sedang marah-marah tak jelas.

"Seperti biasa, Appa. Bertengkar dengan musuh bebuyutannya." Kata Yein setelah ia menjatuhkan pantatnya di atas sofa dan menyalakan televisi.

"Astaga sayang. Tidak malu sama tetangga yang lain? Akur dong. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dan kita butuh bantuan? Mau minta tolong sama kerabat jauh, hm?" sang suami mulai menjinakkan istrinya yang memerah seperti kepiting rebus. Dengan usapan lembut di rambutnya, si istri mulai tenang.

"Masih ada tetangga yang lain. Untuk apa meminta pada mereka?" Mijoo mulai mengeluarkan minuman dingin di dalam kulkas kemudian meneguknya.

"Sudahlah sayang. Lupakan masalahmu dengannya, oke?"

"Tidak mau. Kau lupa apa yang anaknya lakukan pada anak kita?"

Yein yang baru saja meneguk segelas susu putih tersedak. Ia segera berdiri dan menatap ibunya tajam. "Eomma! Jangan bahas itu lagi. Merusak mood ku saja." kesal Yein yang beranjak pergi kekamarnya. Kenapa juga ibunya harus membahas orang itu?

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang