MOM : Chapter 4

326 69 14
                                    

_MOM_


Kedua netra Jungkook terpaksa terbuka setelah mendengar keributan kecil di luar kamarnya. Ia meraih ponselnya di atas nakas. Jam delapan malam. Samar-samar ia mendengar suara Yein di luar sana. Begitu teringat janjinya dengan Yein, Ia segera bangkit keluar kamar dan beranjak turun. Melihat sang ibu yang siap mengusir Yein, Jungkook mempercepat langkahnya. "Eomma!" tahan Jungkook.

Yein menatap Jungkook tajam. Tatapannya seakan berkata dari mana saja kau baru keluar sekarang.

"Jungkook! Kamu tahu kan kalau Eomma tidak suka kau berhubungan dengan anak musuh bebuyutan Eomma." ujar Jiae ketus.

Yein membungkuk sambil menyerahkan bungkusan yang dibawanya. "Saya kesini karena tugas. Tidak ada maksud lain."

"Kalau tidak ada maksud lain, untuk apa kau membawa bungkusan kesini? Menyogokku? Atau ada racun di dalam sana? Kau sama Eommamu bekerja sama untuk membunuhku kan?" sinis Jiae. Sungguh kata-kata Jiae terdengar menyakitkan untuk siapapun yang mendengarnya.

"Eomma, sudahlah. Aku ingin menyelesaikan tugasku." Kata Jungkook sambil menerima bungkusan yang sedari tadi disodorkan Yein. Tak lupa ia menarik tangan Yein masuk kedalam rumah. Setelah meletakkan bungkusan di atas meja ruang tengah, ia kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

Yein segera melepaskan tangan Jungkook dari tangannya saat mereka sudah berada di kamar Jungkook. "Kenapa ke kamarmu sih?" kesal Yein. Ia merasa risi berdua bersama Jungkook dikamarnya pula.

"Kau mau mendengar ocehan Eommaku terus? Sudahlah, kita kerjakan secepatnya." Jungkook keluar kamar untuk mengambil kursi kemudian membawanya masuk kekamar. Ia dan Yein duduk bersebelahan di depan meja belajar Jungkook. Tak lupa Jungkook mengeluarkan laptop dan buku penunjang materi.

Dua jam berlalu. Jungkook merenggangkan otot-otot lengannya. Ditengoknya Yein yang tertidur dengan kepala bersandar di atas meja. Gadis itu sudah tertidur sejak setengah jam yang lalu setelah berkali-kali menguap dan kepalanya hampir jatuh membentur meja.

Tatapan Jungkook tak berpaling sedetikpun menatap sosok disebelahnya. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, tangannya terangkat hendak menyentuh surai Yein yang tergerai. Ditarik tangannya kembali ketika mendengar dering ponsel yang tergeletak di dekat mereka. Tertera tulisan 'Eomma' di layar ponsel Yein.

Suara nyaring ponsel itu berhasil membangunkan si pemilik tanpa harus Jungkook yang melakukannya. Dengan setengah sadar, Yein segera mengangkatnya. "Halo?"

"Yak! Ada apa dengan suaramu? Kau tertidur di sana?"

Teriakan Mijoo sukses melenyapkan rasa kantuk Yein. Ia membenarkan posisi duduknya. "Tidak, Eomma. Aku cuman haus."

"Pulang sekarang juga atau aku bakar rumah sialan itu!"

"Tenang Eomma. Ini juga sudah selesai Tunggu aku ya." sahut Yein.

"Baiklah. Eomma percaya padamu. Cepat kesini atau..."

Yein langsung memutus panggilan dan memasukkan ponselnya ke dalam saku baju. Ia merapihkan bukunya kedalam tas kemudian berdiri. "Kita lanjutkan besok saja. Maaf aku ketiduran."

"Tidak apa-apa. Lagipula sudah selesai." ujar Jungkook. Ia keluar kamarnya di ikuti Yein. Belum tiba di anak tangga terakhir, Jiae sudah berdiri di dekat tangga bersama Yuna. Kenapa Yuna ada disini malam-malam begini?

"Sayang, lihat calon tunanganmu mampir kesini. Dia beli pie apel kesukaan Eomma loh." Seru Jiae sambil mengangkat paper bag berwarna putih.

Dahi Jungkook mengernyit. "Eomma. Kau kan alergi apel." Sahut Jungkook heran.

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang