MOM : Chapter 7

424 76 22
                                    

_MOM_


"Sekarang setelah aku dengan Chanwoo. Kau mulai menggangguku. Dasar playboy."

Yein membuka kedua matanya dengan cepat. Sial. Kenapa ia memimpikan Jungkook? Sepertinya ia harus mengecek kejiwaannya saat ini. Buru-buru ia bangun dari kamarnya dan bergegas turun. Dilihatnya sang ayah dan ibu tengah mengobrol di depan tv.

"Eomma, apa klinik psikiater buka hari ini?"

"Sekarang hari minggu sayang. Orang gila mana yang mau bekerja di hari minggu?" sahut Mijoo. Tanpa disadarinya Yoongi yang tengah sarapan dengan keluarga dirumahnya tersedak.

"Memangnya kenapa? Kau mulai gila lagi?" tanya Hooseok.

"Aku memimpikan orang gila di mimpiku." Jawab Yein asal.

"Mana ada orang gila memimpikan orang gila di mimpinya?" Dengan bodohnya Mijoo membalas ucapan Yein. Tidak bisakah keluarga ini bersikap normal?

Yein duduk disofa. Menyempil diantara ayah dan ibunya. "Apa yang harus ku lakukan di hari libur yang membosankan?" tanya Yein.

"Pergilah. Jangan mengganggu ayah dan ibumu bermesraan." Omel Mijoo. Yein hanya menggeleng tidak peduli.

"Sayang, semalam kau dari mana? Kenapa Jungkook mengantarmu pulang?"

Pertanyaan sang ayah membuat Yein mendelik ke arahnya. "Apanya dari mana? Aku tidak kemana-mana." Bantah Yein. Moodnya hancur seketika mendengar nama Jungkook.

"Kau pulang sekitar jam sebelas malam dalam keadaan mabuk. Untung saja Jungkook yang membawamu pulang. Kalau orang lain, aku akan berpikir yang tidak-tidak padamu." Jelas Hooseok.

"Hei! Justru karena diantar Jungkook, kau harus curiga padanya. Bisa saja Jungkook disuruh ibunya melukai Yein. Lihatkan semalam anak kita datang dalam keadaan mabuk begitu? Bagaimana kalau dia mencuri kesempatan dalam kesempitan?"

Yein memijit keningnya. Ia tidak ingat kejadian semalam. Memangnya kemarin dia habis melakukan apa? Kenapa ia mabuk? Kenapa ia di antar Jungkook?

Oh tidak. Tiba-tiba kejadian yang muncul di mimpinya terbesit diotaknya. Saat ia mabuk dan mencium Jungkook. Tidak. Itu pasti hanya mimpi. Tapi bagaimana kalau semua itu bukan mimpi?

"Tadi pagi Jungkook datang. Dia bawa sup pereda mabuk. Ambil di dapur sana." suruh Hooseok.

"Apa? Kapan dia datang? Kau tidak bilang padaku." Heran Mijoo dengan nada kesal.

"Kalau ku bilang kau pasti akan mengusirnya bukan?" balas Hooseok. Mijoo hanya mendengus sebal sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Yein bangkit dan melangkah kedapur. Dilihatnya mangkuk berisi sup diatas meja makan.

"Yein-ah, ajak Jungkook main kesini. Appa bosan." Teriak Hooseok.

"Memang Appa masih bocah apa? Kenapa bermain selalu ada di otak Appa?" teriak Yein ketus. Ia menarik kursi dan duduk disana. Ia menyantap sup pemberian Jungkook. Tidak apa-apa kan ia memakannya?

.

.

.

"Jungkook, cepatlah!"

Jungkook mendengus sebal melihat Jiae yang berjalan beberapa langkah didepannya. Tidak tahu kah kalau kedua tangan Jungkook sudah penuh dengan paper bag. Sampai kapan Jiae mengajaknya keliling mall. Tidak cukupkah barang-barang yang sudah dibelinya?

"Eomma. Aku lapar." Rengek Jungkook. Sudah masuk jam makan siang dan ia belum makan. Perutnya merongrong sejak setengah jam yang lalu.

Kenapa ia mau menemani Jiae belanja di mall? Ini semua karena Yein. Ia kepergok masak sup pereda mabuk di dapur. Jiae yang tidak suka Jungkook memasak untuk Yein hampir saja membuang sup itu kalau Jungkook tidak menahannya. Mau tidak mau Jungkook menyogoknya dengan menemani belanja di akhir pekan. Hal yang paling di bencinya.

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang