Chapter 3 - Chit and Chat

28.6K 1.8K 36
                                    

"Apa dia sudah sadar?"

Suara itu terdengar begitu pelan. Entah dia sedang berbisik atau memang pendengaranku yang tidak dapat bekerja dengan baik. Tunggu, aku seperti mengenal suara itu, tetapi di mana? Oh, mungkin aku berhalusinasi, atau aku sedang bermimpi sekarang, namun semua ini terdengar nyata.

"Belum, Tuan."

Sama seperti suara orang pertama, suara kedua juga terdengar pelan. Mataku masih terpejam dengan sempurna sekarang.

Tap tap tap

Kini aku mendengar suara langkah kakinya yang begitu pasti. Bukan langkah menjauh, namun mendekat, lalu berhenti tepat di dekatku.

"Bagaimana demamnya?"

Belum sampai aku mendengar jawaban dari gadis itu, kurasakan tangan besarnya menyentuh dahiku. Kaget, tentu saja, namun aku masih mematung. Detik selanjutnya, tangan besarnya menyentuh leherku.

WHAT?

What is he doing?

Memeriksa suhu tubuhku?

Apa aku demam?

Kini aku semakin yakin ini bukanlah mimpi. Sesaat aku berusaha mengingat, apa yang terjadi denganku sebelumnya. Oh God, tentu saja, aku pingsan di sungai itu dan seseorang, laki-laki lebih tepatnya, menarik juga mengangkat tubuhku. Aku tidak mengingat apapun lagi setelah itu.

"Nona ini sudah tidak demam lagi, Tuan," sesaat gadis itu berhenti, "seharusnya saya memberi tahu, Tuan." 

Tidak ada jawaban dari laki-laki yang dipanggil Tuan itu.

Tap tap tap

Langkah itu seperti menjauh dariku, penasaran aku sedikit membuka mataku namun yang terlihat hanyalah punggungnya yang semakin berjalan menjauh hingga menghilang di balik pintu.

Oh no. Jangan katakan aku sudah tidak sadarkan diri berhari-hari di sini, yang entah di mana ini. Satu pertanyaan besarku, apa aku masih berada di area hutan itu?

Pandanganku beralih pada gadis itu yang juga masih menatap pintu keluar. Dengan cepat aku menutup mataku kembali sebelum dia mendapatiku membuka mataku.

Hening.

Tidak ada suara apapun yang aku dengar. Penasaran, aku kembali membuka sedikit mataku. Mencari keberadaan gadis itu karena aku tidak mendengar suara langkah kakinya meninggalkan kamar ini, mungkin aku bisa mengatakan kamar yang mewah, bahkan jauh lebih mewah dari kamar di apartemenku atau bahkan rumahku, yang ibuku selalu menyebutnya Red Rose House. Ya, rumahku dipenuhi dengan bunga mawar merah di taman yang begitu luas, mengelilingi rumah besar kami, terlihat begitu cantik.

Kembali ke kamar mewah di mana aku berbaring sekarang, kamar yang didominasi warna putih hingga terlihat semakin luas. Gadis itu terlihat duduk di sofa single di dekat tempat tidurku. Menunduk, menatap layar ponselnya. Ekspresinya terlihat begitu serius, entah apa yang dia lakukan dengan ponselnya itu.                                                                     
Sekali lagi aku memejamkan mataku. Kini, Kurasakan tubuhku terasa kaku, perlahan aku menggerakkannya.

Rgghh

WHAT?

Paha kiriku juga lengan kiriku tersasa begitu sakit walau aku belum banyak bergerak. My dear God, tentu saja aku kesakitan karena luka tembak di tubuhku itu.

"Oh God."

WHAT?

Apa dia mendengar rintihanku?

The Damn Demigod - #bountyhunterseries 1.0 [✅] 🔚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang