Chapter 18 - Tease and Taste

17.7K 1.4K 56
                                    

He's kidding me.

Aku masih mematung. Perlahan Oliver menurunkanku hingga aku melepaskan lingkaran tanganku dari lehernya. Tatapannya begitu dingin sekarang, seperti tidak peduli dengan hal yang baru saja diucapkannya telah membuatku syok.

"So?" ucapnya tidak kalah dingin dengan tatapannya.

Aku masih menatapnya, mencoba berpikir. Jujur, aku tidak pernah mengalami kesulitan berbicara dengan seseorang. Sepertinya tidak dengan dirinya. Berpikir keras itu yang aku lakukan.

Fine.

Jika dia menganggap hal yang aku inginkan darinya adalah sebuah candaan, okay, mungkin sedikit bermain dengannya tidaklah salah.

"Aku serius, Oliver."

"Me too," jawabnya cepat, tanpa jeda.

Aku mulai tersenyum tipis.

"Apa semua client-mu membayar dengan hal yang sama? Oh, mungkin jika dia adalah seorang gadis?"

"Itu bukan urusanmu."

Okay, fine.

Lagi, aku kembali tersenyum tipis walau aku ingin berteriak keras sekarang. Kini, aku mulai meraih tangan besarnya. Menggengamnya erat tanpa melepaskan tatapanku darinya.

Langkahku pelan dan dia mengikutinya. Satu tempat yang aku tuju sekarang, sofa panjang yang ada di tengah ruangan.

Selang beberapa detik, aku memintanya duduk di sofa panjang itu dengan isyarat kecil. Tanpa bersuara, dia mengikuti apa yang aku minta.

"Dan bagaimana jika aku tidak memiliki itu? Apa aku masih mendapat kesempatan untuk menjadi client-mu?"

Perlahan aku duduk di pangkuannya, bukan dengan posisi miring, namun tepat menghadapnya, dengan kedua kakiku yang terlipat mengapit kedua pahanya. Tanganku sudah mengelus lembut rahangnya.

"Dan, jika kamu menerimanya, apa yang akan kamu lakukan kepadaku jika aku memang bukan seorang virgin, Oliver?" bisikku tepat di telinganya, tidak hanya itu aku juga mengigit kecil telinganya itu.

Aku terus berbicara walau dia masih terdiam dan menatapku datar.

"Apa seperti ini?"

Wajahku sudah terbenam di lehernya dengan bibir yang bergerak pelan dari satu titik ke titik berikutnya, mencium juga mengigit kecil. This is bad, aku kembali mencium aroma maskulinya yang begitu kuat. Oh, God, jangan sampai aku lupa jika ini adalah permainan kecilku.

"Oh, mungkin seperti ini?"

Seperti gadis tidak bermoral di luar sana, tanganku sudah menelungsup masuk di balik kaosnya dan detik berikutnya jari-jariku sudah bergerak nakal, meraba kulit liatnya, sesekali memilinnya.

Kini bibirku sudah bergerak naik, bukan lagi lehernya yang aku cium, namun rahang tegasnya. Di saat yang sama, tanganku tidak lagi mengelus dadanya, namun bergerak lembut ke bawah, ya, ke arah perutnya.

Dia masih belum bereaksi dengan apa yang aku lakukan seperti menungguku bertindak lebih. Really?

"Say something, Oliver," lirihku dengan mengecup lembut bibirnya, "apa seperti ini?"

Bibirku sudah melumat bibirnya dengan tanganku bergerak memegang ikat pinggangnya. Belum sampai aku mendapat ciuman balasan darinya, dia memundurkan wajahnya hingga perlahan aku melepaskan ciumanku. Detik yang sama, tangan besarnya sudah memegang pinggangku, mengangkat tubuh kecilku, lalu melemparku hingga terbaring di sofa panjang.

The Damn Demigod - #bountyhunterseries 1.0 [✅] 🔚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang