Chapter 7 - Curiosity and Stupidity

22.4K 1.5K 25
                                    

I'm in trouble.

Aku mencoba mengingat kapan terakhir aku merasakan ciuman yang seperti itu. Mungkin sudah dua atau tiga tahun yang lalu. Oh my God, aku tidak ingin mengingatnya, itu terlalu menyakitkan bagiku.

01.30 AM

Mataku masih belum bisa terpejam hingga sekarang. Berguling ke kanan juga ke kiri begitu gelisah. Kuputuskan untuk turun dari tempat tidur dan melangkahkan kakiku menuju dapur.

Beberapa kali aku meneguk air mineral. Mencoba menenangkan diriku. Ingin sekali aku meminum minuman beralkohol di saat seperti ini, sayangnya aku bukan peminum yang baik, aku tidak bisa memimum minuman apapun dengan kandungan alkohol di dalamnya lebih tepatnya.

Tubuhku menolaknya, terutama kandungan histamine yang ada dalam alkohol. Hives atau yang orang mengetahuinya dari kulit yang memerah. Tidak hanya hives namun juga rasa gatal yang hebat di kulitku, dan buruknya lagi, aku juga mengalami sesak napas. Yang paling parah diantara semua itu yang pernah terjadi padaku adalah, tidak sadarkan diri. Hanya sekali dan aku tidak ingin meminum mimuman beralkohol, apapun namanya. Itu benar, aku alergi terhadap alkohol.

Tidak tahu apa yang akan aku lakukan. Aku mulai berjalan pelan. Mungkin sedikit berkeliling mansion ini akan membuatku lelah, dan setelah itu mungkin akan membuat tidurku pulas. 

Yang aku tahu, mansion ini memiliki banyak ruangan dan semua ruangannya adalah ruangan yang luas juga mengagumkan. Tidak ada warna lain dari setiap ruangan selain warna putih yang mendominasi.

Entah berapa ruang yang aku lewati, aku masih terus melangkah. Sesekali aku berhenti hanya untuk melihat lebih jauh hal yang menarik perhatianku. Mungkin otakku masih tidak dapat berpikir dengan baik apalagi jika aku mengingat apa yang dilakukan oleh Oliver padaku beberapa jam yang lalu. Tanpa sadar aku mengelus bibirku sendiri. Cheryl, wake up!

Aku akui, he's a d*mn good kisser. Walau tidak lama dia melakukannya, namun aku dapat merasakan itu dengan baik. Oh, stop!

'Ingat tujuanmu, Cheryl,' suara batinku mulai terdengar di dalam sana.

'Temukan dia.'

'Selesaikan semuanya.'

Langkahku masih pelan. Meninggalkan satu ruangan ke ruangan lain yang memang bukan ruangan khusus. Aku yakin ada banyak security code yang dibutuhkan untuk memasuki ruangan khusus itu, yang ada, semua ruangan yang aku masuki adalah ruangan untuk umum lebih tepatnya, tanpa ada security code satupun untuk memasukinya, seperti ruang keluarga yang beberapa kali aku duduk di sana.

Berharap ada gadget di tanganku sekarang yang dapat memungkinkanku melakukan apa saja. Meretas apa saja mungkin kata yang lebih tepat.

Signal itu jelas mengarah padanya. Aku berusaha mengingat tentang signal itu. Yang pertama aku tangkap di hutan itu. Namun itu hanya camouflage signal, tidak nyata maksudku. Signal yang dapat muncul dan hilang begitu cepat di waktu-waktu tertentu. Tidaklah heran jika itu terjadi, mengingat signal itu tidaklah nyata. Dan sekarang aku menemukan the real signal, di sini, di mansion ini.

"First thing in the morning."

It's not my voice. Aku mengenal suara dalam juga sexy itu dengan baik. Penasaran akan  apa yang diucapkannya, mungkin kepada siapa dia berbicara, aku menghentikan langkahku, bersandar di dinding dekat pintu. Bukan ruangan rahasia, namun ruangan terbuka lainnya, perpustakaan lebih tepatnya, dengan begitu banyak lemari buku yang besar yang menutup setiap dinding ruangan.

The Damn Demigod - #bountyhunterseries 1.0 [✅] 🔚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang