Chapter 29 - Agreement and Violation

15.7K 1.1K 57
                                    

Update lagi, semoga ada yang senang.
Hepi reading.
xoxo, io
____________________________________________





My dear God.

Aku hampir melupakan misi utamaku. Seharusnya aku melupakan apa yang beberapa saat lalu aku dengar. Tidak ada waktu untuk mendengarkan hatiku yang tidak jelas akan apa yang kurasakan pada laki-laki dingin ini.

Okay, berperilakulah selayaknya seorang client. Seperti dia, sempurna memerankan bounty hunter, begitu fokus akan misinya, mencari tahu siapa saja orang yang berada di balik kematian orang tuaku.

"Apa aku boleh ikut?" ucapku ringan di sela-sela sarapanku. Berusaha bertanya walau aku sudah jelas apa jawabannya nanti. Tentu saja aku sudah pernah menanyakan hal itu saat pertama kali menanda tangani kontrak sebagai the client.

"Tidak," jawabnya tanpa jeda bahkan dia tidak menatapku saat menjawabnya, ya, dia terlihat sibuk dengan ipad-nya.

"Berapa lama kamu aka pergi? Apa sampai midnight?"

"Mungkin."

Tanpa sadar aku menghela napasku.

"Apa yang aku lakukan saat kamu pergi nanti?"

"Apa pun asal jangan meninggalkan rumah ini."

Rumah? Sungguh manis. Selalu begitu. Dia mengucapkan kata itu, seperti aku adalah penghuni tetap rumah ini, pemilik rumah ini, walau kenyataannya aku hanya tamu.

Aku mengangguk pelan, masih menatapnya walau pandangannya tidak beralih dari layar ipad-nya.

"Oliver," aku berhenti sesaat hingga mata gelap itu menatapku, "aku melewatkan beberapa hari untuk kuliahku," lagi aku berhenti, memastikan dia mendengarku, "laptop juga ponsel, apa aku boleh meminjamnya darimu? Aku tidak ingin ketinggalan apa pun."

"Akan kuberikan nanti."

Senyumku merekah begitu saja hanya karena mendengar kalimatnya.

"Perfect. Terima kasih, Oliver."

Dia mengangguk pelan. Aku kira dia akan mengalihkan pandangannya pada ipad-nya, ternyata tidak. Dia masih menatapku dengan tatapan dingin yang sama. Entah kenapa, aku tidak nyaman akan tatapannya kali ini, hingga perlahan aku meminum teh hangatku untuk mengalihkan pandanganku darinya.

"Cheryl."

"Ya," jawabku cepat, lalu kembali meneguk teh hangatku. Sekali lagi, aku tidak nyaman dengan tatapannya.

"Jangan meretas apa pun nanti."

My goodness.

Aku tersedak seketika. Dengan cepat aku meletakkan cangkir tehku di meja lalu mengusap kasar bibirku yang basah akan teh yang keluar dari mulutku.

"Nona," ucap Fiona yang sudah berdiri di sampingku, "apa, Nona baik-baik saja?" ucapnya lagi dengan memberikan tisu dan segelas air putih.

"Ya, ya," ucapku dengan senyum tipis, "terima kasih, Fiona."

Kuraih tisu dari Fiona dan membersihkan kembali bibir juga kaosku yang terkena percikan air teh. Aku masih belum menatap Oliver. Dengan cepat kuteguk air putih itu hingga tidak bersisa.

"Apa Nona ingin air putih lagi?"

"No, thanks."

Pandanganku beralih pada Oliver yang aku yakin sedari tadi pandangannya belum beralih dariku. Aku sadar kenapa dia berkata seperti itu. Memastikan aku tidak melakukan hal yang sebelumnya aku lakukan hingga membahayakan dia juga Violet, hingga dia meminta Violet membawaku ke ruangan perlindungan bawah tanah itu.

The Damn Demigod - #bountyhunterseries 1.0 [✅] 🔚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang