AMBANG : (Kebahagiaan)

772 21 1
                                    

******
.
.
.
Marissa sedang berada di lantai dua cafe, dia sedang menata beberapa bunga di sana saat tiba-tiba Adriana meneriakan namanya

"Saa... Marissa..!" Suara Adriana memanggil Marissa.

"Sa..."
"Apa sih Dri, ada apa?" Jawab Marissa bingung.

"Ini apa?!" Tanya Adriana sambil membawa kertas yang ia temukan tadi.

"Ini apa?! Jawab Sa! Gue tanya ini apa?"
"Itu...."

"Kenapa sih lo nggak mau jujur dari awal sama gue?" Suara Adriana dengan nada yang serius.
"Dri, gue bisa jelasin semuanya" ucap Marissa khawatir.

"Marissa...." ucap Adriana sambil menggelengkan kepalanya.

.......

Adriana berjalan perlahan menuju Marissa, dia memandang kertas yang dibawa Adriana. Itu adalah contoh kartu undangan pernikahannya.

Marissa takut jika Adriana akan marah, jantungnya berdetak lebih cepat.

"Drii, gue bisa..." belum sempat Marissa menyelesaikan ucapannya Adriana sudah mendekat dan memeluk Marissa dengan erat. Pelukan itu membuat Marissa bingung.

"Kok lo nggak pernah cerita sama gue sih Saa"
"Gue takut kalo lo marah Dri... Gue nggak enak sama lo"

Adriana melepaskan pelukannya,
"Lo ngomong apa sih Sa, lo itu temeb gue. Mana mungkin gue nggak suka apalagi marah. Buat apa gue marah demi kebahagiaan temen gue sendiri"

Perasaan Marissa jauh lebih baik sekarang, dia tenang karna semuanya tidak seperti apa yang dia bayangkan.

*****

Ayah Adriana masih saja terus merasa bersalah, sudah hampir setahun tapi semua itu masih saja membayanginya. Kini dia tinggal sendirian di rumahnya.

Meskipun sebenarnya ibu Adriana terkadang datang untuk mengurus suaminya itu, tentu saja tanpa sepengetahuan Adriana.

"Permisi, Om?" Ucap seseorang yang sudah familiar dengannya,
"Oh Putu kamu udah sampe sini"
"Iya Om"

Putu langsung masuk ke rumah itu dan bertemu dengan ayah Adriana. Awalnya memang ayah Adriana membenci kehadiran Putu dalam kehidupan anaknnya. Namun setelah semuanya terjadi dia baru sadar, bahwa Putu lebih baik dari apa yang dia sangka.

Sudah berulang kali Putu datang ke rumah itu. Rumah di mana kejadian itu berawal. Semua yang akhirnya mengubah jalan hidup mereka.

Seorang wanita membawa segelas air di atas nampan dan menawarkannya kepada Putu, "Nak... Ini ya, jangan lupa diminum".
"Iya, makasih ya tante"

Wanita itu tidak lain adalah ibu Adriana.

"Gimana kabar Tante?" Ucapnya pada wanita yang saat ini duduk di samping suaminya itu.

"Alhamdulillah baik nak, kamu gimana?"
"Putu baik kok tante"

"Gimana S2 kamu? Lancar?" Ucap ayah Adriana. Nampaknya mereka berdua benar-benar sudah berdamai dengan masalalu.

"Baik om, tadi juga dari kampus. Terus keingetan buat mampir kesini"

......

Cinta Beda AgamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang