TELUK -Rose-

4.1K 147 0
                                    

****

Sampe kapan lo marah ke gue kaya gini Dri, emangnya salah kalo gue mengharap lo jadi pasangan gue?

Udah berjam-jam gue di luar kehujanan, gue ngerasa kedingingan gue udah gak kuat lagi berdiri kepala gue pusing banget. Dan tiba-tiba semuanya gelap, dan gue gak tau apa yang terjadi.

-Adriana POV-

Udah berjam-jam dia kehujanan, tapi biarlah salah dia sendiri nekat hujan-hujanan.

"Dri, Putu pingsan" teriak Vino dari lantai bawah.

Aku langsung lari turun ke bawah, walaupun aku marah sama dia. Tapi aku juga nggak boleh egois, aku juga sayang dia.

"Vino, mana Putu" dia masih di luar rumah, tebaring di sana ditengah hujan.

Aku pun langsung lari keluar rumah, aku mengangkat kepalanya. Ya Tuhanku mukanya pucet banget, badannya juga dingin banget. 'Betapa jahatnya gue' penyesalan gue dalam hati.

"Adriana" suara Putu lirih memanggil namaku, dia lemah dan ini semua karena aku.

"Vino, tolong bawa Putu ke dalam rumah"

Vino pun, membawa Putu ke dalam rumah. Bajunya basah banget, aku takut kalo dia sakit.

"Vin, tolong gantiin bajunya Putu ya. Nih pake baju adek gue dulu, insyaallah muat"

Aku pun keluar kamar, menuju dapur. Membuat makanan untuk Putu, tak terasa air mataku menetes. Perasaan bersalah terus menghantui hatiku.

"Dri, lo knapa nangis?"
"Ini semua salah gue Sa, gue terlalu egois sama dia. Gue terlalu mikirin diri gue sendiri Sa"
"Ini bukan sepenuhnya salah lo Dri, hati lo tuh lagi labil. Jadi nggak salah lo ngelakuin ini"

Aku memeluk Marissa, aku nggak tau apa yang harus aku lakukan.

Vino turun dari kamar, dan aku pun membawa makanan dan air hangat untuk mengompres Putu.

"Vin, apa Putu udah sadar?"
Vino hanya menggeleng, ternyata dia masih pingsan.

Aku masuk ke kamar, dan duduk di samping Putu berbaring. Dia sangat lemah, badannya dingin. Dan semua ini atas kesalahanku, kebodohanku.

Aku mengompres wajah Putu dengan kain hangat, 'Putu maafin aku ya aku tau aku salah' ucapku dalam hati.

Aku udah nggak kuat lagi ngeliat dia kaya gini, air mataku kembali menetes.

"Putu, bangun dong. Kamu jangan tidur terus, aku udah buatin kamu sup. Kamu pasti lapar kan, kalo kamu bangun nanti Aku suapin kamu. Ayo dong keburu supnya dingin, Putu bangun ya" ucapku sedikit putus asa dihadapan Putu.

Orang yang aku sayang, tapi tanpa sadar aku sudah melukai hatinya.

"Dri..." aku terkejut, suara itu
"Putu kamu udah sadar?"
"Dri kamu knapa nangis?"

Aku hanya diam, aku membantunya untuk duduk. Sebenarnya aku sangat bahagia, akhirnya dia bangun.

"Dri kamu..." belum selesai dia berbicara, aku langsung memeluknya. Aku menangis dipelukannya, dia pun juga memelukku dengan erat. Seakan aku tak boleh lagi, pergi dari sisinya.

"Putu maafin aku ya, Aku egois. Gara-gara aku kamu jadi kaya gini"

Sambil mengusap air mataku dia berkata
"Udahlah Dri, aku gakpapa kok. Kamu nggak usah khawatir, bukan sepenuhnya salah kamu kok Dri"
"Aku sayang kamu Putu"

Dia sedikit tersenyum, dan kembali memelukku. Dan kini bukan lagi air mata kesedihan, namun yang asa hanya air mata kebahagiaan.

"Oiya, kamu harus makan ya. Tadi aku udah buatin kamu sup, ayo makan nanti kamu sakit" aku menyuapinya, tampak wajahnya yang sangat bahagia.

Cinta Beda AgamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang