Bab 13

3.7K 557 43
                                        

Sorry typo everywhere. Selamat baca. Semoga suka.

Ditunggu jejak penyemangat untuk Ra❤

***

Kamila tidak tahu kenapa bisa-bisanya ia hanya diam tidak bersuara ketika Rio mengatakan akan membawanya menuju kediaman Pradipta. Antara terkejut, kesal, sekaligus bingung untuk menolak karena kasihan juga kalau Rio harus memutar arah untuk balik ke rumahnya.

Rio yang mendapat respon seperti itu tentu mengartikannya sesuai dengan apa yang ia lihat. Kamila marah sehingga tidak mau menjawab pertanyaannya sama sekali.

"Kamu ... nggak mau, ya?" tanyanya usai membeli siomay dan lanjut mengemudi.

Gadis itu masih diam membuat Rio menggaruk lehernya sedikit bingung dengan ke'diam'an adik sahabatnya.

"Kalau begitu kita nggak usah ke—"

"MAS RIO NYEBELIIIN!"

Tiba-tiba saja gadis itu berteriak sambil memukul-mukul paha Rio dengan clutch emasnya membuat Rio mengaduh kesakitan.

Gila, mantep juga pukulannya si Kamila. Sebelas dua belas ama abangnya, gerutu Rio.

"Awww ... ampun-ampun, Neng. Allahu Akbar, saya besok masih ada kerjain jangan bikin pahanya lebam," kata Rio.

"BIARIN! SIAPA SURUH MAS RIO NGGAK BILANG DARI AWAL?"

"Aduuh, serius sakit, Neng. Maaf deh, tapi ini saya harus fokus nyetir juga. Kamu enggak mau kan kisah kita kayak Romeo dan Juliet yang mati bar—"

"Nggak mau! Amit-amit, ya Allah. Kamila masih mau kuliah dan nikah."

"Nah. Makanya duduk yang manis. Jangan pasang wajah jutek lagi. Insya Allah saya nyetirnya juga nyaman, selamat sampai tujuan. Kan kasian kalau—naudzubillah min dzalik—nanti kita kecelakaan dan saya tiada, kamu kehilangan calonmu yang ganteng ini."

Kamila berdecak menatap Rio, "masih banyak cowok yang lebih ganteng dan muda di luar sana. Emangnya mas Rio."

Perkataan Kamila seperti menohok hatinya.

Lebih ganteng dan muda, batin Rio terasa sesak.

Kalimat tersebut mendadak terus terngiang memenuhi isi kepalanya, membuat ia diam-diam tersenyum kecut mengingat selisih umur mereka yang terpaut jauh.

***

Begitu mereka sampai di kediaman Pradipta, Rio turun dari mobilnya terlebih dahulu di susul oleh Kamila yang kini berjalan tidak jauh darinya.

Widya sempat terkejut mengetahui siapa yang mengucapkan salam. Tidak menyangka bahwa anak bujangnya akan membawa adik sahabatnya ke rumah.

"Terakhir kali kamu main ke sini sama Akmal itu pas SD ya? MasyaaAllah, sekarang sudah cantik. Sudah jadi gadis kesayangan om Haris pasti. Hayuk, duduk dulu."

Tangannya dibawa menuju ruang tamu untuk duduk di sofa. Widya mulai berceloteh dengan antusias sembari menyuguhkan begitu banyak camilan untuk Kamila.

"Ketemu 'mainan' baru, langsung deh putra mama yang paling ganteng ini terabaikan. Nggak disambut, nggak ikut disuguhin minum dan camilan."

"Kamu ini sudah besar masih manja. Kamu, kan, anak mama ya tinggal masuk aja nggak perlu mama sambut. Memangnya kalau mama sambut kamu, mama dapat apa?"

"Dapat calon mantu," bisik Rio pelan sambil mengedipkan sebelah matanya untuk mengode Widya.

Wanita tua itu hampir saja berteriak kegirangan dan keceplosan mengatakan 'AKHIRNYA MAMA DAPAT CALON MANTU JUGA' yang membuat Rio dengan terpaksa membekap mulutnya.

On the Way to HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang