Bab 17

5.2K 470 31
                                    

Sabar ya, gaes. Tenang. Aku udah bertekad buat rampungin ini dan (im)perfect, tapi lagi hectic persiapan kuliah jadi sedikit terbengkalai.

Kali ini insyaaAllah selesai tanpa unpub lagi. Kuncinya hanya sabar.

Yang merasa tidak sanggup menunggu, Ra nggak masalah untuk mencari cerita lain. Ra tau ini salah saya karena sering gantungin kalian dan saya sudah siap dengan resikonya.

Makasih yang udah sering ngertiin Ra.

Semoga terobati rasa kangennya dan maaf part ini pendek :)

Selamat membaca dan maaf typo berserakan.

***

Deru motor ninja milik Diego sudah terdengar membuat bi Aina dengan segera membukakan gerbang untuknya.

"Den Diego sudah pulang," sambut bi Aina senang begitu melihat anak majikannya datang.

"Assalamu'alaikum, bi," salam Diego.

"Eh iya, wa'alaikumsalam, den. Bibi lupa harusnya ucap salam dulu ya."

Diego terkekeh.

"Mami Papi udah pulang, bi?" tanyanya sembari melepas helm dan sepatu yang ia pakai.

"Kurang tau, den. Saya juga kan baru dateng. Tadi disuruh maminya den Diego dateng siang. Mungkin udah kalau diliat dari mobilnya mah."

"Saya ke dalam, ya, bi."

Laki-laki itu segera masuk ke dalam rumah. Tangannya membuka kancing baju koko yang belum sempat ia lepas tadi setelah kajian dengan segera.

"Abis ibadah di mana kamu, Diego?" tanya Stevi tepat saat Diego baru saja akan melepaskan baju kokonya.

Kepalanya menunduk, tidak berani menatap balik mata tajam Stevi.

Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.

Berulang kali kalimat istighfar ia lantunkan di dalam hati. Ia tahu betul saat ini dirinya sedang terancam. Apalagi Stevi sangat tahu bahwa baju yang belum sempat ia lepaskan tadi adalah baju koko.

"JELASKAN PADA MAMI, APA INI? KENAPA INI ADA DI KAMAR KAMU?!"

Stevi membanting benda yang sedari tadi dipegangnya hingga menimbulkan bunyi begitu keras.

Diego yang baru menyadari kalalu kitab suci agamanya adalah benda yang baru saja dibanting Maminya tersentak kaget. Dengan cepat ia mengambil al-quran tersebut dan menciumnya sambil beristighfar.

Belum sempat laki-laki itu bangkit berdiri setelah mengambil al-qur'an, tamparan keras dilayangkan oleh Jo pada pipi anaknya.

"Keluar sekarang!"

Mulut Diego meringis kesakitan merasakan tamparan yang baru saja dilayangkan Jo. Ingin sekalinya rasanya ia menangis, namun ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa laki-laki harus kuat.

Lagipula apa yang ia yakini saat ini adalah kebenaran, lantas kenapa ia harus takut?

Perlahan Diego mulai bangkit berdiri dan menatap kedua orangtuanya yang sudah menampakkan wajah murka.

"Mami kan udah bilang putusin Kamila, Diego? Kenapa kamu terpengaruh?" Stevi menangis.

Maminya itu walaupun keras, namun di sisi lain ia juga tidak bisa terlalu kasar dengan Diego walau putranya bersalah. Diego adalah anak satu-satunya. Susah payah mereka mendapatkan keturunan hingga akhirnya Diego lahir yang merupakan kebahagiaan tersendiri khususnya bagi Stevi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

On the Way to HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang