Bab 2

12.6K 1.1K 44
                                        

Happy reading! Sorry typo everywhere!

Biasakan klik ⭐ di pojok itu ya sebelum membaca. Lebih mudah daripada menulis cerita kok😊

***

Suasana salah satu kafe terbilang cukup ramai karena sudah jam pulang sekolah yang tentunya langsung dipenuhi anak muda.

Kali pertama Rio dan Kamila menginjakkan kakinya di kafe tersebut, para pengunjung langsung menoleh dan memperhatikan mereka.

Bukan karena ketampanan Rio atau kecantikan Kamila yang menarik perhatian. Namun lebih karena pakaian yang mereka kenakan.

Rio dengan masih memakai jasnya sedangkan Kamila dengan seragam putih serta biru dongker dan masih menggendong tas ranselnya.

Mungkin mereka bertanya-tanya, apakah keduanya kakak beradik? Om dan keponakan? Atau sepasang kekasih? Jika sepasang kekasih, tentu saja perbedaannya jelas mencolok, terlihat dari pakaian mereka.

"Kenapa mereka liatinnya kayak gitu, sih, om?" tanya Kamila sedikit berbisik.

Ia merasa risih, tentu saja. Dari mulai melangkah, memesan makanan, bahkan sampai makan pun masih saja ada orang yang memperhatikan mereka sambil berbisik-bisik.

"Mungkin karena gue ganteng," jawab Rio santai.

"Iya lo ganteng om. Nih, kalau gue liat dari ujung sedotan."

"Sialan. Selain si Akmal, gue termasuk laki-laki yang mempunyai pesona memukau di depan kaum hawa. Tapi gue mah dari dulu setia ama orang, emangnya si Akmal. Suka tebar pesona, PHP lagi. Sebelum ketemu kakak ipar lo, sih, lebih tepatnya."

"Heh, yang lo bilang suka tebar pesona dan PHP itu kakak gue, ya, om. Sahabat lo juga kali."

Mereka melanjutkan makan dalam diam, tidak ada pembicaraan sama sekali di sela-sela menyantap hidangan. Selesai makan, keduanya pun menuju kasir.

Kamila mengeluarkan dompet yang di dalamnya terdapat uang pemberian Akmal tadi.

"No. Biar gue aja."

"Iiih, gimana, sih. Tadi katanya gue di suruh bayarin," gerutu Kamila sebal. "Udah, gue aja."

"Ini, mba."

"Ini, mba."

Keduanya secara bersamaan memberikan lembaran uang.

Mba kasir tersebut terkekeh. "Jadi mau dibayar pakai uang mas atau uang pacarnya?"

Rio memberi pelototan pada Kamila, membuat gadis itu dengan kesal menaruh uang kembali di dompetnya dan berjalan keluar dari kafe lebih dulu.

"Kalau punya pacar ABG ya gitu, mas, resikonya. Gampang ngambek. Coba dibujuk lagi, mas. Masa gara-gara ini aja langsung marahan," ujar si mba kasir yang sebenarnya malas sekali Rio ladenin.

"Iya, mba. Dia mah gampang, sekali cium langsung luluh. Makasih, mba," jawab Rio asal dan pergi begitu saja tanpa mempedulikan si mba yang terlihat terkejut dengan jawabannya.

"Astaghfirullah. Anak muda sekarang, ya, dikit-dikit mainnya cium. Ck." Mba itu berdecak.

Rio melihat Kamila yang bersedekap dengan bersandar pada pintu mobil. Wajahnya masih ditekuk. "Masuk, dek." dibukakannya pintu mobil untuk Kamila.

Gadis itu masuk dengan malas-malasan.

"Hey."

"Jangan pegang-pegang!" serunya galak dan segera menjauhkan tangannya yang tadi sempat digenggam Rio.

On the Way to HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang