Bab 14

3.3K 495 15
                                        

Selamat membaca. Maaf typo berserakan.

Terima kasih bagi yg sudah meninggalkan jejak manis di sini❤

***

"Hari Minggu jangan lupa ibadah, Di. Papa lihat akhir-akhir ini kamu sudah jarang ibadah di gereja biasanya. Kamu masih ingat Tuhan kan, Di?"

Diego mengangguk ragu.

"Papi gak mau lagi denger seperti apa yang mami adukan waktu itu. Dan tolong, jauhi Kamila. Hhh, papi kira dia gadis baik. Ternyata dia malah membawa dampak buruk buat kamu."

"Kamila tidak membawa dampak buruk apapun bagi Diego, Pi."

Jonathan tersenyum sinis, "lalu apa maksudnya dengan buku panduan ibadah orang muslim yang waktu itu mami temukan? Sudah pasti itu gara-gara gadis itu, kan? Lebih baik kalian putus dan cari dengan yang seiman," ujar Stevi.

"Papi tidak segan-segan mengeluarkan kamu dari rumah kalau kamu berani mengikuti ajaran pacarmu itu!"

Selesai berkata seperti itu Jo dan Stevi langsung masuk ke dalam kamar. Meninggalkan anaknya yang masih menyantap makan malam.

Kami sudah putus pi, tapi Diego senang karena Diego sudah menjadi saudara seiman Kamila, batin suara hatinya.

***

"Jadi ini mantannya Diego," Gisella menatap sinis saat melihat Kamila baru saja keluar dari kantin bersama dengan Mayra.

Kamila mengabaikan tatapan tersebut dan terus berjalan menuju kelas. Ia tidak ingin mencari masalah dengan kakak kelasnya, lebih-lebih kepada Gisella yang ternyata menaruh rasa pada Diego.

Bruk

"Akh," ringisnya.

Gisella tersenyum puas melihat Kamila yang terjatuh karena kesengajaan kakinya.

"Itu balasan buat lo karena berani-beraninya menghasut pikiran Diego untuk pindah ke agama kalian."

Gadis itu menggeram kesal.

"Saya tidak pernah menghasut kak Diego untuk keluar dari agamanya. Ingat itu."

Dengan dibantu Mayra, Kamila bangkit berdiri dan berlalu pergi. Ia tidak ingin menjadi tontonan seisi kantin dan membuat 'drama' dengan Gisella.

"Emangnya kak Diego jadi mualaf pas kalian masih pacaran, Neng?" tanya Mayra.

Kamila menggeleng, "dia mualaf nggak lama setelah kita putus. Awalnya gue pikir juga dia mualaf cuman karena pengen balikan dan ikut ajaran yang sama dengan gue. Tapi alhamdulillah, ternyata setelah ngobrol waktu dia nganter pulang, kak Diego bilang niatnya lillahi ta'ala."

"Alhamdulillah kalau gitu. Eh itu kak Diego, Neng. Dia lagi jalan ke arah kita, tuh," Mayra menyikut pelan lengan sahabatnya, mengalihkan perhatian Kamila.

"Kebetulan aja kali mau lewat arah sini."

"Serius, deh. Tuh kan, Neng, dia ngeliat ke arah lo terus," ujar Mayra sedikit berbisik karena orang yang mereka bicarakan berjarak tidak jauh di hadapan mereka.

"Kamila," panggil Diego.

Kamila menghentikan langkahnya. "Ada apa, Di?"

Diego melirik sekilas ke arah Mayra dan tersenyum sopan, "pinjam sebentar sahabat lo ya, Dek."

Mayra mengangguk. Ia membiarkan Kamila mengikuti Diego dan mengobrol sedikit menjauh darinya.

"Kamu bisa tolong aku, Mil?"

On the Way to HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang