Part 9

26 5 0
                                    

Daffa melihat kedipan lampu berwarna merah sebanyak 2x pada CCTV dikamarnya, hal itu menandakan bahwa sekarang Daffa sudah boleh beristirahat dari lelahnya berinteraksi dengan buku buku tebal ini.

Daffa menghembuskan nafas lelah.

Kamar ini,
Kamar mewah yang membuatnya selalu merasa berada di dalam lapas.

Daffa merasakan tenggorokannya sangat kering, dia berniat ingin mengambil beberapa jus kotak dan cemilan di kulkasnya.

Dia keluar dari kamar, lalu menuruni tangga dengan sangat lemas dan bertambah lemas saat melihat,

Surya papahnya sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita yang Daffa perkirakan berumur ada dibawahnya.

Daffa menatapnya dengan garang ke arah ruang tamu, tempat yang Daffa anggap adalah tempat paling indah  dimana banyak wajah mamahnya terpampang dalam figura dan sekarang tempat itu malah menjadi tempat yang paling menjijikan, seluruh bagian wajah Daffa terlihat memerah karna amarah yang terus memuncak.

Tapi lagi dan lagi, Daffa hanya mampu menelan kemarahannya itu bulat-bulat.

Daffa terduduk ditangga,

Dia mengurungkan niatnya untuk mengambil jus kotak, dia kembali ke kamarnya.

Mencari benda pipih berwarna gold dan mencari kontak seseorang.

Dia mengetikkan pesan kepada orang itu

"Gua butuh barang lo lagi. Kita ketemu besok kaya biasa. Kali ini gua minta dua kali lipat"

Setelah pesan terkirim Daffa menggeletakkan ponselnya begitu saja di nakas.

Dia menarik selimut tebalnya, lalu mencoba untuk terlelap.

Melupakan semua amarah dalam dadanya.

Setiap akan tertidur Daffa selalu memiliki satu permintaan yang selama ini belum pernah terwujud,

Dan permintaannya adalah, Daffa ingin tidur dan tak pernah bangun lagi.

***

Langit sudah mulai gelap, itu artinya Yura sudah tertidur terlalu lama, bahkan dia belum mengganti seragamnya sejak pulang sekolah tadi.

Lagi-lagi semua ini disebabkan oleh Daffa,

Salahkan Daffa yang membuat Yura menangis sepanjang hari karna ucapannya yang lebih pedas dari sekedar mie samyang.

Oh tidak, ini bukan salah Daffa

Ini salah dirinya yang tidak tau diri.

Sudah jelas dan secara terang-terangan Daffa menolaknya,

Jika bukan karna kebodohannya yang terlalu percaya dengan keajaiban cinta, Yura tidak akan membuat dirinya menderita seperti ini.

'Sudah cukup' batin Yura, dia tidak ingin mengingat makhluk Tuhan bernama Daffa lagi.

Yura bergegas menuju kamar mandi, dia ingin melepaskan apapun yang berhubungan dengan Daffa, akan dia biarkan semua kenangan pahit itu terbawa oleh air.

Mengalir menuju sungai, berakhir di luasnya samudra dan hilang di segitiga bermuda.


DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang