Part 11

23 5 0
                                    


"Asal lo tau, kemarin gue main ke tongkrongan anak-anak cowo kelas 12 sama pacar gue. Dan lo tau ngga ?mereka semua heboh banget ngomongin si Yura. Dan lebih parahnya lagi si Dion ketua basis sekaligus gebetan lo juga ikut naksir sama Yura" Ucap salah satu siswi.

"Demi apa lo? Pantesan dia tiba-tiba ngejauh dari gue tanpa alesan. Ini toh penyebabnya?" Jawab siswi yang lain

"Ck. Kebanyakan caper si tuh anak. Sok cantik banget, geli gua liatnya"

"Dia frustasi mungkin gara-gara udah berkali kali ditolak sama Daffa. Jadinya gitudeh, ngumbar diri biar dilirik sama cowo cowo disekolah"

Wulan yang sedang berjalan disamping Yura hanya mampu merangkul sahabatnya erat. Dia seakan mengatakan 'every thing will be okay'.

"Yur, sorry ya. Harusnya gua ngga maksa lo ke kantin. Kalo lo mau ke kelas sekarang gapapa ko. Gua ke kantin sendiri ngga papa" Ucap Wulan kepada Yura

"Ngga papa kali Lan. Aku kan emang udah biasa diginiin" Ucap Yura.

Yura Memasang wajah seolah semuanya baik-baik saja.

"Gua ngga enak sama lo. Udah sana, lo balik ke kelas aja" Ucap Wulan

"Ck. Udah sampe kantin nih, kamu mau jajan apa ? Udah sana aku tungguin disini" Ucap Yura

Wulan baru sadar jika mereka sudah sampai ditempat yang mereka tuju.

Kantin

"Yaudah gue beli nasi dulu ya. Lo tunggu sini, kalo ada yang macem-macem sama lo, panggil gue. Oke?" Ucap Wulan, sahabat sekaligus orang yang sudah Yura anggap sebagai kakak kandungnya.

Hanya Wulan yang mengisi kekosongan hidup Yura selama ini.
Wanita yang merupakan atlet taekwondo itu adalah tameng Yura.

Tak apa jika Yura tidak memiliki geng layaknya siswi SMA kebanyakan, memiliki Wulan sudah lebih dari cukup baginya.

Yura menyandarkan punggung nya di tembok sambil sesekali memilin rambut ikalnya.

Dia mengedarkan pandangan ke segala arah, dan matanya terpaku pada satu sosok yang saat ini juga sedang menatapnya dari kejauhan.

Afkar Nurdiyansyah.

Yura segera memutus kontak matanya dengan Afkar. Dia benar-benar malas mempunyai urusan sekecil apapun dengan playboy kelas Wahid bernama Afkar.

Yura tak ingin menjadi korban Afkar.
Tak akan.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.

Itu pasti Wulan, ucap Yura dalam hati.

"Lan ko capet banget em---
Suara Yura terputus begitu saja, saat melihat orang yang menepuk bahunya bukanlah Wulan, melainkan

Daffa
Alvino Daffa muffawaq

Raut wajah Yura kontan berubah menjadi tak beraturan.

Ada rasa rindu yang terbersit dalam hatinya, namun rasa sakit lebih dominan bersarang di hatinya.

Selama 1 tahun Yura berjuang untuk mendapat perhatian Daffa, dan sekarang Daffa ada dihadapannya, tanpa tindakan apapun yang diperbuat oleh Yura.

Haruskah Yura bahagia ?

Tidak.

Yura sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk melupakan semua tentang Daffa, mengusir semua harapannya kepada makhluk Tuhan bernama 'Daffa'.

"Yur, aku mau bicara sama kamu" ucap Daffa akhirnya membuka suara.

"Ngga ada lagi yang perlu dibicarain Daff. Daffa sekarang udah bebas, Yura ngga ganggu Daffa lagi" balas Yura

"Ngga Yur. Aku mau bicara sama kamu" Ucap Daffa

"Yaudah bicara sekarang" balas Yura

"Ngga disini Yur, disini terlalu ramai. Ayo ikut aku" Ucap Daffa

"Kenapa Daff? Emang kenapa kalo disini ramai ? Bukannya Daffa emang udah terbiasa bikin Yura malu di tempat ramai? Sekarang Daffa mau ngomong apa lagi ? Mau ngomong kalo Yura murahan ? Gampangan ? Ngga tau diri ? Hah?---" ucap Yura terpotong

"Yur ngga gitu, kamu salah paham. Sekarang ikut aku yaa" ucap Daffa yang masih setia dengan nada rendahnya.

"Ngga! Sekali engga tetep engga" Ucap Yura tegas.

"Yura, please. Sekali ini aja, please" Ucap Daffa disertai dengan nada melasnya.

Dia menggenggam tangan Yura, dengan wajah yang seakan menunjukkan bahwa Daffa benar-benar serius ingin memperbaiki semuanya. Dan juga tatapan yang seolah mengatakan bahwa ada banyak sekali yang harus Daffa jelaskan.

Hati Yura luluh melihat ketulusan Daffa

"Please Yur" Ucap Daffa sekali lagi.

Yura baru saja akan mengatakan 'iya' sebelum

''Daffa" Ucap sesorang yang tiba-tiba datang, dan langsung mengalihkan perhatian Daffa dari Yura.

Cherry Jesica Natasya

"Daff, ayo ikut aku" Ucap Cherry disertai dengan kode mata yang Yura tidak mengerti.

Yura berharap Daffa akan menolak ajakan Cherry, dan segera membawanya pergi untuk bicara.

Namun harapan hanyalah sebuah harapan,

Karna pada kenyataannya ketika Cherry menarik tangan Daffa, tak ada respon berarti dari laki-laki itu untuk menolak ajakan Cherry. Daffa menurut dengan Cherry, dia mengikuti kepergian Cherry dan melupakan keberadaannya disini.

Yura hanya termenung, tersadar dari harapannya yang begitu tinggi dengan Daffa.

Lagi dan lagi,
Yura kecewa dengan dirinya sendiri.
Kecewa dengan dirinya yang begitu mudah luluh dengan ucapan Daffa.

Yura kecewa dengan dirinya sendiri yang tak mampu membangun benteng untuk hatinya, benteng yang bisa melindungi hati Yura dari sakitnya berharap.

Dari sakitnya mencintai sepihak, dan dari sakitnya terabaikan.

Wulan yang sedaritadi menyaksikan kejadian itu pun langsung mendekat ke arah Yura, merangkul pundak ringkih sahabatnya.

Tak apa, dengan begitu setidaknya Yura tau, bahwa meskipun seluruh dunia menjatuhkannya, maka disitu ada Wulan yang menopangnya.

Terimakasih Wulan.

DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang