Part 18

14 3 0
                                    

Yura  tak bisa memfokuskan pikirannya kepada penjelasan tentang  reaksi kimia yang sedang dijabarkan oleh Bu Naya di depan.

Yura berkali-kali mengalihkan pandangannya kepada seorang laki-laki yang sekarang sedang menjalankan hukuman di lapangan.

Siapa lagi kalau bukan Dion ?

Salah gue, salah gue.

Tak henti-hentinya Yura menyalahkan diri sendiri atas apa yang menimpa Dion sekarang.

"Ck. Yur lo kenapa sih ? Fokus dong. Bu Naya lagi ngasih kisi-kisi tuh buat UH minggu depan" Ucap Wulan yang sedaritadi sudah bosan melihat Yura yang terlihat gagal fokus.

Yura mengalihkan pandangannya dari Dion kepada Wulan.

Yura menghembuskan nafas pasrah.

"Hhh, Lan. Gimana aku ngga mau gelisah kalo yang bikin Dion dihukum itu akuu" Cicit Yura

Wulan bingung seketika. Apa hubungannya antara Dion yang sudah terbiasa dihukum dengan Yura sahabatnya yang sangat kuper?.

Wulan mengerutkan alisnya seakan bertanya 'maksudnya?'

"Jadi tadi waktu aku telat, aku ketemu Dion. Terus Dion bantuin aku buat masuk. Dia ngerusakin gerbang belakang sekolah karna aku nggak bisa manjat gerbang tinggi itu" Adu Yura kepada Wulan

"Hahhh!!" Ucap Wulan dengan suara yang bukan main besarnya.

Hal itu kontan mengundang perhatian penghuni kelas tak terkecuali Bu Naya yang sebenarnya sudah sejak tadi mengawasi Wulan dan Yura.

"Wulan!!Yura!! Kalau kalian ngga bisa fokus di pelajaran ibu silahkan keluar dan jangan harap kalian semua dapat kisi-kisi untuk UH minggu depan" Ucap Bu Naya tegas.

hal ini kontan membuat seluruh penghuni kelas berdecak menyalahkan Wulan dan Yura. Mereka semua melempar tatapan kepada mereka seolah ingin menerkam Wulan dan Yura hidup-hidup.

Yura yang melihat itu hanya mampu menundukkan kepala sedalam-dalamnya berharap dia bisa menghilang saat ini juga.

***

Bel tanda istirahat sudah berbunyi, Yura dengan langkah lebarnya sudah berada di tengah kerumunan lorong sekolah. Dia ingin membeli minuman untuk sesorang yang baru selesai menjalankan hukuman karna dirinya.

Setelah membeli satu botol air berisotonik dingin dan satu bungkus tissue. Yura bergerak menuju lapangan sekolah.

Dalam pandangannya Yura mampu melihat disana ada Dion dan kedua teman laki-lakinya yang entah siapa, karna Yura pun tak ingin tahu mereka siapa. Dan tiga orang wanita, yang Yura hanya mengenal salah satu dari mereka yaitu Cherry.

Yura tetap kuat dengan tekadnya untuk menghampiri Dion. Karna setidaknya Yura tak ingin hari ini dan seterusnya hati Yura dipenuhi oleh rasa bersalah kepada Dion.

"Yon, ini air minum untuk kamu. Aku yakin kamu pasti haus banget kan abis dijemur plus keliling lapangan ?" Ucap Seorang wanita berambut pirang dihadapan Dion.

"Ck. Gania! Kan gua udah bilang kalo gua ngga mau minum susu! Emangnya gua bocah apa ?" Ucap Dion tanpa menatap wanita yang ternyata bernama Gania itu.

"Emangnya cuma anak kecil yang minum susu ??! Dion kamu ini abis ngeluarin banyak keringet. Kamu harus minum ini biar energi kamu balik lagi" Jawab Gania

Dion mendengus kesal.

"Dion" panggil Yura

Dion yang mendengar suara merdu itu kontan mengarahkan pandangannya.

Benar saja, dia menemukan Yura disana.

"Loh Yura, ada apa ?" Tanya Dion

Kini perhatiannya penuh terarah kepada Yura seorang.

Yura yang ditatap seperti itupun kontan menjadi gugup.

"Eh, ini aku cuma mau kasih minuman untuk kamu" Ucap Yura lalu dia menyodorkan minuman berisotonik yang sudah Yura belikan untuk Dion.

"Nah, ini baru bener. Kalo lagi aus, cape, lemes. Minumnya beginian! Bukan susu" Ucap Dion yang disertai penekanan di akhir kalimat sambil mengarahkan pandangannya ke arah Gania.

Lalu Dion membuka tutup minuman itu dan langsung menegaknya sampai setengah habis.

Mendengar hal itu Yura menjadi merasa tidak enak dengan wanita yang Dion panggil Gania.
Perasaannya bertambah tidak enak saat menangkap Gania juga meliriknya sinis, bahkan kelewat sinis.

Jika saja tatapan itu bisa melukai, mungkin sekarang Yura sudah babak belur.

"Itu kamu bawa tissue ? Untuk apa?" Tanya Dion sambil melirik benda yang ada dalam genggaman Yura

Yura tersentak, dia celingukan sendiri

"Eh ituuu, anuuu. Hmmm" Ucap Yura yang bingung ingin menjawab apa

"buat ngelap keringet aku hmm?" Ucap Dion

Yura menjadi semakin panik, diam-diam Yura melirik kearah Gania yang sepertinya sudah siap memangsa.

"Yaudah nih elapin" Ucap Dion sembari menyodorkan wajahnya yang penuh keringat.

Dengan gugup Yura membuka bungkus tissue yang berada dalam genggamannya lalu megusap pelan pelipis Dion. Menepuk pelan dahinya hungga semua keringatnya kering.

Hal ini disaksikan oleh semua penghuni Tunas Bangsa saat ini.

Tak terkecuali Gania dengan muka merah padamnya.

Dan juga,

3 sejoli Tunas Bangsa, termasuk Daffa.

Daffa menatap nelangsa pemandangan di depannya.

Yuranya kini ada untuk laki-laki lain.

Ketika Yura sudah selesai dengan urusannya, Yura mengedarkan pandangannya lalu menemukan sosok laki-laki yang selama ini ada di dalam hatinya.

Daffa,

Jika tidak salah lihat, Yura menangkap guratan sesal di wajah Daffa.

Tapi karna apa ?

Yura berpamitan kepada Dion dan teman temannya lalu kembali ke kelasnya dengan perasaan tidak tenang.

Bagaimana bisa tenang ?
Pandangan Daffa masih tetap terpaku kepadanya kemanapun dia melangkah.

Yura tau, sebanarnya ada banyak hal yang ingin Daffa utarakan namun tertahan.

Biarlah waktu yang membuat semuanya terungkap. Hanya satu yang pasti, Yura ingin berhenti mengejar sesuatu yang sia-sia. Yura ingin berhenti berjuang sendiri.

Tapi yang Yura tidak tau adalah jawaban atas pertanyaan yang di teriakkan oleh hatinya.

Pertanyaan tentang apakah Yura memang benar-benar ingin berhenti ? Atau sekedar beristirahat sejenak ?.


DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang