Part 16

16 3 2
                                    

SMA TUNAS BANGSA

Keringat bercucuran di pelipisnya, buku-buku jarinya memutih karna terlalu erat mengenggam tali pada tas ransel berwarna biru yang dia gunakan sekarang, giginya keras mengigit bibir bawahnya tanda wanita ini benar-benar sangat ketakutan. Dia adalah Yura Kalila Awfa.

"Mati gue, mati gue, mati gue" Ucap wanita itu kepada dirinya sendiri sembari berjalan mondar-mandir.

Yura bingung
Yura takut
Yura Panik

Ini adalah kali pertama dirinya terlambat datang kesekolah selama 2 tahun statusnya sebagai murid SMA Tunas Bangsa.

Yura menghentakkan kakinya, dengan keringat yang semakin banyak mengucur. Dia merasakan ada tepukan pada pundaknya,

''Astaga" ucap Yura yang terkejut melihat sosok jangkung, dengan rambut mohak berwarna kecoklatan, matanya yang tajam seperti elang membuat Yura kontan menunduk ketakutan.

"Lo Yura kan ?" Ucap orang itu.

Yura mengangguk pelan,

orang itu terkekeh melihat Yura yang terlihat berantakan.

"Gue Dion Arseno" Ucap orang itu sembari mengulurkan tangan putihnya yang terlihat sangat kokoh.

Dengan sangat hati-hati, Yura membalas uluran tangannya.

"Aku Yura" Cicit Yura

"Kenapa muka lo pucet ? Sakit ?" Tanya Dion

Yura kontan menggeleng cepat. Dia tidak sakit sama sekali.

Dion yang paham akan situasi yang Yura alami mengangkat alis tebal nya tinggi lalu terkekeh,

"Ohhh, baru pertama kali dateng telat ?" Tebak Dion

Hal ini disusul anggukan lemas oleh Yura

"Kenapa bisa telat ?" Tanya Dion lagi

Yura menghembuskan nafas pasrah

"Gara-gara song Joong Ki" Ucap Yura terlihat seperti anak kecil yang mengadu.

Dion yang tidak tahu menahu dengan apa yang Yura katakan mengerutkan dahinya.

"Song Joong Ki itu salah satu spesies laki-laki berkulit mulus yang rambutnya warna warni bukan ?" Ucap Dion

Yura berdecak kesal

"Enak aja!! Song Joong Ki itu beda tau!" Ucap Yura sewot

Dion yang mendengar hal itu tertawa geli

"Terus apa hubungannya Song Joong Ki sama lo yang dateng telat?" Tanya Dion lagi

"Ck. Aku habis marathon film descendants of the sun. Baru kelar jam 4 subuh" Ucap Yura

Dion hanya mengangguk mencoba untuk paham. Ada apa dengan mereka yang rela untuk mengorbankan jam tidurnya demi melihat orang orang dengan kulit sangat mulus itu ?. Toh gantengan Dion daripada mereka semua.

"Lo mau masuk ngga ? Gue bantu" tawar Dion.

Bak anak kecil yang dihadiahi gulali Yura menatap Dion dengan tatapan berharap.

"Kamu bisa bantuin aku ???" Ucap Yura

Dion terkekeh lalu mengangguk, dia menarik lembut tangan Yura berjalan perlahan menuju belakang sekolah.

Hingga mereka berdua sampai pada gerbang kecil berkarat yang terlihat sudah sangat usang dimakan usia.

Namun gerbang itu di gembok.

"Yah, ini ada gemboknya, gimana dong?" Tanya Yura kepada Dion

"Biasanya sih gue manjat. Tapi kayanya hari ini engga. Mana bisa lo manjat pager tinggi gini" Ucap Dion

Lalu Dia menyapu pandangannya, mencari benda apa saja yang Dia rasa bisa menolongnya.

Hingga matanya berhenti pada sebuah batu besar, lalu Dion mengambilnya.

"Kalo gembok ini udah ancur, lo harus cepet-cepet pergi dari sini ke kelas sebelum ada guru atau satpam yang dateng. Ngerti ?" Ucap Dion

Yura hanya mengangguk menurut, dia benar-benar menyerahkan semuanya kepada Dion yang terlihat sudah berpengalaman dalam bidang ini.

Dion lalu memukul gembok usang itu menggunakan batu besar dengan tenaga yang kuat sehingga menimbulkan suara keras, Dion lalu mengoyak gerbang rapuh itu hingga akhirnya terbuka.

"Hei siapa disana ?" Teriak sesorang dari kejauhan.

"Yur, pergi dari sini. Buruan!!" Ucap Dion

"Ayo perginya sama kamu" Ucap Yura

"Ck. Ngga bisa Yur! Bakal ketauan kalo kita lari berdua. Lo pergi, biar gue yang ngalihin perhatian guru itu" Ucap Dion

Yura bingung harus berbuat apa

"Cepett!! Sebelun ada yang dateng" Ucap Dion lalu mendorong pelan bahu Yura

Mau tak mau Yura menurut, Dia berlari meninggalkan Dion sendiri.

Pas ketika Yura berhasil pergi, seorang guru berkepala plontos datang menghampiri Dion.

"Kamu lagi kamu lagi!! mbo ya kalo Hobi itu main basket, renang, baca buku. Lah lah ini, Hobi toh dateng telatt mulu, telatt mulu" Ucap guru itu dengan aksen jawa yang sangat medok.

Dion, yang dia lakukan hanyalah terkekeh kecil. Dion sudah terbiasa dengan semua ini.

"Wes Capek bapak kasih hukuman sama kamu. Mulai dari hormat bendera sampe bersihin WC ngga ada satupun yang bikin kamu kapok" Lanjut Pak Sobar.

"Pak, saya pernah baca kutipan ya dibuku. Katanya itu 'tidak akan pernah ada kata terlambat untuk belajar' gitu pak" Ucap Dion

"Kutipan kutipan. Kamu ini pandai mencari alasan saja!! Sekarang kamu hormat di tiang bendera satu jam, setelah itu lari keliling lapangan sampai bel istirahat bunyi!!--"

"Awass!! Jangan kabur lagi kamu!" Ucap Pak Sobar

Dion tersenyum, tak apa dia harus hormat pada bendera.
Anggap saja itu sebagai bentuk rasa cintanya terhadap NKRI.

Tak apa juga dia harus berlari keliling lapangan, anggap saja itu adalah olahraga karna sudah lama sekali waktu terakhir kali Dion nge Gym.

Yang terpenting, dia mempunyai langkah awal untuk melakukan pendekatan kepada sang bidadari dadakan Tunas Bangsa.

Siapa lagi kalau bukan Yura ?

DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang