Part 19

18 3 0
                                    

Bel tanda pulang sekolah sudah berdenting. Wulan sahabatnya sudah beranjak pulang karna harus menjemput sepupunya yang baru pulang dari London di  bandara.

Disinilah Yura sekarang, berjalan di tengah sunyinya koridor. Yura baru beranjak dari kelas setelah dia berdebat dengan hatinya. Ralat, bukan dia yang berdebat, melainkan logikanya.

Ketika banyak yang bilang logika memang kadang tak selaras dengan hati. Itu memang benar, Yura memang merasakannya.

Dikala hati mengatakan kejujuran yang pahit, logika akan spontan untuk memerintahkann tindakan yang masuk akal.

Yura tak bisa menampik kata hatinya yang masih menginginkan berjuang untuk Daffa. Tapi dia tak mampu mengabaikan kata logikanya yang mengatakan bahwa seharusnya Yura menjauh.

Menjauh dari sesuatu yang mampu membuat Yura terluka lebih dalam.

Tatapan dalam Daffa kepadanya tadi siang masih belum bisa enyah dari pikirannya. Dikala logikanya berteriak senang karna Daffa merasakan ganjaran atas apa yang dia lakukan, hatinya berdenyut pilu.

Saking khidmatnya Yura melamun, dia tak sadar ada 3 orang yang sedaritadi membuntuti langkah gontainya.

"Ekhmmm. Ada artis dadakan Tunas Bangsa nih. Tumben banget jalan sendiri, biasanya ngumpet diketek ibu tirinya" Ucap Gania setelah berhasil menghadang langkah Yura.

Yura yang tersentak kontan mengangkat kepalanya.

"Ibu tiri?" Tanya Yura yang kebingungan.

Yura mengenali wanita dihadapannya. Wanita yang sama dengan yang dia temui di lapangan tadi. Dan kalau Yura tidak salah, namanya Gania.

"Ngga usah pura-pura bego! Ya ibu tiri lo! Pahlawan kesiangan lo! Mana dia ?" Ucap salah seorang wanita yang berdiri disamping Gania dan Cherry.

Sonya namanya, Yura tau itu dari bet yang terletak di dadanya.

Dan

Yura mengerti sekarang, bahwa ibu tiri yang mereka maksud adalah Wulan. Sahabatnya.

"Ada apa kalian cari Wulan?" Tanya Yura dengan malas.

"Dih! Ogah amat gue nyari temen lo yang lebih bagus disebut macan piaraan itu! Gue ada urusan sama lo! Dan macan satu itu bakal ganggu gue! Tapi baguslah kalo dia ngga ada. Gue jadi bisa leluasa" Ucap Gania dengan aura mencekam dari wajahnya.

Mendengar ucapan Gania barusan, muncul sedikit rasa takut dalam hatinya.

Dia mengedarkan pandangannya, tapi tak menemukan seorangpun. Yura sendirian sekarang.

Yura berdehem untuk mengurangi ketakutannya.

"Urusan sama aku ? Urusan apa ya ?" Tanya Yura mencoba untuk berani.

"Well, Setelah ngejar ngejar Daffa dengan gatau malunya. Gue awalnya sempet seneng karna lo berenti ngejar-ngejar dia. It's mean lo udah SADAR!!" ucap Cherry membuka pembicaraan.

Setelah itu keluarlah dengusan kasar dari mulut Gania.

"Tapi gue salah!! Ternyata lo lebih gatau diri! Maksud lo apa sekarang ngejar-ngejar Dion?!!. Putus asa ? Ditolak Daffa terus lari ke Dion ??. Eh LO PIKIR DONG!! Lo siapa ? " Ucap Gania yang tampak sudah tersulut emosinya.

Yura mengerti sekarang, mereka hanya salah paham.

"Bentar! Aku ngga ngejar-ngejar Dion! Tadi pagi, dia samperin aku--" Ucap Yura

"JADI MAKSUD LO DION YANG NGEJAR NGEJAR LO?? MAKIN NGELUNJAK LO YA!" potong Gania

"Duh. Bukaan, bukan gitu maksud aku" Ucap Yura.

Keringat mulai bercucuran di pelipisnya. Yura benar-benar ketakutan sekarang

"Banyak omong! Manusia kaya gini tuh ngga cukup Gan kalo cuma di kasih omongan! Harusnya dikasih pelajaran" Ucap Cherry.

Setelah ucapan itu, Sonya menarik tangan Yura dengan keras.
Yura berontak, dia ingin lari. Tapi Yura tak punya daya. Tiga lawan satu. Yura pasti tak akan menang.

Sonya dan Gania menghempaskan tubuh Yura di tembok Laboratorium IPA yang sudah di alihfungsikan menjadi gudang.

Sakit
Itu yang Yura rasakan.
Tulangnya seperti akan hancur.
Mereka menghempaskan Yura terlalu kuat.

Seakan belum cukup sampai disitu, Gania menarik rambut Yura dengan kencang.

Gania menjambak Yura, dia menangis.

Bukan kah seharusnya Yura yang sekarang menangis ?

"lo ngga tau Yur! Seberapa keras gue dari dulu ngejar ngejar Dion!! Berharap supaya suatu saat Dion natap gue!! Tapi ngga bisa!! Dion gapernah nganggep gue ada---"

Yura tau bagaimana rasanya, Yura sangat tau. Dan rasanya ingin sekali dia mendekap Gania sekarang.

"Dion itu orang yang cuek Yur!! Dia ngga pernah mau natap lawan bicara cewe! Tapi lo? Dengan mudahnya lo dapet perhatian penuh dari Dion" Tambah Gania

Dia lalu melepaskan jambakannya di rambut Yura.

Pening
Pusing
Sakit
Sakit sekali
Yura ingin menangis
Tapi dia menahan semuanya

Cherry yang melihat hal itu pun seketika maju di hadapan Yura.

Mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

Sebuah Gunting.

Tidak
Tidak

Banyak pikiram negatif berkecamuk dalam otaknya.

Cherry lalu menarik lagi rambut Yura, yang bahkan pening dikepalanya belum hilang sedikitpun.

"Gue diem waktu lo hampir rebut Daffa dari gue!! Tapi liat sekarang!! Lo itu emang cewe murahan ya. Liat Ganiaa!! Lo udah bikin temen gue nangis Yur! Dan lo harus tau akibatnya" Ucap Cherry

Dia lalu membetulkan letak gunting besar di tangannya, lalu menarik rambut Yura dan bersiap untuk memotong rambut coklatnya, sebelum seseoramg datang

"STOPPP!!!" ucap seorang laki-laki yang baru muncul dari balik koridor.

Daffa

Alvino Daffa Muffawaq

"LO CHER!! Lepasin tangan lo dari rambut Yura atau gue ngga mao kenal lagi sama lo!" Ucap Daffa

Seolah itu adalah perintah mutlak. Cherry langsung menjauhkan tangannya bahkan tubuhnya dari Yura.

Daffa semakin dekat ke arah mereka. Dia berdiri tepat didepan Yura, seolah menjadi tameng Yura.

"Lo semua mau pergi! Atau gue laporin ke Bp tentang kejadian ini" Ucap Daffa datar.

Hal ini kontan membuat Gania, Sonya, terurama Cherry sangat ketakutan. Mereka kontan berbalik, lalu berjalan cepat untuk pergi.

Mereka cukup tau diri untuk tidak mencari masalah sedikitpun dengan seorang Daffa.

Setelah merasa selesai demgan urusannya? Daffa berbalik menghadap Yura.

Dia menemukan Yura yang sudah terisak, hati Daffa berdenyut pilu melihat pemandangan dihadapannya.

Walaupun kali ini bukan Daffa yang membuat air mata itu turun lagi, tapi Daffa merasa gagal untuk melindungi orang yang sebenarnya dia cintai.

Tanpa aba-aba dan tanpa keraguan sedikitpun, Daffa merapatkan tubuhnya kepada Yura, lalu mendekap Yura lembut. Menyalurkan kekuatan kepada Yura, mengusap punggung Yura seolah mengatakan bahwa Yura akan baik baik aja karna ada seorang Daffa yang mendekapnya

DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang