Part 23 (Serpihan Kenangan)

12 2 0
                                    

"Yur, di tempat ini, Daffa bakal cerita separuh dari kenangan lama yang sebenarnya ingin Daffa kubur dalam-dalam". Setelah mengatakan hal tersebut,

Daffa membuka sabuk pengamannya dan bergegas turun dari mobil dengan raut wajah yang sulit sekali Yura artikan,

namun ada satu hal yang dapat Yura tangkap dari raut yang sekarang bersemayam diwajah tampan pria yang amat dicintainya, 'Cemas'.

Yura tidak tahu hal berat apa yang sedang Daffa pikirkan di otaknya, tetapi Yura berjanji kepada dirinya sendiri, seburuk apapun masa lalu Daffa, Yura akan selalu beraada disamping Daffa bagaimanapun caranya.

Mereka (Yura dan Daffa) berjalan beriringan memasuki Rumah Sakit Jiwa megah itu dengan perasaan yang berbeda satu sama lain.

Mereka sampai didepan salah satu kamar VIP dalam rumah sakit ini, Daffa terdiam sejenak, bergelut dengan pemikiran rumitnya,

sementara yang Yura lakukan adalah menggenggam tangan Daffa erat seolah menyatakan bahwa ia takkan pergi apapun yang terjadi.

Daffa menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan mata terpejam, lalu perlahan Dia mendorong pintu bercat putih dihadapan mereka.

dan betapa terkejutnya Yura ketika melihat seorang wanita paruh baya berwajah cantik yang duduk diatas kursi roda dengan tatapan kosong ke arah jendela,

wanita yang cantik jika wajah pucatnya itu berubah menjadi wajah segar keibuan pada umumnya, pengamatan Yura berlanjut menyusuri tubuh wanita cantik itu,

dan lebih merasakan tersentak lagi ketika mengetahui bahwa wanita tersebut hanya memiliki seperempat kaki kiri yang ditutup oleh perban.

Daffa menarik lembut tangan Yura untuk berjalan mendekati wanita cantik tersebut.

"Assalamu'alaikum mah" Ucap Daffa lirih, lalu dengan segera ia menyalami tangan ringkih wanita yang dia panggil mamah dengan penuh kasih sayang.

Yura yang sadar akan situasi pun ikut menyambar lembut tangan wanita dihadapannya lalu menyalaminya dengan kaku.

Daffa mengusap lembut rambut mamahnya seakan menyalurkan kerinduan yang teramat dalam pada hati kecilnya, dan tanpa Yura duga Daffa menetskan air matanya.

air mata tulus yang keluar dari kedua mata sosok anak laki-laki yang sangat menyayangi ibunya.

air mata tulus yang menggambarkan kerinduan mendalam terhadap sosok dihadapannya.

Setelah dirasa tidak ada resepon sama sekali dari wanita yang disebut Daffa dengan 'mamah', Daffa mengajak Yura untuk duduk di sofa besar

yang disediakan didalam ruangan.

Daffa menatap lurus mamahnya dengan tatapan mendalam, lalu Yura mulai menyiapkan badannya dengan penuh perhatian ketika melihat bibir merah Daffa mulai terbuka

"Dulu papah pengusaha kilang minyak yang sangat sukses Se-Asia tenggara, papah dan mamah itu pasangan yang sangat harmonis, mamah temenin papah mulai dari nol, mulai dari papah cuma sekedar pegawai swasta sampai papah mulai mencoba usaha. jatuh dan bangun mereka selalu sama-sama. Sampai pada akhirnya papah berhasil menjadi seorang pengusaha kilang minyak yang sangat disegani. Bahkan sampai pada puncak kejayaan papah, semuanya baik-baik aja. Keluarga kami tetap harmonis. Daffa dan abang Daffa, Regan saling menyayangi. Daridulu, papah dan mamah selalu nuntun Daffa dan Regan untuk menjadi laki-laki cerdas yang bisa diandalkan. Papah nyuruh Regan untuk masuk Fakultas bisnis di UI dan nyuruh Daffa untuk masuka Fakultas perminyakan ITB supaya kedepannya Daffa dan Regan bisa bekerja sama untuk nerusin bisnis papah, dan itu mengharuskan kita berdua buat belajar lebih giat, tapi kita gapernah masalah dengan itu.

DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang