8

93 12 0
                                    

Aku terduduk di bangku ruang tunggu. Menunggu seseorang yang sedang berjuang di dalam ruang 'operasi'. Kepalaku pusing. Telingaku sejak tadi mendenging mendengar tangisan.

"Dokter pasti melakukan yang terbaik"

Sebuah kalimat penenang yang tidak manjur.

"Aku belum siap kehilangan dia"

"Aku tau. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Kita harus banyak berdoa"

Aku menghela nafas. Menahan air mataku yang sudah di ujung pelupuk. Berusaha tenang walaupun hatiku seperti disayat.

'Ayo Lu kau pasti bisa berjuang' batinku.

Mengingat adanya Wong Lucas sangat membenci rumah sakit. Ia benci obat, suntikan, dan ruang ruang disana. Pernah dulu ketika tifusnya kambuh. Dan ia harus dirawat di rumah sakit dia merengek tidak mau diberi cairan infus.

"Dokter jangan di suntikkan. Apa boleh kuminum saja?"

Astaga Lucas.

Bobrok sekali dirimu:')

Tapi kini berbeda. Ia harus menerima semua injeksi dari Dokter itu. Menerima sayatan dari pisau bedah. Dan tak lupa semua selang yang disambung ke tubuhnya.

'Aku yakin kau bisa. Kau bisa melewati ini Lu. Aku yakin'

RENDEZVOUS - LUCASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang