Aku membukan laptop Lucas. Menyusuri setiap folder disana. Jangan bertanya berapa banyak foldernya. Laptop ini dibeli ketika kami masuk ke perguruan tinggi.
"Sora-ya! Tunggu!"
"Ada apa?"
"Temani aku membeli laptop"
"Memangnya kemana laptop lamamu?"
"Ada dirumah. Ruang penyimpanannya sudah penuh"
"Hei salahmu sendiri menyimpan file yang tidak penting"
"Aku tidak pernah melakukannya"
"Ya tapi kau menyimpan semua video anime apapun yang ber episode episode itu. Trus mau kau apakan video itu? Jual saja per video lima ribu won"
"Eih itu murah sekali. Kau tau aku tidak akan menjualnya. Aku akan memperlihatkan itu ke anakku nanti"
"Terserah kau saja lah"
"Ini menurutmu bagus hitam atau putih?"
"Itu abu abu. Bukan putih"
"Ya itulah pokoknya"
"Grey" Teriakku kesal.
"Ahjussi aku beli yang ini"
Mataku otomatis terbelalak sempurna. "Tau begitu tidak usah bertanya padaku saja" jawabku kesal.
Aku masih mengingatnya. Dia memilih warna hitam. Bayangkan betapa kesalnya diriku ketika ia memutuskan membeli macbook warna hitam itu. Ia membeli macbook berasa sedang membeli gorengan. Lima rebu tiga.
Kesal.
"Ini ice cream matcha mu"
Masih dengan rasa kesal aku menerima ice cream itu. Dia paling mengertiku. Aku suka hijau. Aku suka Matcha. Aku menyukai ice cream. Aku tidak suka teh. Aku suka kopi. Dan aku suka Lu...
Ah sudahlah.
Pandanganku menajam ketika indra penglihatanku tertuju pada suatu file bernama 'Matcha'
Merasa agak mengganjal padahal aku tidak pernah menitip file apapun pada Lucas.
Setelah jari telunjukku memencet dua kali pada kursor file itu dan langsung terbuka. Ada dua file dokumen berformatkan word. Semua tulisannya menggunakan aksara china. Lucas sering mengajarkanku tapi tetap saja aku belum lancar menulis dan membaca hanja.
Dan setelah ku buka munculah.
Hanya tulisan hanja. Oh please. Ini harus menggunakan google terjemahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENDEZVOUS - LUCAS
Short Story[COMPLETED] Bagiku Wong Lucas adalah semuanya. Dimanapun dia berada. Kapanpun waktunya. Sampai nanti.