"Hei, kau tuli ya? Aku bilang, duduk di bawah." Pria bergigi kelinci itu menarik kasar lengan pria yang lebih mungil darinya, Jeon Jimin.
"A-agh, tapi.-"
"Jangan pernah coba-coba membantahku."
Ia bungkam, memilih menuruti Jungkook--yang berstatus sebagai suaminya. Tak menampik rasa kecewa karena sikap Jungkook yang berubah semenjak putusnya ia dengan sang kekasih karena keberadaan Jimin.
"Kau itu sudah seperti babi, kenapa belum sadar diri sih? Lebih baik tidak usah makan sekalian!"
Deg.
Terdengar suara Jungkook dari arah atas meja makan, sementara Jimin harus duduk di lantai yang dingin dan menikmati sakit hatinya tanpa banyak bicara.
Jimin meletakkan kembali sendok yang ia pegang tadi, selera makannya langsung hilang. Mungkin Jungkook benar, ia harus berhenti makan dan mengurangi berat badannya mulai sekarang.
"Kenapa? Apa kau sudah sadar?"tawa mengejek bergema di rumah baru yang tampak sunyi dan suram itu. Jimin hanya tersenyum pilu. Karena hanya itulah yang dapat ia lakukan saat ini.
"Kau menjijikkan!"
Prang.
Jungkook membanting sendoknya, kemudian beranjak dari sana. Sebelum pergi dilemparnya napkin yang tadinya di atas paha ke wajah Jimin.
Si mungil memejamkan matanya sejenak, lalu menghirup udara sebanyak yang ia bisa. Bibirnya bergetar menahan emosi yang meluap melalui matanya hingga satu tetes jatuh begitu saja.
"Hhh, sabar Jimin. Jungkook butuh waktu, hanya itu. Ya, ia butuh waktu.."mantra yang cukup mempan untuk sekarang, Jimin melirihkan hal yang sama setiap Jungkook memperlakukannya dengan tidak benar.
Ini baru hari pertama pernikahan mereka dan Jimin sudah mendapatkan gambaran bagaimana hari-hari berikutnya, dimana waktu menantinya untuk tersiksa.
Kepalanya berdenyut pelan, menandakan fisik Jimin merespon aksinya yang belum memberikan bahan bakar untuk diproses oleh tubuh. Jimin belum makan seharian.
Tapi ia tak perduli, jika Jungkook mengatakan ia harus berhenti, maka Jimin akan bersedia melakukannya.
🌼
Jimin setengah bangun dengan perut kesakitan. Jimin juga kedinginan karena Jungkook hanya bersedia memberikan sofa untuk ia tiduri. Sementara kasur berukuran King size itu Jungkook tempati bersama bantal guling dan kawanannya.
"Argh," tangan mungilnya spontan melingkar di perut, mencoba menahan rasa nyeri dan sakit yang menerjang.
Jungkook ikut terbangun akibat suara gesekan tak tenang dari tubuh Jimin dengan sofa yang terletak cukup dekat dari ranjangnya. Ia sudah siap untuk marah dan menghardik Jimin saat bangkit dari tidurnya namun ia mendapati Jimin yang berkeringat menahan sakit.
"Ck, dasar manusia lemah.."ia melirih pelan sembari berkacak pinggang menatap Jimin dengan pandangan tak suka.
"Hei, bangun. Jimin!"teriaknya tak sabaran, kaki kanannya menendang pelan kaki mungil Jimin yang terasa dingin. Jimin masih betah menutup matanya.
"JIMIN! BANGUN, SIALAN."
Seketika mata sipitnya terbuka paksa mendengar bentakan Jungkook yang tak main-main. Ia langsung mengambil posisi duduk seraya menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half a Heart [Kookmin]
RandomJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated: T - M -Kookmin- Jungkook bukan orang yang harusnya ia impikan, sebelumnya Jimin tak pernah termakan akan kata hati namun kali ini ia kalah. Sulit untuk menentang kehendak kalbu y...