18

7.9K 892 209
                                    

"Jimin, apa kau siap?" Sebuah anggukan dengan mata tajam menjadi jawaban. Pria mungil dengan pakaian rapi itu menenteng keberanian untuk menghadapi cobaan yang nantinya akan ia hadapi.

Mingyu mengacak surai si manis, sementara Yugyeom menepuk lembut bahu itu sebagai suatu bentuk dalam memberikan dukungan padanya.

"Kami akan membantumu sebisa mungkin, jadi jangan ragu dan takut. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, mengerti?"

"Baiklah, ayo kita berangkat"katanya semangat, meskipun di dalam hati tak dapat dipungkiri. Jimin merasa was-was.

"Semangatlah, Jeon Jimin.."

Jimin tersenyum, sudah cukup lama tak mendengar panggilan tersebut. Mingyu menatapnya kagum, Pria kecil ini memang sulit diabaikan. Ia jelas istimewa.

🌼

"Kami datang kemari untuk meminta izin, semoga kalian masih berkenan menerima Jimin sebagai menantu dan istri sah dari Jeon Jungkook" walaupun Mingyu tampak keren saat ini, namun Yugyeom berdebar. Ia berharap pria itu tak terkena imbasnya.

Dua kepala itu berputar ke arah Jimin yang sudah ciut, memang awalnya ia semangat tapi setelah benar-benar berada di depan kedua orangtua Jungkook, semua keberaniannya tertiup dan berhembus begitu saja.

Nyali yang terkumpul sudah berantakan, si mungil masih saja bertahan pada posisinya sampai ia terlonjak kaget ketika lengannya disentuh lembut oleh ayah dan ibu Jungkook. Akhirnya Jimin mendongak.

Bukan hanya dirinya, Yugyeom dan Mingyu pun terkejut bukan main. Mereka sudah bersiap-siap akan melindungi si mungil tapi syukurlah tak terjadi hal yang buruk.

Jimin diapit dan mendapatkan elusan penenang yang diluar harapannya. Ini lebih. Terlalu banyak. Ia tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan baik dari ayah dan ibu mertuanya hingga kini.

"Masuklah.."kata ayah Jeon. Jimin terkejut, tangannya ikut bergetar namun ia berusaha menahan segala tekanan yang baru menabraknya tiba-tiba.

Ada Ji-Eun disana, dan Jungkook yang matanya melebar ketika bersitatap dengan sang istri. Jimin tiba-tiba menunduk, mendapatkan firasat buruk akan keberadaan wanita itu.

"JIMIN.." ia bergegas untuk turun, namun lengannya ditahan oleh Ji-Eun. Secara tak langsung menyuruhnya untuk tetap berada di tempat semula. Jungkook mengernyit, sementara Jimin hanya bisa diam.

Ia tidak mampu protes atau apapun, yang dapat ia lakukan hanya berdiam diri. Menunggu kelanjutan apa yang akan terjadi pada mereka. Wanita itu mendekat,

"Aku akan pergi sebentar, kalian bisa bicara dengan tenang. Hubungi aku secepatnya jika kau perlu, Jungkook-ah..kau tahu aku selalu di sisimu"

Degh.

Jimin mengepalkan tangannya saat si bongsor malah tersenyum menenangkan sebagai balasan. Ji-Eun beranjak tanpa menatap atau meliriknya sekalipun.

Cklek.

"Jimin,"

Saat itulah Jungkook memanggilnya lagi, memberikan Jimin sebuah harapan untuk mendekat padanya, namun pria mungil itu ragu-ragu menapakkan kaki. Semua kata yang ingin ia sampaikan tersangkut di tenggorokan. Membuatnya tercekat dan harus menelan beberapa kali.

"Aku..bersyukur kau sudah sadar"hanya itu yang dapat keluar dari bibir manis bergetar milik Jimin. Jari memilin kuat ujung baju yang ia kenakan, lalu mata terpaku pada lantai putih itu. Ia kacau begitu saja sampai sebuah suara menginterupsi laju pikirannya.

Half a Heart [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang