20

12.9K 930 210
                                    

"KOOKIEEEE"

Tak mendengarkan. Ia tersenyum miring, anggap saja Jimin sedang berbaik hati padanya. Lidah panasnya hendak memasuki mulut hangat sang istri, guna mengabsen isi.

"AWW"

Sayang sekali, belum sempat melancarkan aksi tak senonoh, Jimin sudah menggigit lidahnya sekuat tenaga. Jungkook terpaksa berlari dan melihat kaca. Syukurlah tidak sampai berdarah.

"Jimin.."ia berbalik menatap Jimin dengan raut tak percaya, si mungil menampilkan wajah polos menyebalkan.

"Kau yang mulai duluan,"katanya santai.

"Hhh, ayo mandi"

Jimin bangkit dibantu sang suami, memang bukan yang pertama tapi sakitnya masih terasa. Ia jadi kesal setiap kali melihat wajah Jungkook yang tak memberikannya sedikit pengampunan.

Jadi ia hanya berdehem seraya membuang muka, tak ingin menghabiskan sisa energinya yang berharga untuk marah-marah di pagi hari. Inginnya begitu, sampai Jungkook kembali buka mulut untuk menyampaikan hal semacam;

"Jimin-ah, adik kecilku bangun lagi"

🌼

Hangatnya senja bersama semilir angin sore, serta aroma tanah yang begitu dominan menemani dua insan. Jungkook merapikan surai Jimin yang berantakan karena diterpa secercah angin.

"Aku terlalu bodoh, kenapa baru sadar kalau kau begitu manis?"

Jimin menoleh, mendapati mata Jungkook berbinar, gigi kelincinya pun muncul. Jimin berteriak dalam hati, bagaimana bisa Jungkook mengatakan hal seperti itu ketika ia sendiri terlihat tak kalah manis.

"Mungkin kau memang bodoh, Jungkook-ah tapi aku ini jelas yang paling bodoh" langit diterawang dengan wajah sendu, Jungkook yang menyaksikan tak dapat berkata apa-apa.

Hatinya terenyuh.

Mereka hanyut dalam lamunan masing-masing. Semua kejadian terputar ulang di belakang kepalanya. Jungkook rasa ia bisa saja memukul dirinya sendiri saat ini.

Kenyataan dimana Jimin tak pernah berpikir untuk menghancurkannya, membuat Jungkook semakin tersakiti. Padahal sikapnya selama ini jauh dari kata baik dan normal pada Jimin.

Matanya sudah terbuka lebar, Jungkook sekarang sudah mengerti dan menerima dengan lapang dada bahwa ia tidak ditakdirkan untuk menghabiskan sisa waktu hidupnya dengan wanita itu.

Jimin adalah takdirnya, best luck yang harusnya Jungkook jaga dan terima sejak awal. Pria mungil itu terisak, Jungkook mencengkram bahunya pelan.

"Setelah ini, kumohon jangan pernah menangis lagi karenaku, Jeon Jimin.."katanya lirih. Jungkook sungguh-sungguh bertekad untuk tidak menyakiti si mungil lagi. Ia akan berubah.

Tidak ada yang tidak mungkin.

Buktinya, kini Jungkook menjilat ludahnya sendiri sebab telah jatuh pada pesona istrinya. Pria bongsor itu tersenyum mengingat hal-hal manis yang Jimin lakukan dengan tulus, demi dirinya.

Jimin mendekat, lalu bergelung pada tubuhnya mencari kehangatan yang selama ini tak pernah bisa ia temukan. Jimin menangis bahagia. Semua bebannya telah sirna berganti masa istimewa.

Half a Heart [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang