Apa ia menyesal?
Jimin menggeleng kuat, itu tidak akan terjadi. Pasti pria itu tadi hanya bermain-main dengannya.
Namun semua pikiran itu harus tersapu ketika Jungkook malah berlari dan menggapainya, membuat Jimin tergopoh-gopoh mengikuti langkah si bongsor.
"Ikut aku,"
"Lepaskan."
"Tidak, kita harus bicara." Lengannya masih dikepit kuat, menghalau Jimin untuk kabur dan melepaskan diri. Jungkook membawanya ke tepi kebun. Menjauh dari manusia lain yang sempat memperhatikan mereka. Paman tadi mematai Jungkook dari jauh, berjaga-jaga bila Jimin terluka.
"Katakan jika kau hanya bercanda, Jimin."lirihnya, Jimin membuang muka. Relung kalbu memohon sedih menggetarkan seluruh tubuhnya, Jimin ingin lepas dari jeratan pria ini.
"Lepas, berengsek!"
Bugh.
Sebelah kaki Jungkook, dipijak sekuat tenaga. Otomatis Jimin terbebas, ia berlari kencang. Jungkook sibuk mengusap kakinya, tak memperhatikan Jimin yang telah keluar dari kebun dan berhasil pulang ke rumah sederhana miliknya.
"Agh, ashh Jimin! Ck. ayo bergerak, bodoh. cepatlah, shh" kutukan demi kutukan keluar dari belah bibir Jungkook, memaksa untuk melangkah namun tak berdaya.
🌼
"Kim, Jimin ada di Daegu. Aku bertemu dengannya, sekarang harus apa?"
"Kau itu bodoh atau tolol? Kejar dia jika kau mencintainya, abaikan jika kau tidak punya rasa"
"Segampang itu?"
"Kau mau seperti apa lagi idiot? "nadanya sarat akan rasa geram, jika Mingyu disana sudah pasti ia akan menampar kepala Jungkook--seberapa besarpun resikonya.
"T-tapi aku hanya merindukannya saja.."katanya ambigu,cukup membuktikan bahwa Jungkook tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Ia belum yakin dan memastikan hatinya.
"Hhh terserahmu"
Tut. Tut. Tut.
"Ya! Ya--aku belum selesai!!"
"Ck, teman macam apa?!"
Jungkook sama sekali tak mengikuti acara perusahaannya--tempat yang dulunya sering ia junjung-junjung di depan Jimin. Sesuatu yang lebih penting dari Jimin.
Kini semua berbalik menyerangnya, sosok Jimin membuatnya selalu tak tenang dan merindu, menghancurkan malam-malamnya dengan terbayang wajah manis itu di langit-langit kamar.
"Cinta'kah?"ujarnya seorang diri, ia kini berdiri di depan rumah sederhana dengan banyak taman kecil di sekitarnya.
Setelah menjelaskan dengan baik, siapa ia sebenarnya pada paman tadi--paman yang cukup dekat dengan Jimin, pria itu memperkenalkan dirinya dengan nama Gong Yoo. Berkat pria itulah Jungkook mendapatkan alamat si mungil.
Tok. Tok.
"Sebentar.."
Hari sudah gelap, Jimin yang baru membuka pintu, ketika mendapati wajah Jungkook cepat-cepat menutupnya kembali. Namun tangan Jungkook lebih cepat daripada miliknya.
"Jimin-ah,"
Pria mungil itu masih fokus dengan usahanya, Jungkook dengan susah payah, akhirnya dapat masuk ke dalam. Membuat Jimin murka hingga memukul dada bidang miliknya.
Bugh. Bugh.
"Pergi! Aku bilang, pergi!"
Greb.

KAMU SEDANG MEMBACA
Half a Heart [Kookmin]
DiversosJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated: T - M -Kookmin- Jungkook bukan orang yang harusnya ia impikan, sebelumnya Jimin tak pernah termakan akan kata hati namun kali ini ia kalah. Sulit untuk menentang kehendak kalbu y...