Pria pendek dengan sepatu sports itu sibuk memasukkan bahan-bahan untuk ia masak. Tak lupa, beberapa camilan kesukaan Jungkook yang sudah dihafalnya diluar kepala.
"Jimin-ah?" Ketika ia berbalik, Jimin mendapati pria dengan bandana tengah menggeser keranjangnya ke arah Jimin. Ia tampak begitu maskulin dan tampan.
"Taehyung?"tatapan mereka bertemu, awalnya agak canggung namun Taehyung cepat-cepat membuka pembicaraan.
"Ah syukurlah aku menemukanmu disini."senyuman kotak ia lemparkan, agaknya membuat Jimin terpana.
"Eh? Memangnya ada apa?"
"Kau lupa memberikan nomor ponselmu!"katanya bersungut-sungut, gayanya bicara terlihat seperti bocah membuat Jimin mau tak mau tertawa.
"Hehe maaf, aku akan memberikannya."
"Ah ya, terima kasih."
"Untuk apa?"
"Memberikan nomormu,"ujarnya gamblang menghasilkan Jimin yang menatap heran.
"Hah? Apakah memberikan nomor termasuk perbuatan mulia? Jika iya maka aku tidak pernah mendengarnya hah," bagian belakang kepalanya digaruk pelan, Taehyung jadi merasa malu.
"Emm..ngomong-ngomong apa kau punya waktu nanti malam?"
"Aku rasa begitu, ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam.." keberanian Taehyung memang patut diacungi jempol, Jimin saja dibuat gelagapan mencari alasan. Namun pikirannya langsung melayang pada pria dingin yang tinggal bersamanya.
"Ah..Kalau begitu aku tidak bisa."
"B-bagaimana jika besok?" Tak mudah menyerah, satu jempol lagi. Jimin diam-diam tersenyum karena sifat pria tan itu.
"Bagaimana ya,"
"Aku mohon.."
"Akan aku pertimbangkan.." akhirnya Jimin memutuskan untuk memberikan kesempatan padanya. Taehyung ingin melompat namun ia terpaksa menahan.
"Benarkah? Gumawo Jimin-ah!" Ia berlari, tak lupa mendorong trolli bersamanya. Jimin tersenyum lagi. Kali ini senyumnya berbeda, terlihat menyedihkan.
"Hhh, andaikan Jung-." Seketika bibirnya terkatup rapat, Jimin sadar ia tidak boleh membandingkan siapapun. Itu tidak boleh.
🌼
"Hei, kenapa kau lama sekali? Cepatlah!"teriakan Jungkook menggelegar sepanjang dapur. Tangannya naik guna memijit kening, ia belum makan dari siang dan Jimin baru saja memasak.
"Maaf membuatmu menunggu." Pria mungil itu cepat-cepat menyajikan masakannya di meja makan. Jungkook mengikuti tanpa balasan. Ia lapar jadi ia memutuskan untuk saat ini tidak perlu memperpanjang masalah.
Jimin menatap Jungkook yang makan dengan lahap. Ini yang pertama. Pertama kalinya pria itu makan dengan semangat. Pria mungil itu tersenyum kecil, ia tidak perduli apa alasan dibalik sikap Jungkook malam ini. Yang jelas, hal seperti ini cukup untuk membuat ia senang.
"Jangan menatapku, masakanmu tidak seenak itu. Aku hanya lapar!"katanya disela-sela suapan.
Satu nasi masih tertempel di sisi bibirnya. Jimin menunduk guna meraih satu butir tersebut, kemudian Jungkook berhenti menyendok. Ia terpaku karena sentuhan halus itu.
DEG
"Aku tahu,"katanya. Lalu pergi dari sana untuk membereskan bekas pertempuran di dapur. Jungkook masih terdiam di meja makan. Ia merasa aneh. Hatinya baru saja berhenti sejenak karena perbuatan tiba-tiba dari Jimin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Half a Heart [Kookmin]
RandomJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated: T - M -Kookmin- Jungkook bukan orang yang harusnya ia impikan, sebelumnya Jimin tak pernah termakan akan kata hati namun kali ini ia kalah. Sulit untuk menentang kehendak kalbu y...