17

7.3K 863 343
                                        

"Dari awal, kau memang pembawa sial!! Pergi dari sini!!"

Jimin tak memberontak ketika tubuhnya dilempar menjauh dari ruangan Jungkook. Ibu satu anak itu memakinya habis-habisan. Ia pantas mendapatkannya. Orang tua Jungkook memanglah tak pernah menyukainya sejak awal.

"Kau puas sekarangkan? Hah?!"

Tak ada pembelaan, ia hanya diam menerima semuanya. Jimin menjauh. Saat ia ingin menetap dan berada di sisi Jungkook, ada saja hal yang membuatnya meragu. Seperti saat ini.

Plak.

Ia jatuh terduduk, segera dibantu Yugyeom yang tak bisa berbuat banyak. Jimin tetap tenang, meskipun ia ingin sekali menyuarakan penderitaannya, tapi itu bukanlah hal yang penting saat ini.

Mereka bilang, Jimin tidak pantas lagi dengan sang suami. Bahkan sekedar bernapas dalam ruangan yang sama, Jimin tak diizinkan. Yugyeom membawanya untuk pergi, karena suasana benar-benar kacau setelah orang tua Jungkook datang dengan penuh murka.

Mengetahui anak mereka berusaha mengakhiri hidupnya hanya karena seorang pria mungil pembuat onar. Yang telah menghancurkan Jungkook dari awal membuat mereka sudah tak tahan lagi ketika melihat wajah Jimin.

"Yugyeom, apa yang harus aku lakukan?"lirihnya. Jimin tak menangis, ia pikir harus menyimpan air matanya. Ia tidak boleh terus-terusan menjadi lemah dan menyerah begitu saja.

Hidup memang perjuangan. Ia butuh energi, tenaga untuk mendorongnya melewati semua kenyataan pahit ini.

🌼

"Masuklah, Jimin-ssi.."langkah lemahnya dituntun oleh Yugyeom. Mereka memasuki rumah mewah yang dominan dengan warna hitam dan putih. Ketika ia masuk, satu orang lelaki menatap mereka khawatir.

"Yugyeom-ah, bagaimana?"

Mingyu masih mengenakan apronnya. Ia tergesa-gesa menghampiri dua orang itu. Jimin membungkuk, memberi hormat.

"Ah, Jimin-ssi..mari. maafkan aku tidak bisa menjemputmu, aku baru saja pulang dari Jeju." Karena alasan inilah, Mingyu tak bisa membantu dan menyuruh Yugyeom untuk mencari keberadaan Jimin.

Ia tersenyum maklum. Yugyeom sudah mengatakannya, Mingyu adalah pasangan hidupnya sekaligus sahabat dekat Jungkook pula.

"Terimakasih atas bantuan kalian, aku tidak tahu harus berbuat apa.."

"Tidak apa, Jimin-ssi. Aku merasa bertanggung jawab karena membiarkan Jungkook melakukan hal bodoh begini."

"Sayang.."Yugyeom memperingati. Jimin tersenyum pedih, yakin bahwa luka ini akan menjadi bagian dari hidupnya. Tentunya untuk waktu yang lama.

"Untuk sementara tinggallah disini sampai keadaan tenang. Aku yakin orang tuanya terlalu kaget mendengar kabar ini."anggukan pasrah menjadi jawaban.

"Oh iya, Jimin.."

Dari sana Jimin tahu bagaimana frustasinya Jungkook ketika ia pergi. Detail yang tak pernah ia dengar, kini harus ia telan mentah-mentah. Rasanya berbeda ketika mendengarkannya dari bibir orang lain. Jungkook yang hampir gila karenanya.

🌼

Detikan jarum jam dan bunyi alat-alat yang begitu nyaring akhirnya mengusik pria itu dari tidur lelapnya. Kelopak mata berusaha bertahan dan membuka ketika terasa berat menerima cahaya yang sudah lama tak ia dapatkan sebab sudah empat hari berlalu.

Half a Heart [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang