3

8.3K 1K 130
                                    

Saat ia tiba di rumah, Jimin tak nampak. Jungkook berusaha untuk tidak perduli, jadi ia langsung beranjak mengganti pakaian dengan piyama yang lebih nyaman dan jatuh di atas kasur empuknya.

Ia mendesah lega hari ini, menyelesaikan banyak tugas penting dan meeting disana-sini. Salah satunya, secara kebetulan merupakan lokasi yang sama dimana Jimin dan kawan-kawan mengambil tempat reuni, begitulah kejadiannya.

Sialnya lagi, sebelum Jungkook dapat keluar dari sana tentu saja banyak yang mengenalinya hingga berteriak memanggil nama dengan tidak elitnya setelah ia baru saja kembali dari toilet.

"Jeon Jungkook! Jungkook'kan? Suaminya Jimin? Aku kira kau tidak akan datang hahaha.." entah siapa pria yang sok dekat ini, Jungkook hanya tersenyum masam mendapat tepukan di bahunya dan terpaksa bersikap ramah di depan teman-teman yang lain.

"Dimana Jimin?" Semua terdiam, salah satu dari banyaknya manusia yang duduk disana, berdiri menjulang di depan Jungkook dengan gelagat gelisah.

"Ah, aku rasa dia ada di belakang sana. Biar aku panggilkan." Jungkook mengangguk saja, ia bertanya tentu saja untuk formalitas. Bukan karena ia peduli atau bagaimana-bagaimana dan semacamnya.

"Terima kasih."katanya lagi, memberikan jalan untuk pria tinggi yang ia ingat bernama Kim Namjoon itu, atlet sekolahnya dulu--yang sekarang merangkap menjadi atlet internasional.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pria pendek itu datang juga bersama Namjoon dan satu orang pria lagi yang familiar dalam ingatan Jungkook.

"Kim Taehyung..?"gumamnya tak dapat didengar siapapun selain dirinya sendiri. Jimin menatap heran sekaligus takut-takut ke arahnya. Ia menarik pinggang si mungil untuk berpamitan dan mereka pulang.

Namun Jungkook merasa amat terhina ketika Jimin menjawabnya dengan lantang dan berani. Jungkook tidak suka itu. Ia ingin Jimin sadar dimana seharusnya ia berada, baginya Jimin tentu saja sederajat dengan letak kaki Jungkook.

"Sial!" Jungkook lagi-lagi menggerutu mengingat momen bodoh itu. Ia berjanji akan membalas pria mungil itu!

Masalahnya, saat ini batang hidung Jimin tak nampak. Ia seolah menghilang begitu saja, padahal sepatunya sudah berada di rak--bukan apa-apa, hanya saja Jungkook tak sengaja memperhatikannya.

Cklek.

Pintu kamar mandi terbuka, Jimin tampak segar dengan balutan bathrobe di tubuhnya yang ramping. Jungkook ternganga, setengah terkejut, setengahnya lagi terpesona.

"A--apa yang kau lakukan di kamar mandiku?!"

Jungkook bangkit, ia memuncak namun matanya tak beralih dari tubuh si mungil. Respon Jimin membuatnya tak dapat berpikir jernih.

"Apalagi? Tentu saja mandi."katanya dengan wajah enteng. Hanya itu.

Wow.

Ia rasa Jimin benar-benar cari perkara dengannya.

"PARK JIMIN!"

"Ya?" Sekarang, Jungkook tampak seperti orang gila di hadapan Jimin yang terbilang meresponnya kelewat santai tanpa amarah. Wajah polos yang berseri-seri, sedikit banyaknya berhasil mendapatkan perhatian dari Jungkook.

"Kau baru saja menentangku, hah?" Jari telunjuknya mengacung tepat di depan wajah si mungil yang masih menatap masa bodoh pada Jungkook. Diambilnya jari Jungkook untuk kembali di turunkan, membuat pria itu semakin tak percaya.

"Tuan Jeon Jungkook yang pintar, seharusnya kau sadar dari tadi aku memang menentangmu."

Brak.

Half a Heart [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang