Pria mungil itu duduk di antara teman dan sahabat yang tak henti-hentinya menggoda Jimin karena berakhir menikahi pangeran sekolah yang sungguh diidamkan semua orang, Jeon Jungkook.
Ya, Jimin dan Jungkook menuntut ilmu di sekolah yang sama. Meski baru mengenal satu sama lain di tahun ajaran terakhir, mereka sempat akrab sekali.
Tidak seperti saat ini, Jimin bersyukur sempat merasakan kebaikan dari Jungkook. Ia tahu betul, sebenarnya Jungkook adalah orang yang baik.
Hanya saja kesalahan yang ia perbuat tak bisa dimaafkan sampai Jungkook memperlakukannya sebegini buruknya.
"Hei, Jimin. Jadi bagaimana? Apakah Jungkook itu masih romantis?"
"Eh? Ah-iya hehe.."
Jimin tersenyum kikuk ketika mendapatkan respon teriakan heboh dari teman-temannya. Mereka sudah sepakat untuk berpura-pura di depan orang lain.
Jungkook bilang, jika Jimin ingin pergi maka ia bisa mengatakan kebenarannya. Dimana Jungkook memperlakukannya jauh dari kata manusia, Jungkook memang tak sepenuhnya jahat padanya tapi Jimin yakin sekali kalau pria itu sungguh membenci dirinya setengah mati.
Diam-diam dibalik senyum palsunya, Jimin menangis sedih dalam hati. Ia harus bertahan bersama luka yang Jungkook torehkan, ia harus menahan perasaannya.
Jungkook tidak tahu akan perasaannya--Jimin yang mencintai Jungkook. Ia tak dapat membayangkan apa jadinya bila Jungkook tahu. Mungkin Jungkook akan membunuhnya atau pria itu memanglah tak punya niat untuk tahu. Entahlah.
"Hei, Jimin!"teriakan dari Taehyung menyadarkan Jimin dari lamunan bodohnya. Ia kembali tersenyum kikuk seraya melongok ke arah pemuda tampan itu.
Greb.
Tangannya ditarik paksa, keluar dari tempat itu. Jimin yang linglung tak sempat memberontak, genggaman kuat dari Taehyung ia biarkan saja.
Mereka berhenti tepat di belakang restaurant, kebetulan disini sepi. Taehyung menatapnya aneh. Jimin tidak bisa membaca arti tatapan itu.
Sedetik kemudian ia sudah berada di pelukan Taehyung. Jimin tersentak dan menyadari bahwa ada yang tidak benar.
"T-tae, lepas!"
"Tidak, aku tidak mau." nyatanya kekuatan Jimin tak sampai setengah dari kekuatan Taehyung. Ia tak bisa melawan.
"Kenapa kau tersenyum bodoh seperti itu?"katanya membuat Jimin berhenti berontak. Taehyung menghela nafas, kemudian mengendurkan pelukannya.
"Kau tidak pernah pandai menutupi perasaanmu dariku, Jimin."
Jimin menunduk, menahan tekanan perasaan yang hendak menguar dari matanya. Ia sudah berkaca-kaca menatapi lantai disana. Bersamaan dengan Taehyung yang menarik dagunya ke atas, pipi Jimin basah oleh air mata.
"Tae,"
Brug.
"Kau bisa kembali padaku kapanpun kau mau, Chim."ujarnya seraya mengelus surai Jimin guna menenangkannya. Isakan Jimin keluar, tangan mungilnya mengerat di pinggang pria yang lebih tinggi darinya.
"Terimakasih.."
Taehyung, pria dengan senyum kotak itu merupakan mantan kekasih Jimin. Ya, Jimin menyukainya jauh sebelum ia mengenal Jungkook. Bahkan, hubungan mereka bertahan selama satu tahun.
Namun Jimin memutuskan fokus pada jalan pendidikannya dan Taehyung juga tidak pernah menjadikan hal itu sebuah masalah sebelum Jimin beralih memperhatikan Jungkook, teman sekelas Jimin yang baru.
Hubungan mereka cukup dekat sampai Jungkook terus-terusan menempel pada Jimin bahkan ketika mereka sudah memasuki universitas yang berbeda.
Tentu saja Taehyung memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Karena sakit hati ia sempat mencemooh Jimin yang menyukai kekasih orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half a Heart [Kookmin]
RandomJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated: T - M -Kookmin- Jungkook bukan orang yang harusnya ia impikan, sebelumnya Jimin tak pernah termakan akan kata hati namun kali ini ia kalah. Sulit untuk menentang kehendak kalbu y...