Bila ditanya, apa yang paling Jimin takutkan, maka jawabannya adalah menghadapi sesuatu seorang diri. Ia takut, Jimin melemah dengan sendirinya.
"Hiks, Kook.."
Jimin ketakutan setengah mati, ketika sudah sampai di rumah, Jungkook kembali menariknya secara kasar ke dalam. Jimin hanya bisa terisak dan meringkuk setelah pria itu melemparkannya di atas kasur.
Jungkook memaksa Jimin untuk berbaring, menarik-narik kaki si mungil lalu menindih tubuhnya dengan kuat, hingga Jimin berteriak di sela-sela tangis.
"Manusia murahan, kau tidak berpikir hm?"
"Apapun yang kau lakukan akan selalu berdampak pada perusahaanku!"
geramannya cukup untuk menggetarkan badan, Jimin menutup mata, percuma saja menangis. Karena Jungkook tak sedikitpun merasa kasihan.
"Tatap aku, jalang sialan!!" Rambutnya dijambak, memaksa kepala Jimin untuk mendongak dan matanya terbuka lebar.
'Sembilan..'
Jimin tak mengatakan apapun, ia hanya menangis dan menangis sampai membuat Jungkook geram sendiri. Ia tak terkendali saat ini, lebih buruk dari biasanya.
Cuph.
Bibir Jungkook menabrak miliknya, tak ada kelembutan disana. Bibirnya digigit hingga berdarah. Jimin hancur. Tak ada kata yang dapat mendeskripsikan dengan baik betapa Ia merasa hancur. Tak hanya fisik, hatinya jauh lebih rapuh dan terluka di saat yang bersamaan.
"Sekarang jawab. Jawab!!"
Plak.
'Sepuluh..'
Bersamaan dengan tangan yang melayang dan membentur sebelah pipinya, disaat itulah Jimin sudah mempunyai tekad bulat untuk meninggalkan Jungkook. Apalagi yang ia harapkan? Ia akan keluar dari neraka dunia ini.
Jungkook tidak perlu mencarinya.
Mereka harus bercerai, berpisah, hidup berjauhan dan berpura-pura tidak saling mengenal satu sama lain. Pria itu hanya memikirkan perusahaan, menyalahkan Jimin akan nasib yang ia pikir begitu sial dan buruk untuknya.
Pria bejat dengan segala sifat egois yang tak bisa Jimin mengerti. Selalu bertanya-tanya pada tuhan, mengapa ia harus jatuh pada manusia jenis ini?
Tak pernah menghargai perbuatan manis yang Jimin berikan, Mengatainya dengan sebutan tak pantas, bahkan sudah berani bermain fisik. Demi apapun, Jimin tidak tahan lagi! Ia terus tersakiti, lagi dan lagi.
Air mata terus bercucuran dan ikut membasahi bajunya, Jimin terduduk di atas kasur. Sementara itu Jungkook sudah keluar, meninggalkannya bersama keterpurukan yang mendalam.
Sesak nafas, paru-paru meronta guna meminta udara, tenggorokan tercekat, memang sudah sering Jimin alami namun yang satu ini paling hebat, yang paling membekas di relung kalbunya.
"Hiks, a-aku membencimu..aku membencimu!!"
"Tapi kenapa? Kenapa sulit sekali rasanya.." Jam berdetik menemani malam yang Jimin arungi bersama pertanyaan-pertanyaan yang tak memiliki solusi. Tekadnya sudah bulat.
Kali ini Jimin bersungguh-sungguh untuk meninggalkan impian dan harapannya pada Jungkook. Inilah batasnya. Inilah titik akhir hubungan mereka, tidak ada kesempatan lagi untuknya menikmati wajah terlelap Jungkook diam-diam.
Bertengkar untuk hal paling konyol, dimaki dan mendapatkan ejekan yang membuat hati mendidih, memasak tanpa dihargai. Jimin sudah terlanjur terbiasa dengan semua itu, kini ia juga harus membiasakan diri untuk lepas dari Jungkook.

KAMU SEDANG MEMBACA
Half a Heart [Kookmin]
RandomJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated: T - M -Kookmin- Jungkook bukan orang yang harusnya ia impikan, sebelumnya Jimin tak pernah termakan akan kata hati namun kali ini ia kalah. Sulit untuk menentang kehendak kalbu y...