10

9.8K 1K 265
                                        

Sepulangnya dari acara --memaksa Mingyu untuk membantunya--Jungkook pulang dengan desahan lelah, kakinya bergerak menuju kamar tamu, duduk di kasur dan mengamati ponsel Jimin yang dua hari ini ia biarkan disana, mempersiapkan hati akan apa yang ia ketahui nanti.

Ketika membuka layar, foto pernikahan mereka terpampang. Debur berdebur dalam dada, Jungkook sungguh terkesiap. Ini foto yang sama yang ia sadari telah menghilang di meja ruang tamu. Tinggal bingkainya saja.

Dulu, tanpa sengaja Jungkook pernah memergoki Jimin menangis di depan foto itu, namun ia segera pergi karena merasa tak tertarik untuk mengganggu si mungil.

Hatinya berteriak, Jimin membawa foto itu bersamanya. Bibir Jungkook membentuk garis lurus, ia sulit memahami perasaan tak biasa semacam ini. Darahnya mengalir cepat.

Gemetar di tangan membuat ponsel Jimin ikut bergerak pelan, Jungkook memutuskan untuk membukanya dan kembali menemukan sesuatu yang mencubit hati.

"Hihi, maaf Jungkook-ah..tapi wajahmu manis sekali saat ini"suara yang biasanya terdengar menyebalkan, kini malah meneduhkan hatinya. Hilang akal. Jungkook terdiam.

Rekaman video, dimana Jungkook tertidur dengan bibir terbuka lebar. cekikikan khas milik Jimin menjadi latar suara. Jungkook rasanya ingin menangis saja, menumpahkan isi hatinya.

Maka dengan demikian, ia melakukannya.

"Hiks, Jimin-ah..."

Jika sekiranya hati adalah sebuah buku, maka milik Jungkook kini telah hancur, terbakar, dikoyak-koyak tak berperasaan.

"Kau sengaja meninggalkanku hn? Hiks"

Jimin masih meninggalkan cintanya disini, Jungkook dapat merasakannya. Ibarat bunga yang mekar setelah yang lain layu, begitulah perasaan Jungkook.

Cintanya mekar terlambat.

Dadanya sesak berkelebihan. Sekuat apapun ia menggebuknya, hatinya semakin hancur. Jungkook bergetar, berteriakpun tak ada yang mendengar. Beberapa menit kemudian diusapnya kasar air mata. Ia bangkit dan menenangkan diri.

Tangannya meletakkan kembali ponsel tersebut ke tempat semula, sampai disini saja dulu. Untuk saat ini, Jungkook hanya ingin berusaha mendapatkan Jimin kembali dalam pelukannya.

"Jangan pergi terlalu jauh,"lirihnya sembari mengusap foto Jimin yang ia pindahkan pada ponselnya. Kemudian, Jungkook meraih sweater kebesaran dari dalam lemari Jimin.

"Kau suka sekali yang besar-besar hehe, aku juga besar.."ujarnya sembari memakainya. Sweater tersebut begitu mencetak tubuh Jungkook, ukurannya.

"Pantas saja kau menyukaiku.." Jungkook melirih, tersenyum sedih.

Setelah itu, Jungkook berjalan ke kamarnya, menatapi sesuatu yang begitu menggetarkan hati. Jungkook terduduk di sofa--satu-satunya tempat yang ia berikan untuk Jimin tidur bila seruangan dengannya.

Kemudian ia mencoba untuk berbaring, jantungnya tiba-tiba melambat. Ujung kaki terasa dingin dan Jungkook bersumpah, ia sudah mengakuinya bahwa ia merindukan Jimin. Terlalu banyak hingga ia sesak.

Jungkook ingin merasakannya juga, tidur seperti ini. Hal baiknya adalah, Jungkook masih bisa mencium aroma Jimin yang masih tersisa dan membekas di sweaternya. Berbeda Jimin yang saat itu tak mendapatkan apa-apa.

Tanpa selimut, tubuh besar Jungkook bergelung membunuh malam di sofa itu. Dingin, tak akan ia pungkiri. Hatinya tertawa sedih, inilah yang Jimin dapatkan di hari pernikahan mereka.

"Selamat malam, Jimin.." kalimat yang tak pernah Jungkook ucapkan pada si mungil, kini ia tuturkan penuh penyesalan. Dengan perasaan yang saling tumpang tindih, berusaha menguatkan diri. Sesekali ia masih terisak dalam tidurnya tanpa air mata.

Half a Heart [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang