Bagian: 12

1.9K 73 6
                                    

Happy reading........
------------------------------------------------------

Amel meronta ronta ingin melepaskan pelukan yang diberikan seseorang secara tiba tiba. Pikirannya kini, siapa yang memeluknya? Apakah orang jahat? Orang gila? Atau seorang psikhopat?. Ah, dia tidak tau lagi, yang terpenting kali ini adalah bisa meleoaskan diri dari orang ini.

Amel terus meronta ronta dengan sekuat tenaga bermaksud ingin melepaskan diri "hey, lepaskan.....siapa kau" tanyanya yang masih berusaha melepaskan pelukan itu.

Amel menutup matanya sejenak berpikir bagaiman caranya ia bisa melepaskan diri dari orang ini. 'Ayo mel, pikir, pikir....' ia lun membuka matanya seketika dan langsung menginjak kaki orang yang memeluknya dan seketikaitu pula orang tersebut melepaskan pelulannya.

Dilihatnya dengan teliti siapa orang yang telah berbuat seperti itu, apalagi suasana saat ini sedang sunyi. Seketika mata Amel melebar "Er...Erfin?" lirihnya yang masih memandang pria yang masih mengaduh kesakitan akibat injakannya yang tepat di atas kaki pria yang tak lain adalah Erfin mantan kekasihnya.

"Amel, maafkan aku karna telah lan---" ucapnya terpotong akibat sebuah tamparan keras mendarat dipipi kanannya.

"Dasar kurang ajar, kamu sadar tidak aku tadi hampir jantungan karna ulah kamu ini" garam Amel.

"Maaf.....tadi, aku hanya ingin berbicara dengan kamu dan tidak bermaksud mengagetkanmu"

"Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, karna semuanya sudah jelas kita sudah tidak memiliki hubungan apa apa lagi, dan silahkan pergi dari tempat ini sekarang juga" jawabnya kembali dengan sengaja menekan kata 'tidak memiliki hubungan apa apa lagi'.

"Tapi, aku mohon untuk mendengarkanku sekali ini saja" mohonnya ingin meraih tangan Amel, tapi sebelum itu terjadi Amel sudah terlebih dulu menepisnya "kamu tau, tadi aku sudah menunggumu dari tadi siang sampai sekarang"

"Dan aku tidak perduli dengan itu, mau kamu menunggu seminggu, sebulan, setahun ataupun selamanya, aku tidak perduli" ucapnya santai sambil melayangkan cengiran di sudut bibirnya "karna kamu tau, apapun penjelasan kamu sudah tidak beguna, semuanya sudah tertelan oleh kekecewaan yang kamu berikan" lanjutnya kemudian berbalik meninggalkan Erfan seorang diri.

Belum saja Amel membuka pagar, tangannya lagi lagi dicegat kemudian di sandarkan tubuh kecil Amel ke tembok pagar membuat bokongnya terbentur secara paksa, mengunci tubuh Amel yang bersandar di tembok agar tidak bisa bergerak sama sekali.

Amel yang mendapat perlakuan seperti itu, sontak saja meronta ronta ingin melepaskan diri, namun nihil, kekuatannya sudah habis saat nelepaskan dirinya tadi dari pelukan Erfan. Kali ini dia hanya bisa pasrah, entah apa yang akan di lakukan Erfan. Amel memejamkan matanya sembari berdoa agar siapa saja orang bisa menyelamatkannya.

"Kenapa?" suara Erfan yang terbilang lembut, namun ada rasa frustasi didalamnya.

Amel tidak menjawab, dia terus menutup matanya enggan membuka, karna dia tau tatapan mata Erfan saat ini memancarkan kemarahan yang sangan berkobar kobar dan itu adalah hal yang tidak ingin iya lihat, dia takut.

"Buka mata kamu, lihat aku baik baik.....apa benar sudah tidak ada lagi rasa cinta kamu sama aku, meski itu hanya setitik saja?"

Amel menggeleng, masih tetap memejamkan mata. Bukannya iya tidak ingin, tapi jujur saja meskipun Amel membenci Erfan, tapi jujur rasa cintanya masih ada terhadap pria itu walau tidak sebesar dulu, tapi itu juga sama dengan.

********

Frans masih mengemudikan mobilnya menuju kekediamannya yang masih sekitar beberapa kilo meter dari rumah Amel. Frans menoleh sejenak ke tempat duduk penumpang yang tadi diduduki oleh Amel, seketika matanya tertuju pada satu benda yang tak lain sebuah dompet yang berwarna silver, diraihnya dompert tersebut yang diyakininya adalah dompet Amel.

Kontrak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang