Bagian 17

4K 107 30
                                    

Assalamualaikum.....

Wah, akhirnya bisa Up lagi di lapak ini dari beberapa bulan yang lalu. Maaf ya, karena  keterlambatan yang selalu terulang ulang, jadi mungkin di antara kalian banyak yang udah penasaran.

Sebenarnya, chapter ini itu udah lama selesai, tapi karena berhubung cerita sebelah yang bikin aku terus lupa dengan cerita ini jadi ngak erbah jadi2 aku Up. Jadi semoga yang ini bisa mengobati kerinduan kalian ya!

Warning, banyak typo bertebaran. Jadi, kalau kalian dapet maaf yang sebesar2nya🙏

Happy reading......

Amel memasuki ruangan dimana sang bunda dirawat. Terlihat jelas wanita paruh baya itu berbaring dengan wajah yang begitu pucat. Tanpa terasa air mata mengalir di pipi, sakit melihat wanita yang telah melahirkan dan merawatnya sedari kecil hingga sekarang terbaring lemas di sana, di atas ranjang rumah sakit di dampingi selang infus yang terpasang di lengan kiri. Jika terjadi sesuatu kepada wabita itu? Dia belum sanggup jika di tinggalkan, masih banyak hal yang belum ia berukan dan lakukan kepada bundanya.

Air mata kembali membasahi kedua pipi Amel. Mengusahakan agar tidak ada keluar suara isakan dari mulut yang akan memecahkan keheningan.

"M....el" suara lirih terdegar diindra pendengarannya.

Mendengar hala itu, Amel cepat cepat menegakkan kepalanya yang semula menunduk,  menatap kearah sangan bunda dengan pandangan yang meredup.

"Bunda, bunda udah sadar? Gima ada yang sakit? Bilang ke Amel, biar Amel panggil dokter"

Meilani menggengkan keplanya "bunda tidak Apa apa sayang, jangan hawatir" ucapnya lirih.

"Tidak, Amel harus panggil dokter dan mastiin bunda memang baik baik saja" bantah Amel tidak setuju dengan bundanya

Tanpa ba bi bu lagi, ia memencet tombol yang ada di dekata barankar yang menjadi tempat Melilani berbaring. Setelah menunggu sekitar satu menit, dokter masuk dari ruangan.

"Apa ibu Meilani sudah sadar?" Tanya dokter yang hanya diangguki oleh Amel "baiklah, kalau begitu saya periksa ibu Meilani dulu" lanjut dokter, lalu melangkah di samping Meilani terbaring, memeriksa keasaan Meilani dengan teliti.

"Alhamdulillah, keadaan ibu Meilani sudah berangsur membaik. Tapi, untuk lebih memastikan keadaan ibu Meilani lebih baik lagi, ibu Meilani harus dirawat inap maksimal sampai satu minggu kedepan" tukas sang dokter menjelaskan.

Amel hanya mengangguk mengerti dengan penjelasan sanga dikter.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi"

"Baik dok, terimakasih"

Setelah dokter pergi, ruangan itu kembali terbuka dengan menampilkan sosok Frans yang tersenyum ke arah Amel.

"Bagaimana keadaannya tan?" Tanyanya setelah meletakkan kotak yang berisi buah di nakas dekat tempat tidur rumah sakit.

Meilani tersenyum "Alhamdulillah nak Frans, tante sudah agak mendingan" ucapnya.

"Alhamdulillah, syukur kalau begitu. Saya doakan, tante cepat sembuh"

"Amin" jawab Meilani dan Amel bersamaan.

"Ayah sama Bram di mana Mel?" Tanya Meilani kembali, yang sedari tadi tidak melihat melihat suami dan anak lelakinya.

"Astaga, Amel lupa bun. Mereka ada di kantin, tadi katanya mau makan siang. Biar Amel telfon Bram dulu" jawab Amel, lalu merogoh tasnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kontrak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang