Bagian: 13

1.9K 77 6
                                    

Happy reading....

Di sebuah kamar yang berukuran besar dengan interior moderen, nampak Erfan yang masih berbaring dikasur king size miliknya dan masih dengan keadaan yang cukup prihatin, mukanya masih dipenuhi lebab yang terlihat diarea pipi dan sudut bibirnya, akibat tonjokan bertubi tubi yang diberikan oleh Frans semalam.

Erfan melenguh, akibat sinar matahari yang terpancar dari jendela menggenggu aktifitas tidurnya. Dengan perlahan ia membangunkan badannya untuk bersandar dikepala ranjang. Rasa sakit yang ada di muka dan badannya masih sangat terasa, meski tidak seperti semalam. Erfan meringis sambil memegang mukanya yang tersa sakit.

"Apa sudah lebih baik?" tanya Sofi ibu Erfan yang muncul dari balik pintu kamar.

Erfan tidak menjawab pertanyaan ibunya, ia masih setia dengan luka lebam yang ada dimukanya. Melihat Efran yang tidak kunjung kunjung menjawabnya, Sofi melangkahkan kakinya mendekati Erfan anaknya.

"Ibu sudah berapa kali mengingatkanmu, jangan mendekati wanita itu lagi dan sekarang lihat akibatnya" katanya tegas sambil memperhatikan Erfan yang memegang lukanya.

Erfan lagi lagi diam, menghiraukan perkataan Sofi tanpa berminat mendengarkannya ataupun membalasnya.

"Satu lagi, rencana pernikahanmu dengan Adria akan dipercepat" tegas Sofi melanjutkan perkataannya.

Mendengar perkataan Sofi barusan, Erfan yang tadinya enggan mendengar kata kata yang keluar dari mulut ibunya  tadi, tapi dengan perkataan ibunya barusan, langsung membuatnya memdongak menatap ibunya dengan pandangan tidak suka.

"Kenapa melihat ibu seperti itu? Apa tidak suka dengan perkataan ibu barusan?" tanya Sofi yang melihat ekspresi Erfan yang berubah 180 derajat, dari acauh ke tatapan tidak suka.

"Tidak, kenapa harus dipercepat seperti itu? Aku tidak setuju" bantahnya tidak setuju.

"Tidak Erfan, kali ini kamu harus menurut apa perkataan mama kamu harus menika dengan Adria dalam waktu dekat ini"

Erfan turun dari ranjang "tadi mama bilang apa? Wah, lucu sekali. Memangnya kapan Erfan tidak menuruti permintaan mama?" tegasnya Yang sudah jengah dengan perilaku ibunya yang selalu memgendalikannya terus menerus.

"Apa mama ingat, aku meninggalkan Amel dan bertunangan dengan Adria itu karna siapa? Itu semua karna mama" tergas Erfan, lalu meninggalkan mamanya di kamar sendiri.

....................

Amel beru saja memasuki kelas yang akan ia guakan untuk melakukan proses belajar mengajar. Saat ia baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, suara riuh anak anak terdengar memenuhi ruangan jelas, membuat Amel tersenyum.

"Pagii..."sapa Yana dengan senyum di sudut bibirnya yang tidak pernah luntur.

"pagi bunda..."balas anak anak itu sudah duduk dengan rapi di bangku mereka masing masing.

"wah semangat sekali" kata Amel "karna semua semangat, bunda mau tanya. Kemarin siapa yang pergi berlibur?"

Sebagian dari anak anak itu mengangkat tangannya dengan antusias dan sebagiannya lagi tidak mengangkat tangan.

"Aku bunda" sorak mereka sebagian.

"Ok, ok, kalau begitu bunda mau mendengar cerita kalian satu persatu, bisa?" tanya Amel.

"Bisa bunda"

"Siapa yang mau cerita dulu?"

"Aku bunda" sahut anak laki laki yang sangat antusias.

Kontrak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang