Bagian 14

1.8K 70 0
                                    

Happy Reading.....

Di sinilah Amel sekarang, di sebuah ruangan yang sangat luas dan mewah, duduk di sofa panjang sendiri dengan tangan yang lipat di depan dada, sesekali ia menhembuskan nafasnya kasar yang dilanjutkan dengan umpatan umoatan yangbterusbkeluar dari mukutnya.

Di lain sisi sekitar 4 meter dari sofa tempat Amel duduk, Frans sedang duduk di kursi kebesarannya dengan dua orang karyawan di depannya terlihat sedang memjelaskan sesuatu keoada sang Frans bos, entah apa yang ketiga orang itu sedang bahas Amel juga tidak mengetahuinya, ia hanya terus mengumpat dan memberikan sumpah serapah kepada Frans.

Sesekali, Frans melirik ke arah Amel yang duduk di sofa tak jauh dari tempatnya. Ia menyunggingkan seyum tipis, saat melihat Amel dengan muka yang begitu kesal. Entah untuk karena  apa juga Frans membawa Amel ke kantornya, yang jelas saat ini ia ingin Amel di kenal diseluruh karyawannya bahwa Amel adalah kekasihnya dan itu terdengar konyol. Tak mau berlama lama memandang Amel, Frans kembali fokus dengan penjelasan yang di berikan kedua karyawan yang ada di depannya ini.

Setelah sekitar 15 menit, kedua karyawan Frans mundur diri dan keluar dari ruangan mewah itu. Mereka bangkit dari duduk  dan mebungkuk sebelum keluar. Saat keduanya belum sampai didepan pintu, seseorang membuka intu dari luar dan seorang pria tampan dan tinggi masuk ke ruangan Frans, seketika kedua karyawan itu kembali membungkuk sebagai tanda hormat mereka lalu kembali melanjutkan langkah keluar dari ruangan Frans.

"Ada apa Frans, katanya kamu membuat keributan dibawah" ujar Kevin langsung.

"Bukan urusanmu" jawab Frans cuek.

Kevin mengalihkan pandangannya ke arah sofa, dimana tempat Amle duduk dari tadi

"Humm.... Sepertinya aku tau alasannya" katanya kembali melirik kearah Frans yang tidak mendaoatkan tanggapan sekali pun.

Kevin menghampiri Amel yang duduk di sofa dengan muka yang masih bertanya tanya dan bingung. Bingung karna tidak tau denga orang yang baru saja masuk itu dan mengajak Frans berbicara dengan nada yang bukan seperti antara karyawan dan bos.

"Hay, Amel bukan?" tanya Kevin duduk di samping Amel.

Amel mengernyit dahinya, kembali merasa bingung dengan orang yang langsung duduk di sampingnya dan  sok akrap dengannya. 'Tunggu...apakan tadi dia mengucapkan namaku? Bagaimana dia bisa tau?' tanya Amel membatin.

Kevin yang melihat Amel hanya diam dan memandanginya dengan tatapan bingung itu langsung menjulurkan tangannya didepan wanita itu. Amel menaikkan tangannya menyambut juluran tangan Kevin dengan was was.

Kevin tersenyum "Kevin praksamana putra, panggil saja Kevin. Aku wakil CEO sekaligus sahabat Frans" ucapnya yang di balas dengan Anggukan "nona, mau belum menjawab pertanyaanku. Benar kau Amel?" lanjutnya bertanya kembali.

Amel terhenyak dan terkekeh pelan, ia merasa orang tolol saja di depan orang baru dikebalnya "maaf, maaf....benar saya Amel, Amel natasya"

"Eh, tapi bagaimana anda tau nama saya?" tanyanya.

Kevin kembali terkekeh dan lagi lagi membuat Amel bingung 'apa ada yang lucu dengan pertannyaanku' batunnya.

"Jangan terlalu formal seperti itu" tutur Kevin membuat Amel tersenyum "aku melihatmu saat di Aniversery perusahaan bersama Frans. Jadi ya, aku bertanya kepadanya"

Yana mengangguk anggukkan kepanya sambil meliriknke arah Frans yang masih setia dengan berkas berkasbyang ada di hadapannya. 'Dasar, untuk apa dia membawaku kemari kalau dia hanya sibuk seperti itu' gumamnya sambil mendengus.

"Kau tau, kamu adalah wanita pertama yang di bawa Frans datang ke sini" ucap Kevin tiba tiba membuat Amel kembali memfokuskan pandngannya kembali ke arah Kevin.

"Benarka? Kurasa itu seperti mustahil"

Bagaimana bisa seorang pengusaha tampa seperi Frans tidak pernah berkencan sebelumnya? Itu terasa mustahil. Jika di fikir fikir Fran memikiki semua para wanita idam idamkan. Baik itu kekayaan, kekuasaan dan ketampanan, sungguh dia tidak percaya itu semua.

"Kau juga tidak percaya bukan? Aku saja sahabatnya sejak SMA juga heran dengan isi fikiran lelaki itu. Sampai sampai aku berfikir jika dia guy"

Kevin dan Amel kerkekeh bersama, sungguh itu adalah fakta yang baru saja ia dengar tentang Frans. Memang jika orang lain yang diceritakan tentang fakta itu, pasti mereka semua akan berfikir bahwa Frans adalah seorang guy. Tawa mereka terhenti akibat suara deheman.

"Hemmm"

Suara deheman terdengar menghentikan tawa Amel dan Kevin. Mereka berdua beralih menatap Frans yang kini sudah berdiri tegap di hadapan mereka.

"Sudah selesai dengan acara menggosipnya tuan dan nona?" pertanyaan Frans menginstruksi "sebaiknya kau kembali dengan pekerjaanmu kevin, bukan membicrakan aib bosmu didepan kekasihnya" lanjutnya.

Kevin kembali tertawa "ok, ok sepertinya kita harus mengakhiri perbincangan kita dulu Amel, tuan bos tidak ingin aibnya di umbar umbar di depan yang katanya kekasihnya" sindir Kevin.

Frans yang mendengar itu terlihat geran sendiri dibuatnya, jika saja Kevun bukanlah sahabatnya, pastikan dia sudah mebabi buta wajah tamoannya itu.

"Kev"

Kevin berdiri dari duduknya "Baiklah, aku harap kita bisa bertemu dan berbincang bincang lagi Mel, aku pergi dulu" tuturnya berpamitan kepada Amel yang dibalas dengan anggukan.

Setelah Frans memastikan bahwa David keluar dari ruangannya, ia beralih menatap Amel dengan tatapan intens.

"Kenapa?" tanya Amel bingung.

Farans tidak menjawab pertanyaan Amel, ia melangkah kemabli ke meja kebesarannya menganbil kunci mobil dan kembali lagi kearah Amel.

"Ayo" katanya berjalan mendahului wanita itu.

"Kemana?" tanyanya belum beranjak dari duduknya.

Frans menghentikan langkahnya, laku memutar tubuh menatap Amel berada "jangan banyak tanya, ikut saja" jawabnya datar.

"Aku tidak mau, katakan duku kita mau kemana!"

Frans memasukkan tangannya di katong celananya kemuadian kembali melanjutkan jalannya keluar dari ruang kerjanya.

"Yasudah kalau kau tidak mau ikut dan jangan salhkan aku jika nanti kau di tudus sebagai pencuri" ucapnya cuek masih terus melangkah.

Amel mendengus, tanpa berfikir panjang lagi, ia bangkit dari duduknya dan mengikuti Frans dari belakang sampai kearah lief khusus. Setelah lif terbuka, Amel lebih dulu masuk sebelum Frans. Didalam lif sunyi, tidak ada pembicaraan yang tercipta sampai lif itu terbuka kembali.

Lagi lagi Amel keluar terlebih dahulu mendahului Frans. Barulan ia di langkah ke dua, tangannya sudah di genggam oleh Frans membuat ia tampak bingung. Amel melirik tangan yang sudah di genggam Frans itu sebelum ia melihat ke arah sang empu yang memegang tangannya.

"Di sini banyak karyawanku, jadi sebaiknya kita berpegangan tangan" tuturnya sebelum melangkah.

Sebenarnya meski tidak berpegangan tanagn pun tidak apa apa, meski hanya berdampingan tidak akan jafi masalah. Disini Frans, jika dipepatahkan hanya mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Saat mereka berjalan, semua mata tertuju pada mereka, sebenarbya hanya pada Amel. Semua karyawan yang terutama karyawan wanita penasan dengan wanita yang sudah menaklukkan hati sang pengusaha tampan nan dingin itu. Bayangkan saja, sejak mereka bekerja di perusahaan ini, mereka tidak pernah melihat atau mendapati sang bos berkencan atau membawa seorang wanita ke kantor.

Amel dan Frans terus berjalan sampai ke luar gedung, meski Amel risih dengan tatapan para karyawan Frans yang melihat dirinya, sungguh ia merasa risih dengan itu. Sesampainya mereka di mobil Frans, Amel melepaskan genggaman tangan Frans dan berlalu masuk ke mobil Frans.

.............................................................

Kontrak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang