Bagian: 16

1.9K 63 0
                                    

Ok guys, akhirnya bisa UP juga setelah berbulan bulang ngak UP. Untuk alasannya, aku ngak tau yang jelas aku sering lupa UP di cerita ini karena cerita sebelah😊 resiko ngak satu satu publik cerita, itu aja and..

HAPPY READING...

Suara dentuman musik jelas terdengar hingga mampu memekikkan telinga bagi setiap orang yang mendengar, bau minuman berarkohol dan asap rokok tercium jelas di indra penciuman. Beberapa wanita maupun pria sedang menari meliuk liukkan tuhuhnya di lantai dansa dengan mengikuti aluman lagu yang di mainkan oleh sang DJ yang membuat musik semakin seru. Banyak bahkan selurih wanita yang ada ditempat itu memakai pakaian mini dan ketat, yang tentunya membuat para lelaki hidung belang akan tergiur.

Entah sudah berapa gelas minuman haram yang sudah Erfan minum, yang jelas ia tak perduli dengan itu semua mau mabuk apa tidak yang jelas dia hanya ingin melempaskiankan kekesalan, kekecewaan dan kemarahannya pada ibunya. Hanya dengan ini ia bisa melampiaskan semuanya.

"Berikan aku segelas lagi" pintanya pada Bartender.

Sang bartender bergidik ngeri mendengar permintaan pria yang ada didepannya itu, pasalnya pria itu sudah menghabiskan hampir sepuluh botol dan lihat saja pria itu sudah mabuk berat dan jika di biarkan begitu saja, itu akan sangat berbahaya bagi kesehatan pria itu.

"Tuan, lebih baik berhenti untuk minum, anda sudah terlalu mabuk" kata sang bartender menatap Erfan prihatin.

Erfan bergeming, ia menatap bartender dengan tatapan membunuh "jangan campuri urusanku yang hanya bisa kamu lakukan itu hanya melayani, bukan mencampiri urusan pelanggan, mengerti? " ucapnya dengan nada tinggi dan penuh penekanan.

Bartender tadi yang di berikan ucapan keras itu, hanya bisa menunduk tanpa berniat membalas ucapan Erfan, lalu menuangkan kembali minuman sesuai pesanan Erfan.

Seorang wanita cantik nanseksi menghampiri Erfan yang masih dengan kegiatan yang sama, yaitu masih setia dengan minuman yang ada di tangannya dan tubuh yang masih terhunyuk huyuk.

"Erfan..." ucapnya memegangpundak Erfan dari belakang.

Tak ada tanggapan yang di beri oleh Erfan yang membuat wanita itu meboleh pada bartende yang masih setia berada di depan pria itu.

"Ada apa dengannya" tanya wanita itu.

Bartender pria yang merasa bahwa dirinya yang ditanya pun menoleh ke wanita itu "apa nona mengenalnya?" tanya kembali pelayan itu yang hanya mendapat anggukan "baguslah, lebih baik nona membawa pria ini pulang, karena sedari tadi ia hanya minum sampai sampai sudah menghabiskan sepuluh botol" lanjutnya menerangkan sambil menunjukkan botol bekas yang isinya telah di habiskan Erfan.

Wanita itu mengalihlan pandangannya kearah botol bekas yang baru saja Erfan habiskan, matanya membulalat dan kepala yang menggeleng geleng tidak percaya.

"Apa benar dia yang menghabiskan itu semua?" tanya wanita itu tidak percaya.

Pria itu hanya mengangguk anggukkan keplanya dengan mantap pada jawabannya.

****

Dengan keadaan mata yang mengeluarkan air mata, amel berlari dengan tergrsah gesah memasuki rumah sakit Permata dengan wajah yang menampakkan raut kecemasan yang luar biasa, di ikuti Bram yang ada di brlakannya yang tidak kala cemas dengan Amel sang kakak yang di liputi rasa cemas.

"Sus, pasien yang bernama ibu Meilani ada di ruangan mana?" tanya Amel tifak sabar.

Tadi sebelaum ia datang ke rumah sakit, ia masih berada di play group dan mengajar. Tapi, tak beberapa lama Bram datang dan memberitahukan bahawa Meilani yang tak lain adalah bundanya masuk ke rumah sakit karena mengalami sakit jantung.

Dan tanpa mengambil waktu lagi, setelah Amel meminta isin kepada pihak sekolah ia dan Bram langsung menuju rumah sakit yang katanya tempat ibunya di bawah oleh sang ayah.

"Tapi maaf sebelumnya, nona dan tuan ada hubungan apa dengan pasien?" Tanya suster balik bertanya.

"Kami anaknya" kini suara Bram lah yang terdengar.

Suster mengangguk, lalu memeriksa nama Meilani ibu Amel "ibu Meilani masih di tangani di ruangan UGD" kata sang suster.

Setelah mendengar jawaban dari susuter itu, Amel dan Bram langsung menuju ruang UGD. Sesampainya di sana, keduanya melihat Pratama sang ayah yang masih terduduk di kursi tunggu ruangan itu, terlihat pintu masih tertutup rapan yang artinya dokter masih menangani pasien yang ada di dalam yang tak lain adalah Meilani, ibu Amel dan Bram.

"Ayah, kondisi bunda gimana?" tanya Amel hawatir, setelah duduk di samping Pratama.

"Bunda kalian masih di tangani sama dokter" jawabnya "tenang, bunda kalian pasti baik baik saja" lanjutnya menenagkan putrinya yang sangat terlihat hawatir.

Amel mengangguk, lalu menundukkan kepalanya dimana kedua tangannya digunakan untuk menutupi wajahnya. Meskipun ayahnya mengatakan hal demikian, namun tetap saja rasa khawatir tidak bisa hilang, sebelum ia memastikan bahwa bundanya memang bener benar baik baik saja.

Beberapa menit kemudian terdengar suara langkah kaki terdengar sangat cepat memdekat kearah meraka. Amel tidak mau menghiraukan itu semua fikirannya terlalu kalut untuk saat ini untuk menghiraukan hal apapun untuk saat ini ia tidak akan sanggup.

"Amel..."ucap seseorang tepqt di hadapan Amel dengan suara yang begitu familiar.

Mendengar itu, ia mengangkat kepalanya yang tadinya menunduk kini sudah tegap dan menatap lelaki tampan yang ada dihadapnnya dengan tatapan sendu yang tak lain adalah Frans, berlutut dihadapan Amel agar bisa mensejajarkan dirinya dengan Amel yang sedang duduk di kursi tunggu rumah sakit. Entah dari dorongan mana, Amel langsung menghambur ke pelukan Frans dengan air mata yang bahkan sedari tadi ia tahan tahan kini sudah tidak dapat terbendung lagi saat di pelukan Frans.

"menangislah sampai kamu merasa benar benar tenang, pundak ini akan selalu ada untuk kamu sampai kapan pun kamu mebutuhkannya" ucapnya menenangkan dan terus memberikan bisikan bisikan agar bisa menenagkan Amel.

Tadi, saat dia berada di kantor dan berkutat dengan kertas yang bertumpukan dan laptopnya yang setia menemaninya, ia mendapatkan panggilan dari Jeni, adik perempuannya mengabari bahwa Meilani ibu Amel sedang berada di rah sakit. Tanpa berfikir panjangpun, Frans langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Meilani ibu Amel dirawat.

Usaha Frans akhirnya berhasil, setelah beberapa menit kemudian Amel mulai temang yang tadinya menangis terisak kini sudah tidak lagi.

Amel mengangkat badannya untuk duduk tegap. Menatap wajah Frans dengan raut muka bersalah "ma...maaf" ucapnya gugup.

Frans tersenyum "tidak ma-salah.......sudah nerasa tenang?" tanyanya memastikan bahwa wanita yang ada didepannya ini sudah lebih baik.

Amel mengangguk "sudah lebih baik dan terimakasih" ucapnya tulus yang dibalas dengan anggukan.





Setelah menunggu sekitar 30 menit akhirnya Dokter yang menangani Meilani, ibu Amel keluar.

"Dok, bagaimana keadaan ibu saya?" tanya Amel panik.

"Keadaan ibu Meilani sekaran sudah mulai membaik, untungnya tadi ia cepat dibawa kesini. Tapi meskipun seperti itu, di sarankan untuk pihak keluarga jangan terlalu memberikan fikiran fikiran yang berat dan dapat membuat kondisinya menurun" jelas dokter.

"Terimakasih dok.... Tapi, apa kami bisa melihatnya?"

"Ya, pasien bisa dijenguk setelah dipindahkan keruang rawat"jelas dokter kembali yang kembali diangguki semuanya "kalau begitu saya permisi, saya harus memeriksa pasien lain" lanjut sang dokter lalu melenggang pergi yang diikuti seorang suster dibelakang.

Tunggu next part....

Kontrak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang