Aku layaknya orang bodoh yang mengharapkan hadirmu untukku.
***
Terlihat seorang wanita manis dengan rambut pirang berponi sedang menunggu seseorang disebuah teras rumah sederhana tapi nyaman miliknya.
Hari sudah menunjukan pukul 10 malam, tapi ia masih enggan untuk masuk ke dalam. Tangannya dimasukannya ke dalam saku mantelnya dengan terburu-buru, pertanda bahwa ia kedinginan.
Namanya Lisa. Dan ia sudah berada di luar selama 3 jam lebih dan penantiannya belum juga berakhir sampai sekarang.
Lisa mulai beranjak ke arah pintu. Sepertinya ia sudah menyerah untuk menunggu.
Menunggu seseorang yang belum pasti akan datang.
Ya, belum pasti akan datang. Karena, seseorang yang Lisa tunggu itu memiliki orang lain yang harus ia jaga perasaanya.
Dan Lisa mengerti. Berusaha untuk mengerti.
Lisa menutup pintu dan langsung pergi ke kamarnya tanpa mengunci pintu.
Selalu seperti itu. Ia hanya berharap seseorang yang ia tunggu itu bisa leluasa untuk masuk ke rumahnya---ke rumah mereka.
Lisa bukannya tidak takut pada pencuri yang memungkinkan akan masuk ke rumahnya tanpa harus bersusah payah untuk membuka kunci, tapi karena seseorang itu ia melakukannya.
Seseorang yang ia sayang, tapi tidak bisa ia miliki seutuhnya.
Lisa tersenyum miris ketika mengingat itu. Seutuhnya, ya? Itu benar-benar tidak mungkin.
Tapi, Lisa dengan bodohnya malah mengharapkan itu terjadi.
Wanita cantik itu menyamankan posisinya di tempat tidur. Kemudian, memejamkan matanya setelah berdoa agar seseorang itu selalu ada dalam lindungan Tuhan.
Sekiranya, hal inilah yang selalu ia lakukan selama 6 bulan ini.
***
Hanbin tersenyum kecil ketika melihat Hayi---isterinya---yang masih tertidur pulas seperti seorang bayi.
Tapi, senyumnya luntur dan berubah menjadi mimik wajah serius ketika ia menggenggam sebuah benda pipih berwarna hitam miliknya.
Diketiknya beberapa digit dial number dan seketika sambungan pun terhubung.
Pip
"Hal-llo-? Hoam--mmm." Terdengar suara seseorang di sebrang sana yang seperti baru bangun tidur.
Hanbin meringis. Ia menelepon pukul 2 dini hari.
"Kau sudah bangun?" Tanya Hanbin. Sekedar basa-basi.
"Hm."
Hanbin memejamkan matanya. "Kenapa kau lakukan itu?" Terdengar nada frustasi dari pertanyaan yang ia lontarkan.
"Itu apa?" Seseorang yang Hanbin hubungi sepertinya sedang kebingungan.
Lelaki bangir itu menghela nafas pelan. "Kumohon, hentikan itu sekarang. Jangan membuat sesuatu dan melakukan hal bodoh yang bisa menyakiti perasaan Hayi." Mohon nya.
Dan hening.
"Kau masih di sana, kan?" Tanya Hanbin memastikan.
"Ya"
"Kau bisa menghentikannya, kan?"
"Ya"
"Bagus. Jika kau melakukan itu lagi, atau lebih dari itu yang bisa menyakiti hati Hayi dan juga merusak hubungan kami, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu, Lisa."
Tidak ada jawaban lagi.
"Yaa, kenapa diam saja? Kau keberatan?"
"Tidak"
"Lalu, kau akan melakukannya, kan?"
"Baiklah"
Hanbin tersenyum. "Jadilah isteri yang baik, ya. Aku menyayangimu."
Pip
***
Drrt... drrt... drrt...
Lisa menggeliat dari tidurnya. Siapa sih yang menelepon dini hari seperti ini?
"Hoammm". Lisa menguap kecil lalu mengambil handphone nya dari atas nakas.
Direktur Kim's Calling
Melihatnya, mata Lisa membulat. Ia terdiam.
Hanbin menghubunginya.
Pip
"Hal-llo-? Hoam--mmm." Lisa merutuki dirinya sendiri karena telah menguap sembarangan.
"Kau sudah bangun?" Tanya Hanbin.
"Hm." Jawab Lisa.
"Kenapa kau lakukan itu?" Terdengar nada frustasi dari pertanyaan yang Hanbin lontarkan.
Dahi Lisa berkerut bingung. "Itu apa?"
Hanbin terdengar menghela nafas pelan. "Kumohon, hentikan itu sekarang. Jangan membuat sesuatu dan melakukan hal bodoh yang bisa menyakiti perasaan Hayi." Mohonnya.
Lisa terdiam. Ia tahu kemana arah pembicaraan ini.
"Kau masih di sana, kan?" Tanya Hanbin memastikan.
Lisa tersadar. "Ya"
"Kau bisa menghentikannya, kan?"
Lisa memejamkan matanya. "Ya"
"Bagus. Jika kau melakukan itu lagi, atau lebih dari itu yang bisa menyakiti hati Hayi dan juga merusak hubungan kami, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu, Lisa."
Lisa merasa matanya memanas. Apa salah jika ia meminta Hanbin untuk datang ke rumahnya?
Ke rumah mereka?
"Yaa, kenapa diam saja? Kau keberatan?"
"Tidak"
Bohong!
"Lalu, kau akan melakukannya, kan?"
"Baiklah"
Dan cairan bening itu lolos dari pelupuk matanya.
"Jadilah isteri yang baik, ya. Aku menyayangimu."
Pip
"Aku lebih menyayangimu, Hanbin."
Lisa menutup mata dengan kedua telapak tangannya. Kemudian, mulai menangis.
Ini menyakitkan, Tuhan
***
Semua karyawan membungkukkan badannya ketika sang Direktur datang.
Direktur yang memiliki nama lengkap Kim Hanbin itu tersenyum dan berkata.
"Selamat bekerja!"
Lalu memasuki ruangannya.
Menyadari tatapan rindu seseorang tapi berusaha untuk mengabaikannya.
***
Remake dari ceritaku yang lain sih kalo ini. Cuman, cast nya jadi HanLis. Awalnya yaoi, kkk. 😄
Genre nya angst. Jadi, siap-siap baper. 🙈
How?
Yes or No?

KAMU SEDANG MEMBACA
IGNORAMUS - HANLIS / HANLICE
ФанфикAku layaknya orang bodoh yang mengharapkan hadirmu untukku The only things that I want is you But, we are like dominoes. I fall for you, you fall for another. *** Cast: Kim Hanbin X Lalisa Manoban STORY BY ANITADESI11 *** DONT COPY AND PASTE! DONT B...