[10] Boundary

1.8K 236 9
                                    

Percayalah, Tuhan menggenggam semua doamu. Lalu, melepaskan satu persatu disaat yang paling tepat.

***

Lisa duduk di ranjangnya bersama Hanbin Ah, baru saja ia keluar dari Rumah Sakit bersama lelaki bangir itu.

"Kau ingin makan?" Tanya Hanbin.

Lisa agak canggung sebenarnya melihat kelakuan Hanbin yang tiba-tiba perhatian seperti ini.

Ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

Dan Lisa melihat lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu keluar kamarnya. Untuk membeli sesuatu, mungkin?

Ah, entahlah.

Wanita cantik berponi itu menidurkan tubuhnya di ranjang mereka. Maksudnya ia dan Hanbin.

Tidak Lisa pungkiri, bahwa sebenarnya ia senang bila Hanbin berubah.

Tentu saja.

Siapa yang tidak senang jika diperhatikan oleh orang yang selama ini selalu mengabaikanmu, hm?

Tapi---sebaiknya Lisa jangan terlalu merasa terbang. Ia takut bila nantinya ia akan jatuh.

Dan itu sakit.

Lisa memang sering jatuh berkali-kali pada harapan yang semu. Tapi, ia yakin bahwa melihat Hanbin kembali dingin disaat ia sudah nyaman, itu akan lebih dari sekedar sakit.

Aku hanya mencintai Hayi.

Ia masih ingat kata-kata Hanbin waktu itu dengan jelas.

Kau memang pengganggu Lisa. Fikirnya.

Ia sangat merasa bersalah jika begini.

Drrt... drrt... drrt...

Lisa merogoh sakunya, berniat mengambil handphone.

Chaeyong's Message

Chaeyong
Kau sudah pulang? Nanti siang, aku akan datang ke rumahmu. Jangan lupa minum obatmu, bayi besar. :))

Lisa tersenyum kecil. Chaeyong itu, sudah ia anggap sebagai kakak kandung sendiri.

"Pesan dari siapa sampai-sampai membuatmu tersenyum seperti itu?"

Lisa terlonjak kaget. Ia memandang Hanbin yang tengah menyimpan semangkuk bubur dan segelas air di meja nakas.

Loh?

"Aku memasaknya. Maaf jika nanti keasinan atau bahkan kurang garam, ini pertama kalinya aku memasak bubur." Ujar Hanbin sembari menggaruk tengkuknya kikuk.

Dan Lisa tersenyum. "Terima kasih."

Dalam hati ia berfikir bahwa sepertinya ia melamun sangat lama tadi.

***

"Tekanan darahmu sudah normal kembali dan hari ini kau sudah bisa pulang." Dokter itu melepas jarum infus dari tangan sang pasien.

"Jangan lupa minum obatmu dan jangan banyak memakan makanan yang mengandung garam." Peringatnya.

Sang pasien tersenyum. "Terima kasih, Dokter."

"Sama-sama."

Lalu, lelaki bergelar Dokter itu keluar dari ruang rawat inap itu di dampingi oleh seorang perawat.

"Dok?"

"Kenapa, Yerin?"

Sang Dokter menghentikan langkahnya, menatap perawat di sampingnya.

IGNORAMUS - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang