[3] Because Of Thunder

2K 228 23
                                    

Aku layaknya seorang pengemis yang tanpa malu meminta balasan cinta darimu.

***

Hanbin memakai baju tidur yang Lisa berikan dan menatap dirinya di cermin.

Kemudian, mengerenyit heran ketika melihat baju yang ia pakai sangat pas di tubunya. Maksudnya, tidak kebesaran dan juga tidak kekecilan.

"Kapan kau membeli baju ini?"

Lisa yang saat itu sedang membereskan tempat tidur menoleh. "Sudah lama. Dan akhirnya kau memakainya juga." Jawabnya sambil tersenyum.

Hanbin terdiam.

Lisa menepuk-nepuk tempat tidur di sebelahnya. "Ayo kesini, kenapa kau hanya diam, Hanbin?" Ajak Lisa.

Hanbin pun duduk di tempat tidur, tapi masih menjaga jarak dengan wanita berponi itu.

Lisa tersenyum miris.

"Ada apa?" Tanya Lisa to the point.

Ia tahu, jika Hanbin kesini pasti ada sesuatu. Walaupun begitu, ia senang. Cukup Hanbin disini, di sampingnya. Bahkan itu lebih dari cukup untuknya.

Hanbin merebahkan badannya dengan tangan sebagai alasnya. "Hayi curiga." Jawabnya dengan nada sedih.

Lisa manatap Hanbin yang kini sedang memejamkan matanya. "Benarkah?"

"Kumohon, berhenti Lisa."

Lalu, Hanbin duduk kembali dan menatap Lisa. "Aku tidak ingin---"

"Membuat Hayi terluka." Potong Lisa seolah tahu dan hafal apa yang akan Hanbin katakan.

"Kau sudah tahu. Tapi, kenapa kau masih melakukan hal bodoh itu?"

Lisa tak menjawab. Ia hanya menunduk diam.

Jadi, Hanbin kesini hanya untuk memarahinya seperti ini?

"Kenapa kau lakukan itu, Lisa? Kau---"

"Aku ingin mereka tahu!"

Hanbin menatap datar Lisa. "Kau tahu, itu tidak mungkin."

Lisa mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Ya, aku tahu. Oleh karena itu, aku akan membuatnya mungkin."

"Berhenti, Lisa! Itu semua tidak akan pernah terjadi." Hanbin menatap Lisa tajam.

Lisa tersenyum kecil. "Kenapa kau sangat yakin bahwa itu takkan pernah terjadi?"

Mendengarnya, Hanbin berdecak kesal. "Aku akan memastikan itu sendiri."

Lisa menatap Hanbin sendu. "Bagaimana jika mereka tahu?" Tanyanya lirih.

"Sudah kubilang itu takkan pernah terjadi. Kau sebenarnya kenapa, huh? Bukankah dulu kita sudah sepakat untuk tidak membeberkan tentang hubungan ini?" Tanya Hanbin dengan nada marah.

Lisa menunduk. "Maaf." Ujarnya.

"Aku mencintaimu, Hanbin. Aku---"

"Aku tahu!" Potong Hanbin.

"Aku tahu kau mencintaiku. Tapi, bukan begini caranya. Dulu, jika kau tidak menyelamatkan hidupku aku tidakkan menikah denganmu. Kita menikah karena paksaan."

Hanbin memegang pundak Lisa yang bergetar. "Aku tidak mencintaimu. Dan sampai kapanpun, kita tidak akan pernah bisa bersama."

Hanbin menghela nafas. "Aku tidak ingin hubungan kita sampai diketahui oleh orang lain. Maaf, tapi aku benar-benar tidak ingin Hayi bersedih."

Dan Hanbin pun merebahkan dirinya. Membalakangi Lisa.

Lisa menghapus air matanya kasar. Mendengarnya langsung dari bibir Hanbin, ternyata lebih menyakitkan.

Lisa memandang punggung tegap suaminya.

Suami? Lisa rasanya ingin menjadikan kata itu sebagai hak paten.

"Hanbin?"

Tak ada jawaban. Tapi, Lisa tahu Hanbin belum tidur.

"Hanbin?"

Hanbin masih tak menjawab panggilan lirih Lisa.

Lisa merasa air matanya keluar lagi. "Selamat malam." Ujarnya, kemudian melangkah keluar kamar.

Ia tahu, Hanbin takkan pernah mau tidur dengannya.

Mendengar pintu tertutup, Hanbin membuka matanya.

"Apa aku keterlaluan?" Gumamnya pelan.

***

Lisa memasuki kamarnya dan mulai menangis.

Ia kira, malam ini akan menyenangkan. Tapi nyatanya, ia malah mendapat kata-kata yang membuat luka di hatinya semakin melebar.

Hanbin menjaga perasaan Hayi. Tapi, kenapa Hanbin tidak bisa menjaga perasaannya barang sedikit saja?

***

Ctarrrr

Lisa menarik selimutnya sampai kepala. Ia takut suara petir.

Brakkk

Tiba-tiba, seseorang membuka pintu kamarnya kasar dan langsung masuk ke dalam selimut----ah maksudnya memeluk---Lisa.

Lisa terdiam kaku. Hanbin memeluknya?

"Han--"

"Tetap seperti ini. Aku tahu ini memalukan, tapi aku takut petir."

Mendengarnya, Lisa tersenyum dan memeluk Hanbin balik.

Untuk pertama kalinya, Lisa merasa bersyukur ketika petir datang.

"Biasanya aku memeluk Hayi. Tapi, sekarang tidak ada. Jadi, maafkan atas ketidaksopananku ini." Ujar Hanbin seraya memeluk Lisa lebih erat.

Lisa terkekeh. "Kenapa kau meminta maaf? Bukankah kau suamiku?"

Ia menatap Hanbin. "Kau boleh memelukku kapan saja kau mau."

Hanbin balik memandang Lisa. Dan tanpa ia sadari, ia menepis jarak diantara mereka.

Chu~

Lisa dan Hanbin sama-sama menggeser tempat duduk mereka ketika tautan itu terlepas. Terlihat sekali jika saat ini mereka sedang dilanda kecanggungan setelah insiden tadi.

"Hm." Hanbin berdehem.

"Maaf, Lisa. Aku kelepasan."

Lisa mengangguk canggung. "Tidak papa." Jawabnya pelan.

Berbeda dengan hatinya yang berteriak kegirangan. Aaaaaa, my first kiss. ><

Hanbin menggaruk lehernya kikuk. "Petirnya sudah berhenti. Aku akan kembali ke kamar." Ucapnya. Kemudian, mulai pergi dari kamar Lisa.

Dalam perjalanan, ia merutuki dirinya sendiri. "Kenapa kau lakukan itu, eoh? Bodoh!"

Di dalam kamar, Lisa memegang bibirnya sendiri.

"Ya Tuhan." Ujarnya yang tak bisa menahan senyumnya.

Kenpa ia bahagia sekali? 😭

***

Yahhh, baguslah jika first kiss mu diambil oleh suamimu sendiri, Lisa. 😊

IGNORAMUS - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang