[5] Let's Break Up!

2K 266 55
                                    

Kau bodoh. Tapi, aku lebih bodoh karena mencintai orang bodoh sepertimu.

***

Lisa menundukkan kepalanya. Cairan bening itu terus merembes dari kedua onyxnya.

Hanbin bilang, lelaki itu takkan pernah mencintainya.

Takkan pernah.

"Hiks" Satu isakan lolos dari bibir mungilnya.

Dadanya serasa sangat sesak sekarang. Ia akui ini memang salahnya. Sudah menjadi resikonya begini, karena ia lah yang membuat semuanya semakin rumit sejak awal.

Untung saja di dalam bus ini tidak ada penumpang yang dia kena. Jadi, Lisa bisa dengan bebas menangisi Takdirnya yang menyedihkan ini.

Tapi, dugaannya ternyata salah. Karena, sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya dengan memberikan tatapan sendu.

Orang itu beranjak dari duduknya dan duduk di samping Lisa. Ia memeluk tubuh ringkih sahabatnya itu.

"Menangislah jika itu bisa membuatmu tenang."

Lisa tersentak kemudian memeluk balik orang itu. "Ini terlalu menyakitkan, Chaeyong-ah."

***

"Benar kau tidak ingin cerita?" Tanya Chaeyong lembut.

"Maaf, Chaeyong-ah. Ini belum saatnya kau tahu----ah, semua orang tahu."

Lisa memandang sahabatnya itu dengan sendu. "Lagi pula, dia tidak ingin orang lain tahu tentang hubungan ini." Ucapnya lirih.

Dahi Chaeyong mengerenyit mendengarnya. "Kenapa? Bukankah ia sangat beruntung bisa memilikumu, eoh?" Chaeyong bertanya dengan nada kesal.

Melihat sahabatnya tersakiti begini, membuatnya sakit juga.

"Suamimu benar-benar bodoh!" Umpatnya.

Lisa tersenyum miris. "Ya, dia memang bodoh. Tapi aku lebih bodoh, karena mencintai orang bodoh sepertinya."

Chaeyong mengelus punggung Lisa.

"Jika dia memang jodohmu, ku yakin dia akan sadar, Lisa."

Dan Lisa menjawab. "Semoga saja."

Lisa lalu menatap Chaeyong. "Kau tidak pulang dengan June?" Tanyanya heran. Biasanya, sahabatnya itu selalu pulang dengan kekasihnya.

Chaeyong menggeleng. "Aku sedang ingin naik bus. Dan ternyata ada kau, Lisa. Kita benar-benar ditakdirkan sebagai sepasang sahabat, eoh?" Ujarnya sembari tersenyum.

Mau tak mau Lisa ikut tersenyum juga.

"Sepertinya iya, Chaeyong-ah."

***

Lisa merogoh handphone dari tasnya. Dan melihat walpaper hp nya.

Foto Hanbin yang sedang tertidur.

Lisa terkekeh ketika mengingat perjuangannya yang mengendap-ngendap ketika mengambil foto itu semalam.

Benar-benar bodoh!

***

Sudah 3 bulan.

Dan Hanbin semakin terlihat menghindar dari Lisa.

Nomor handphone nya juga diganti. Dan jika di kantor, Hanbin selalu sudah pulang ketika Lisa memasuki ruangannya.

Lisa benar-benar dibuat kalut oleh Hanbin.

Wanita cantik yang memiliki poni itu sudah tidak sanggup menahannya lagi. Menahan rasa rindunya lebih lama lagi.

Maka, dengan segenap keberaniannya, ia pergi ke rumah Hanbin. Ke rumah suaminya.

***

Lisa berdiri di depan gerbang rumah Hanbin.

Satpam penjaga berkata bahwa lelaki bangir itu tidak ingin bertemu dengannya.

Lisa tersenyum miris. Hanbin sangat membencinya, huh?

Dan beberapa saat kemudian---Lisa menghitung ia sudah menunggu selama satu jam lebih. Satpam penjaga menyuruhnya untuk masuk.

Lisa tersenyum simpul. Penantiannya membuahkan hasil.

***

Hanbin menatap datar ke arah Lisa. "Ada apa?" Tanyanya.

Lisa tersenyum. "Akhirnya aku bertemu denganmu." Ujarnya senang.

Hanbin memalingkan wajahnya. "Ada apa?" Tanyanya lagi.

"Kenapa berganti nomor telepon? Kita jarang bertemu Hanbin-ah, setidaknya kita berkomunikasi meski hanya lewat handphone." Ujar Lisa.

Hanbin berdecih. "Untuk apa kita berkomunikasi, eoh?"

Lisa kembali tersenyum. Mengabaikan rasa ngilu di hatinya.

"Bukankah sepasang suami isteri harus saling berkomunikasi untuk menjaga keharmonisan?"

Mendengarnya, Hanbin memandang Lisa dan tertawa mengejek.

"Haha, lucu sekali." Ujarnya.

"Kau seharusnya tidak melakukan sesuatu hal gila yang bisa membuat keharmonisan keluarga orang lain hancur."

Lisa tahu, itu sindiran untuknya. "Ya, aku memang seharusnya tidak melakukan hal gila itu." Gumam Lisa.

Karena pada akhirnya, kau menghindar dariku.

"Hm. Kau memang parasit." Ujar Hanbin.

Deg

Parasit, ya?

Parasit memang tidak pernah diinginkan keberadaanya.

Persis seperti Lisa saat ini.

"Menjadi yang tak diinginkan bukanlah hal baru bagiku." Ucap Lisa lirih.

"Selama hampir 10 bulan ini aku selalu berfikir. Kapan kau akan membalas perasaanku? Kapan kau akan menganggapku sebagai isterimu? Kenapa kau tidak bisa mencintaiku? Dan---dan kapan dunia akan mengetahui tentang hubungan kita?"

Lisa membalikan tubuhnya. Memunggungi Hanbin.

Seketika, matanya memanas. Ia harus mengatakan ini.

"Benar. Aku adalah parasit. Dan seperti pepatah, bukankah parasit harus dibuang sebelum merusak sesuatu yang dihinggapinya?" Lisa menangis tanpa isakan.

Hanbin memandang----sendu, ke punggung ringkih Lisa.

"Maka dari itu---" Lisa memejamkan matanya.

"Hiduplah dengan baik. Hiduplah berbahagia bersama Hayi. Karena---parasit ini kini sudah menyerah. Ia memutuskan untuk pergi."

Hanbin terdiam. Ia tak tahu kenapa dadanya bisa sesesak ini.

"Mari kita berpisah, Hanbin-ah."

***

Yah, bagus Lisa. Buat Hanbin menyesal karena telah menyia-nyiakan wanita sebaik kamu. 😊😊😊

IGNORAMUS - HANLIS / HANLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang