3.1

543 138 11
                                    

Ini senja kesekian, masih tentang bulir rasa sakit yang dia rasakan, dia menanti sore yang semakin hilang, pada senja yang datang mendambakan balasan yang menyenangkan, Kinal yang berada dihadapannya, tersenyum, masih memegang sendok berisi bubur yang menurutnya itu sangat memuak kan, bubur hambar tanpa rasa apa enaknya.

"Iya, aku juga menyukaimu."

Mendengar ucapan itu, dia diam, hatinya seakan dihujani bunga-bunga yang indah, siapa yang tidak bahagia jika rasa sukanya terbalaskan. Baru saja dia ingin menarik bibirnya untuk tersenyum tapi sendok yang sudah berada dihadapannya, mampu membuat dia enggan membuka mulut saat Kinal berbicara lagi.

"Aku menyukaimu, kamu teman yang baik, jadi buka lagi mulutmu, supaya kamu cepat sehat."

Senyuman tipis dari bibir Kinal, membuat hatinya terasa nyeri, dia salah mengartikan arti menyukai yang Kinal berikan. Dan mungkin Kinal juga salah mengartikan arti menyukai darinya.

Dia menutup mulutnya rapat, hanya memandang Kinal dengan tatapan kosongnya, dia tak bisa berfikir lagi untuk mengatakan apa pada Kinal.

"Aaa..." kata Kinal menyodorkan lagi sendok.

Yona dengan lemas, meyentuh sendok itu, seakan dia sudah enggak untuk makan. "Aku udah kenyang."

"Kenyang? Bahkan kamu baru memakannya satu sendok, Yona."

"Aku bilang aku kenyang!"

Yona memang tidak suka dipaksa. Dan sekarang hatinya yang hancur membuat dia semakin enggan untuk dipaksa. Bahkan Kinal sekalipun tak akan membuat hatinya luluh jika sudah seperti ini.

Yona yang berdiri bangun dari posisinya, membuat Kinal jadi berfikir apa ada yang salah dengannya?

Kinal juga ikut berdiri, berjalan mengikuti langkah Yona yang berdiri didepan jendela kamarnya.

"Apa aku membuatmu marah?"

Yona hanya menoleh sebentar, lalu pandangannya kembali memandang sore yang lambat laun hilang, tanpa menjawab ucapan Kinal.

"Aku hanya ingin kamu cepat sehat, aku minta maaf kalau aku terlalu memaksa."

Yona merasakan senja ini seperti mengulang episode lama, tentang utuhnya rindu dan kenangan yang masih tetap hangat. Dia pernah melakukan hal ini dengan sosok imanjinasinya, percis seperti ini, sama seperti yang Kinal lakukan.
Berdiri dibelakangnya dan membujuknya.

Dia jadi semakin merindukannya, Kinal selalu membuatnya mengingat dengan hal yang sebenarnya ingin dia lupakan.

"Aku minta maa-"

Sebelum Kinal menyelesaikan ucapaannya, Yona sudah berbalik badan, dan langsung memeluk Kinal. Kakinya sedikit berjinjit karna tangannya yang merangkul erat pada leher Kinal.

Kinal tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi pada Yona, yang dia lakukan hanya menundukan badannya, dan membalas pelukaan Yona, ntah ini pelukaan keberapa yang Yona berikan untuknya, dia sebenarnya tak mudah untuk memeluk orang yang baru dia kenal, tapi ntah kenapa saat Yona memeluknya dia dengan mudahnya membalas.

"Aku minta maaf" kata Kinal lagi saat merasakan kalau nafas Yona yang memburu seperti sedang menahan tangis, Kinal merasa bersalah, dia jadi berfikir, mungkin dia tak sadar membuat Yona terluka.

Yona mengangguk dalam pelukaannya, selalu ada rasa bahagia saat Yona menerima semua yang dia katakan dengan baik. Dia juga melakukan hal sama yang Yona lakukan, memeluknya semakin erat, menghangatkan satu sama lain di ujung senja yang segera berakhir.


..
.
.




Kinal tersenyum saat Yona sendiri yang menarik dirinya, melepaskan diri, dari pelukaan yang sedari tadi mereka lakukan. Tatapan Kinal tak henti-hentinya menatap mata Yona yang menatapnya juga, rambut Yona yang pendek, tapi terkadang angin masih saja membuat rambut itu terbang, membuatnya berantakan.
Dan Kinal akan merapihkannya.

"Kamu cantik, coba terus tersenyum kamu akan lebih cantik."

Dan Yona dengan malu menarik bibirnya untuk tersenyum walau sedikit dan masih terasa enggan, Kinal mengulurkan tangannya menyentuh wajah Yona yang terlihat sangat pucat, wajah pucatnya terlalu berlebihan jika hanya untuk seseorang yang terkena demam.

Sentuhan Kinal mampu membuat hatinya menghangat, ini bukan efek dari badannya yang panas, tapi sentuhan Kinal selalu bisa menghangatkan hatinya, walau dia harus kembali terluka karna mengingatnya.

Dia menikmati tiap rasa bahagia dan sakitnya.

"Badanmu masih terasa panas, apa kamu sudah kedokter?"

Yona menggeleng, dengan tangan Kinal yang masih berada dipipinya."Aku gak perlu kedokter. Aku hanya butuh istirhat."

Kinal sedikit menarik nafasnya, pasrah akan Yona yang terus menolak untuk ke dokter. Walau Yona baru dikenalnya, Kinal merasakan rasa khawatir yang sama, sama seperti saat dia mengkhawatirkan Nina yang sakit.

"Apa kamu benar-benar baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja."
"Dan akan baik-baik saja, selama kamu ada."

Kali ini Kinal menurunkan tangannya, dia tersenyum begitu lebar, Yona membuatnya malu dengan kata-kata nya yang begitu memuji. "Selain melukis kamu juga pandai berkata manis ya?"

Yona tak menjawab, dia hanya tersimpul, mereka terus bertukar senyum, layaknya seseorang yang memang baru saja mengenal dan saling memuji.

Kinal pun menarik tangan Yona untuk mengikutinya, kembali duduk ditepi kasur.

"Sekarang ikut aku, kamu harus minum obat."

Dan tidak ada penolakaan dari Yona, dia mengikuti, melihat tangan nya yang digenggam lagi oleh Kinal, dia berfikir, Diandra tak pernah semanis ini padanya, dan dia berfikir Nina sangat beruntung memiliki sahabat yang sangat manis seperti Kinal.

Dia semakin kagum akan sosok Kinal, menghilangkan bayang-bayang imajinasinya, mau bagaimanapun Kinal tetap orang yang mudah untuk di cintai, dan dia mencintai Kinal dari pertama kali mereka bertemu.

Setelah Yona menelan obat pemberian Kinal, Kinal tersenyum lega, dia berharap Yona kembali sehat besok. Karna waktu yang sudah malam, dia pun berniat untuk pulang.

"Kalau begitu kamu istirahat, dan besok harus bisa sekolah, untuk bertemu denganku."

"Doakan saja, aku tak bisa menjanjikan itu."

Dan untuk sekarang, Kinal lah yang memeluk Yona, memberikan sentuhan pada punggung Yona. Kinal merasa begitu dekat dengan Yona walau sebenarnya dia baru mengenal Yona.

"Aku pulang dulu, dan jaga dirimu baik-baik."























Bersambung.

#TeamVeNalID

Untuk tersenyum kamu tidak perlu bahagia. Tersenyumlah, agar terlihat kalau kamu baik-baik saja.
-Masha

IMAGINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang